BANJIR CIPULIR
Pemotor Nekad Terobos Banjir
PAGI
itu, Rabu (29/1/2014), tidak biasanya sejumlah kendaraan bermotor di kawasan
Kecamatan Larangan, Kota Tangerang terjebak kemacetan lalu lintas yang sangat parah.
Kemacetan ini mengular panjang hingga ke daerah Cipulir Jakarta Selatan.
Untung
saja, saya yang saat itu sebagai pengemudi kendaraan bermotor roda dua tak
terlalu merasakan kemacetan parah tersebut. Ketimbang mereka yang membawa
kendaraan roda empat tak dapat bergerak leluasa.
Sepeda motor menerobos air banjir Perdatam Cipulir (photo by budi susilo) |
Kelebihan
saya memilih naik sepeda motor mampu menghindari kemacetan lalu-lintas, dapat
mencari jalan yang lengang dengan melewati di jalur arah berlawanan. Sungguh
membahayakan, don’t try at home yah !
Meski
begitu, harap hati-hati ketika merampas jalur arah berlawanan. Jika dirasa sepi
dan tak banyak tikungan, jurus melintas di jalur berlawanan sangat
dimungkinkan. Dan ini juga tidak baik untuk dicontoh, mengingat secara aturan
menyalahi perundang-undangan lalu-lintas.
Tapi
mau bagaimana lagi ? langkah itu yang dianggap efektif untuk menaklukan
semrawutnya perkotaan Tangerang dan Jakarta. Mengingat sistem tranportasi
publik kita masih amburadul dan mahal, tak salah jika membawa kendaraan pribadi
sepeda motor dan banyak mencari gampangnya (pragmatis).
Tak
jadi soal mengambil sikap demikian, yang penting prinsipnya, harus
pandai-pandai menilai, bahwa sumber kemaslahatan dan kebaikan bagi semua harus
jadi pilihan utama, dan tinggalkan semua hal-hal yang buruk lagi merugikan.
Kerena
itu, ketika sepeda motor melaju di arah berlawanan, syaratnya lampu sorot motor
harus menyala terang dengan kecepatan kilometer sedang, dan sebisa mungkin
hindari aksi balap-balapan dengan yang lain.
Begitu
pun lampu sein untuk sebelah kanan wajib dinyalakan, agar kendaraan dari arah
berlawanan tahu, kalau jalurnya terpaksa sedang dipakai karena kondisi darurat
akibat macet yang akut.
“Cipulir
banjir. Muter balik saja,” ujar Yanto (43) yang saat itu berbusana kaus oblong
abu-abu mencoba mengimbau ke para pengguna kendaraan bermotor kalau di daerah
Perdatam, Cipulir telah terjadi banjir besar.
Pria
yang kesehariannya sebagai ‘polisi cepek’[1]
di daerah Petukangan Jakarta Selatan ini tahu persis kondisi medan lalu-lintas.
“Semalam hujan deras. Dapat kiriman banjir juga dari Bogor, sekarang jalan jadi
banjir,”ujarnya.
Selama
ini, daerah Perdatam Cipulir selalu menjadi tempat langganan banjir. Daerah ini
dilewati sungai, yang airnya juga berasal dari Kota Bogor.
Tampak
para pengguna kendaraan roda dua yang berasal dari arah Ciledug memaksa
menerobos air banjir yang coklat. Mereka para pemotor melajukan motornya dengan
sangat perlahan-lahan agar knalpot motornya tak kemasukan air banjir Perdatam
Cipulir.
“Motor
masih bisa lewat. Ayo ambil jalan paling kanan. Buat dua baris berbanjar.
Hati-hati jangan tergesa-gesa,” ungkap seorang petugas polisi yang berusaha
mengatur arus lalu-lintas.
Sementara,
berdasarkan pengamatan saya, untuk jalanan di Plaza Cipulir tak tergenang banjir,
sebab jalan dan jembatan sungainya sudah tinggi, walhasil jalanan ini bebas
banjir, masih dapat dilalui kendaraan bermotor.
Walau
jalanan di depan Plaza Cipulir bebas banjir, bukan berarti pasar Cipulir aman
terkendali. Pasar yang dikenal sebagai pusatnya grosir pakaian ini kondisinya
memprihatinkan. Daratannya dilapisi ‘karpet air banjir coklat’.
Pantauan
saya lagi, keadaan pasar tergenang air setinggi sekitar 40 centimeter. Kontan
akibat ini, aktivitas pasar pun mati dari kegiatan jual beli. Kasihan juga gara-gara banjir, dagangan para
pedagang tak laris manis tanjung kimpul, sepi pembeli rezeki mampet. ( )
[1] Polisi Cepek digunakan untuk
istilah lain tukang parkir liar atau pengatur lalu-lintas yang mengharapkan
imbalan uang dari pengendara bermotor.
Komentar
Posting Komentar