MASJID AL JAMAAH GORONTALO
Dulunya Menyatu Bersama Terminal
Oleh: Budi Susilo
"Dimana pun kamu berpijak disitulah kamu harus bertanggung jawab. Berat atau ringannya sebuah derita kita harus pecahkan, harus mampu atasi dan menghadapinya dengan senyum ceria penuh harapan. Sebab setelah kesulitan itu, pasti ada kemudahan." Demikianlah sari pati dari isi kutbah Jumat Imam Masjid Al Jamaah, Jumat (12/10/2012).
Tampak depan Masjid Al Jamaah Kota Gorontalo_budisusilo |
Masjid Al Jamaah yang berlokasi di Jalan Sam Ratulangi Kelurahan
Nimbau Dua Kecamatan Kota Selatan berdekatan persis di samping terminal
angkutan umum dan pasar Sentral Kota Gorontalo.
Keberadaanya yang ada di pusat keramaian, masjid yang memiliki panjang 20 meter dan lebar 20,5 meter ini tidak pernah sunyi dari kegiatan orang-orang, selalu ramai dikunjungi umat musilm untuk beribadah.
Dahulu kala, sekitar tahun 1969, masjid ini masih berukuran mini. Hanya sepetak berukuran panjang 7 meter dan lebar 7 meter dan masih menyatu dengan terminal angkutan kota.
"Masjid dibangun berbarengan saat sudah ada pasar dan terminal. Ukurannya masih kecil, hanya bisa tampung orang sampai 50 orang saja," ungkap Sahril Talangi, mantan Takmirul Masjid Al Jamaah 2002.
Suasana interior Masjid Al Jamaah Kota Gorontalo_budisusilo |
Diberi nama masjid Al Jamaah, kata Sahril berdasarkan
cerita jaman orang dahulu, karena masjid ini didirikan oleh orang-orang
yang ada di pasar dan terminal.
"Dibangun bersama-sama oleh warga setempat, maka ya diberi nama Jamaah, masjid punya jamaah," urai pria kelahiran Kota Gorontalo ini.
Mengingat jamaah semakin berkembang, kaum muslim terus bertambah banyak, daya tampung masjid Al Jamaah tidak memadai maka sekitar tahun 1984, masjid mengalami perluasan dan dilakukan renovasi.
"Pertama kalinya masjid diberikan menara. Fungsinya untuk pengeras suara dan memperindah arsitektur masjid," ujar Sahril.
Posisi menara masjid berada di samping kanan dari pintu masuk masjid. Menara dibuat dari beton dengan gaya arsitektur semakin meruncing pada bagian pucuk menara.
Singkat cerita, kondisi masjid kembali berubah di tahun 2007. Masjid sudah tidak menyatu lagi dengan terminal karena telah dibatasi oleh tembok beton.
"Dibangun bersama-sama oleh warga setempat, maka ya diberi nama Jamaah, masjid punya jamaah," urai pria kelahiran Kota Gorontalo ini.
Mengingat jamaah semakin berkembang, kaum muslim terus bertambah banyak, daya tampung masjid Al Jamaah tidak memadai maka sekitar tahun 1984, masjid mengalami perluasan dan dilakukan renovasi.
"Pertama kalinya masjid diberikan menara. Fungsinya untuk pengeras suara dan memperindah arsitektur masjid," ujar Sahril.
Posisi menara masjid berada di samping kanan dari pintu masuk masjid. Menara dibuat dari beton dengan gaya arsitektur semakin meruncing pada bagian pucuk menara.
Singkat cerita, kondisi masjid kembali berubah di tahun 2007. Masjid sudah tidak menyatu lagi dengan terminal karena telah dibatasi oleh tembok beton.
Menara Masjid Al-Jamaah yang berada di posisi depan masjid_budisusilo |
"Supaya tidak ganggu
ibadah. Kalau tidak ditembok, akan berisik suasana terminal yang semakin
ramai. Nanti ibadah tidak khusuk," kata Sahmin Kidam, Ketua Takmirul
Masjid Al Jamaah 2012.
Alasan masjid di tahun 2007 di renovasi agar lebih indah, para jamaah lebih menikmati suasana ibadah. Makanya tidak heran masjid pun ditambah hiasan mihrab desain khas Gorontalo dan empat pilar dalam masjid diganti dengan kayu coklat yang model melingkar tampil lebih menawan.
"Dulu sudah ada pilar interior tapi cuma ukuran kecil, hanya berbentuk kubus saja," ungkap Sahmin. ( )
Alasan masjid di tahun 2007 di renovasi agar lebih indah, para jamaah lebih menikmati suasana ibadah. Makanya tidak heran masjid pun ditambah hiasan mihrab desain khas Gorontalo dan empat pilar dalam masjid diganti dengan kayu coklat yang model melingkar tampil lebih menawan.
"Dulu sudah ada pilar interior tapi cuma ukuran kecil, hanya berbentuk kubus saja," ungkap Sahmin. ( )
Komentar
Posting Komentar