IBUKOTA INDONESIA BALIKPAPAN COCOK
Akulturasi
Masyarakat Sudah Lama Terjadi
Hingar-bingar
pemindahan ibukota Republik Indonesia dari Kota Jakarta ke provinsi lain menjadi
topik perbincangan yang menarik sampai ke rumah dinas Walikota Balikpapan.
Ketika dipilihnya Balikpapan sebagai kandidat ibukota, ini perihal yang patut
disambut baik, didukung penuh.
Sambutan
hangat Balikpapan siap menjadi ibukota terucap secara langsung Rizal Effendi,
Walikota Balikpapan dalam kegiatan Konferensi Studi Lokal Gerakan Mahasiswa
Kristen Indonesia (GMKI) Balikpapan yang mengangkat tajuk ''Balikpapan Layak
Huni'' pada Jumat 11 Agustus 2017.
Rizal
sendiri sudah mendengar kabar dari Presiden Joko Widodo yang menandaskan, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional sedang mematangkan soal pemilihan lokasi baru
ibukota Indonesia. Di antaranya berada di provinsi yang ada di Pulau
Kalimantan.
Sementara,
Wakil Presiden Jusuf Kalla berkeinginan ibukota Indonesia sebaiknya ditempatkan
di Sulawesi Selatan, yang dianggap sudah sangat siap lengkap segala
infrastruktur. "Pak Wapres orang Sulsel, wajar mengusulkan ibukota di
Sulsel saja," kata Rizal.
Jongfajar Kelana |
Keberadaan
Pulau Kalimantan menjadi incaran lokasi ibukota menurut Rizal sudah dinyatakan
tepat, terutama yang dipilih adalah Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.
Secara geografis sangat strategis, bencana gempa bumi kemungkinan kecil tidak akan terjadi. Sejarahnya belum pernah mengalami guncangan tanah goyang di Balikpapan.
Secara geografis sangat strategis, bencana gempa bumi kemungkinan kecil tidak akan terjadi. Sejarahnya belum pernah mengalami guncangan tanah goyang di Balikpapan.
Selain
itu, tambah dia, Kota Balikpapan memiliki ciri masyarakat yang heterogen.
Naluri sebuah ibukota perlu bercorak masyarakat heterogen, ragam dari berbagai
suku dan golongan masyarakat.
Balikpapan sudah terbentuk masyarkat yang Bhineka Tunggal Ika, sebuah kehidupan warga yang ragam namun terikat dalam satu kesatuan.
Balikpapan sudah terbentuk masyarkat yang Bhineka Tunggal Ika, sebuah kehidupan warga yang ragam namun terikat dalam satu kesatuan.
"Akulturasi
di Balikpapan sudah berlangsung lama. Berjalan baik. Masyarakatnya sudah ragam,
sangat mencintai kotanya, ingin nyaman dihuni," ungkap Rizal, pria
kelahiran Balikpapan ini.
Berbeda
halnya, di Kalimantan Tengah (Kalteng), pola masyarakatnya masih homogen. Saat
diberlakukan ibukota tentu saja akan butuh proses adaptasi menuju akulturasi
sosial.
"Bagusnya kontur tanah di Kalteng lebih datar. Tidak seperti di Balikpapan banyak bukit-bukit," tuturnya.
"Bagusnya kontur tanah di Kalteng lebih datar. Tidak seperti di Balikpapan banyak bukit-bukit," tuturnya.
Seandainya
memang nanti Kota Balikpapan dinobatkan sebagai ibukota Republik Indonesia,
tentu saja perlu ada pembenahan secara berkesinambungan supaya masyarakat yang
menghuni semakin nyaman dan aman, Balikpapan layak huni.
Penetapan
Balikpapan menjadi ibukota perlu ada dukungan juga dari daerah lainnya sebagai
kawasan penyangga karena ibukota itu memerlukan luasan wilayah yang sangat
luas. Balikpapan nanti perlu ada penyangga dari daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara.[1]
( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Balikpapan Cocok
Ditetapkan Ibukota Indonesia; Akulturasi Masyarakat Sudah Lama Terjadi,” terbit
pada Senin 14 Agustus 2017 di halaman tujuh pada rubrik Tribun Balikpapan.
Komentar
Posting Komentar