KEINDAHAN MANGROVE CENTER GRAHA INDAH
Setiap
Bulan Ribuan Orang Berkunjung
Primata
hidung panjang yang biasa disebut Bekantan di Mangrove Center Graha Indah,
Kecamatan Balikpapan Utara, Provinsi Kalimantan Timur bertumbuh baik. Jumlahnya
diakui meningkat sejak pulihnya hutan mangrove dari krisis ekologi di tahun
1998.
Hal
ini diakui Agus Bei, Inisiator Mangrove Center Balikpapan, menjelaskan,
Bekantan kembali muncul bertumbuh banyak di era tahun 2009. Pria berkumis tebal
ini bercerita di tahun belakang, sekitar tahun 1998 hutan mangrove banyak yang
rusak.
Statusnya
hutan mangrove kritis sebab ada beberapa lokasi yang mau dijadikan tempat
pendirian bangunan. Saat itu, Agus tidak banyak melihat Bekantan hidup bebas di
Graha Indah. Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, Agus bergerak. Melakukan
gerakan pelestarian hutan mangrove dan mengsulkan ke pemerintah supaya mangrove
bisa dilestarikan segera.
"Saya
datang kesini mangrove rusak. Hampir ada 40 persen hutan mangrove rusak. Mau
lihat Bekantan saja susah. Tidak ada keliaran Bekantan," katanya saat
ditemui di lokasi mangrove pada Kamis 11 Mei 2016.
Namun
upaya penyelamatan hutan mangrove terus dilakukan, membangun pelestrian dengan
melakukan penanaman mangrove dan memberi edukasi ke warga masyarakat sekitar
untuk lebih mencintai mangrove yang menghasilkan banyak manfaat bagi warga.
Masuk
di tahun 2009, hutan mangrove mulai bertumbuh lalu munculah Bekantan. Di tahun
ini Agus bisa melihat Bekantan. Luas areal mangrove yang berada di 150 hektar telah
dihuni sekitar 600 spesies.
Dia
mengungkapkan, faktor munculnya Bekantan tidak terlepas dari kesuskesan hutan
mangrove yang bertumbuh baik. Sebab Bekantan sumber makanannya ada pada
tumbuhan mangrove. Jenis mangrove yang sangat disukai Bekantan adalah mangrove Sonneratia
alba.
Semakin
luas rimbunan mangrove maka semakin banyak juga Bekantannya. "Saya
perkirakan jumlah Bekantan sekarang sudah mencapai sekitar 600 ekor,"
ujarnya.
Satu
sisi, mangrove juga memberi kemanfaatan penyediaan biota air lainya seperti
ikan, kepiting yang bisa dikonsumsi manusia dan mangrove juga bisa menahan
abrasi air laut, penyedia oksigen, dan menahan serangan angin puting beliung.
Sekarang,
ungkap Agus, kawasan mangrove Graha Indah telah dikagumi seluruh warga masyarakat
dunia. Sebab tidak hanya orang Indonesia saja yang datang namun dari luar
negeri juga ada yang melihat kekayaan mangrove Graha Indah ini. "Rata-rata
hampir ada 1500 pengunjung yang datang dalam waktu satu bulannya,"
katanya.
Menurut
Stanislav Lhota M.Sc Ph.D, peneliti primata Bekantan Balikpapan, satu hal yang
paling mendasar faktor yang sangat berperan dalam membabat habis eksistensi
primata bekantan (Nasalis larvatus) tidak semata dari serangan binatang
predator seperti buaya dan macan.
Namun
yang dianggap paling berperan besar jumlah bekantan cepat habis adalah karena
faktor primata yang bernama manusia. Manusia datang ke mangrove, datang ke
pesisir pantai membangun rumah, industri. Bekantan terusir.
"Mencari
tempat lain yang ternyata tidak banyak sumber makanan (mangrove), akhirnya mati
hilang dari bumi," ujar pria lulusan ilmu biologi dari Universitas
Charles, Praha Republik Ceko.," tuturnya.[1]
( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Menelusuri
Indahnya Hutan Mangrove Center Graha Indah; Setiap Bulan Ribuan Orang
Berkunjung,” terbit pada Jumat 12 Mei 2017 di halaman depan bersambung ke
halaman 11 rubrik Tribun Line.
Komentar
Posting Komentar