NESTAPA UNSRAT
Nestapa
Unsrat
KAGET ketika
mendengar kabar antarmahasiswa yang berkuliah di Universitas Sam
Ratulangi (Unsrat) Kota Manado melakukan 'perang' yang berujung pada
tindakan bakar-bakaran gedung perkuliahan. Dua fakultas, hukum dan
teknik bentrok, berkelahi secara berkelompok, Rabu (5/3/2014).
Informasi
tersiar di jejaring sosial dan media massa mainstream. Sungguh
menyedihkan, sebuah perguruan tinggi yang digadang-gadangkan mencetak
generasi berintelek dan bermoral, ternyata harapannya jauh dari
panggang api.
Sejarahnya,
kampus Unsrat tak pernah tercatat sebagai lembaga pendidikan yang
mendewakan aksi tawuran. Kalau pun ada keributan, hanya sebatas aksi
demonstrasi, memprotes hal-hal yang dianggap tidak benar dan tak
adil.
Evolusi negatif mengancam kalangan para pemuda (sketsa by budi susilo) |
Keberadaan
lembaga pendidikan, apalagi sekelas perguruan tinggi di sebuah
daerah, ibarat sumber cahaya kehidupan yang mampu menumbuh suburkan
peradaban yang gemilang. Dunia kampus, dunianya pencerahan. Dunia
kampus, dunianya perubahan.
Dibangunnya
perguruan tinggi untuk memproduksi sumber daya manusia yang unggul,
cerdas, dan bermoral agar kehidupan bangsa dan negaranya maju dan
lebih baik.
Kalau kata
Tan Malaka di jauh-jauh hari saat jaman revolusi, bahwa “tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan,
memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.”
Sedih
rasanya, sekaligus tak percaya, jika para mahasiswa Unsrat digerogoti
budaya kekerasan yang menanggalkan moralitas dan intelektual. Sayang
seribu sayang, untuk menunjukan eksistensi diri dengan cara anarkisme
yang merusak.
Ini perlu
renungan bagi semua elemen dan pihak terkait, agar ke depannya,
kejadian serupa tak terjadi lagi. Apalagi umumnya, Manado selalu
dikenal dengan pesta hura-hura mengejar rasa bahagia, tapi tiba-tiba
berubah 180 derajat, Maret ini lebih memilih huru-hara, nestapa !
Anak muda
gairahnya memang meletup-letup. Semangatnya sangat menggelora, mampu
mengguncang bumi. Apabila anak muda sudah berkumpul, Gunung Merapi
dan Krakatau pun bisa diangkat.
Karenanya,
anak muda butuh wadah penyaluran ekspresi seni dan inovasi lainnya.
Disediakan fasilitas yang bisa menggugah kreativitas dan tindakan
positif mereka. Yang jadi pertanyaan adalah, kerja apa saja yang
dilakukan oleh rektorat selama ini ? Sudahkah semua keinginan ini
terpenuhi.
Di Unsrat
semestinya tersedia sarana-prasarana kualitas terbaik dan murah
meriah, agar dapat menumbuh kembangkan sumber daya manusia yang
paripurna, yang bisa membawa kebanggan bagi daerah Sulawesi Utara.
Jika tidak
tersedia, maka dampaknya akan seperti dinamit yang suatu saat bisa
menghancurkan semua sendi-sendi kehidupan. Sebagai penegasan,
terakhir pesan dari Tan Malaka, mari “berpikir besar, kemudian
bertindak.” ( )
Komentar
Posting Komentar