GELIAT PUNGUTAN PARKIR TIADA KARCIS 2
Mereka
Tidak Liar tetapi Dibina
Menjelang
sore, banyak warga dari berbagai penjuru menuju satu titik lokasi destinasi
favorit yang super murah meriah di Kota Balikpapan. Inilah taman kota, Taman
Tiga Generasi yang berada di Jalan Ruhui Rahayu Balikpapan Selatan, Rabu 5
April 2017.
Keramaian
taman ini juga diiringi kemunculan beberapa orang yang mengaku sebagai petugas
parkir penjaga mobil dan sepeda motor. Keberadaan tukang pemungut jasa parkir
ini setiap sore disaat taman ramai dijejali masyarakat.
Petugas
parkir ini ada yang berjaga di sisi pintu depan masuk taman sampai ada juga
yang berjaga di bagian area khusus parkir motor. Tribun mencoba
memarkirkan sepeda motor di depan taman atau persis pingir jalan.
Ketika
menaruh sepeda motor, petugas parkir ini tidak mengarahkan, hanya sibuk memberi
bimbingan pengendara motor yang akan keluar dari parkiran taman.
Pengamatan
Tribun, petugas parkir yang berjaga di depan taman sampai ada dua orang.
Lapak parkir ini tepat berada di trotoar taman, berhadapan dengan saluran air
atau drainase, sesekali juga kadang berjejalan, berebut dengan
pedagang-pedagang kaki lima.
Sementara,
di sisi barat ada lahan yang memang khusus untuk tempat parkir yang hanya bisa
dimasukkan sepeda motor. Lokasi ini lebih luas dipagar keliling dan masuk dalam
area lahan taman serta ada papan petunjuk bertuliskan lokasi parkir
berbayar.
Mereka
perugas parkir ini hanya bermodalkan sebuah peliut yang tidak dilengkapi rompi
warna mencolok seperti halnya petugas parkir yang ada di area dalam kawasan
Pasar Pandansari.
Singkat
cerita, Tribun keluar dari lokasi parkir, petugas jaga parkir sigap
langsung menghampiri. "Dua ribu saja," ujarnya tukang parkir saat
ditanya berapa tarif yang dikenakan parkir sepeda motor.
Petugas
ini ulet, mau membimbing pengendara sepeda motor, ikut membantu mendorong motor
supaya pengendara bisa mendapat posisi yang nyaman. Begitu diberi bayaran
memakai uang pas, si tukang ini tidak memberi secarik karcis sebagai tanda
resmi perparkirannya.
Pemberlakukan
tarif parkir di Taman Tiga Generasi hanya saat menjelang sore hari, tetapi dari
pagi hari hingga siang tidak ada satu pun petugas yang memungut parkir. Para
pengunjung taman yang datang membawa kendaraan pada pagi atau siang hari tidak
dikenakan biaya parkir.
Ditempat
terpisah, Tribun bersua dengan Kepala Bidang Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Tata Ruang Kota Balikpapan,
Hairul Ilmi, yang menjelaskan, keberadaan tukang parkir yang ada di taman-taman
kota seperti Tiga Generasi dan Bekapai merupakan orang-orang yang resmi dari
kepanjangtanganan pemerintah Dinas Perhubungan Kota Balikpapan.
"Mereka
tidak liar. Bukan orang yang tiba-tiba langsung bisa memungut parkir. Mereka
itu binaan dari Dinas Perhubungan," ungkap Hairul yang kini rambut
kepalanya mulai terlihat putih uban.
Kata
dia, petugas parkir yang berada di taman atau tempat pasar dinyatakan resmi.
Keberadaan mereka ini sengaja diterjunkan untuk menjaga kemanan dan kenyamanan
pengunjung, termasuk membuat penataan parkir sepeda motor lebih terlihat tertib
dan indah.
Kadang
tambah dia, orang berkunjung membawa kendaraan seperti sepeda motor menaruh
secara sembarangan, tidak melihat aspek keselamatan dan keindahan. Untuk itulah
petugas parkir ditempatkan untuk menata sekaligus mengamankan.
Saat
ditanya mengenai pengelolaan pendapatan parkir dirinya enggan menjawab dengan
alasan dinasnya tidak berwenang akan tersebut. Dinasnya hanya berfokus menata
dan merawat taman, soal pendapatan parkir masuk wewenangnya Dinas Perhubungan.[1]
Parkir
Online Hindari Kebocoran
Pola
penerapan parkir tanpa tiket resmi mendapat sorotan tajam dari Direktur
Eksekutif Forum Kajian Kaltim Inisiatif, Adhi Supriadi. Kepada Tribun,
dirinya menilai penerapan parkir di Kota Balikpapan masih dianggap 'rapor
merah', bukan memberikan kepuasan bagi daerah.
Kata
dia, pendapatan daerah dari parkir saja nilainya bisa sangat potensial.
Mengingat di beberapa tempat fasilitas publik, perkantoran dan pertokoan
jumlahnya ada banyak. Bila digarap secara baik akan memberi kontribusi
maksimal.
"Bayar
parkir tidak dikasih karcis dianggap belum maksimal meskipun petugas parkirnya
itu resmi binaan dari Dinas Perhubungan. Masih belum dianggap bagus. Masih
dipertanyakan kemana hasil uangnya. Kesiapa saja dan berapa tidak transparan,"
ungkapnya pada Kamis 6 April 2017 sore melalui sambungan telepon selulernya.
Menurut
Adhi, bukan sekedar penerapan bayar parkir lalu memberi karcis, tetapi lebih
dari itu penerapannya harus mengadopsi sistem online dengan melibatkan pihak perbankan
yang berperan melaporkan transaksi keuangan parkir secara transparan dan
akuntabel.
"Pemkot
Surabaya sudah melakukannya, menggandeng BPD Jatim. Sudah berjalan baik
sekarang tinggal kita saja pemerintah Balikpapan mau atau tidak," katanya.
Penggunaan
parkir dengan metode online akan memberi manfaat berupa memperkecil kebocoran
pendapatan dari sektor perpakirkan. Hitungan dia, bila pendapatan daerah dari
parkir tergarap secara ciamik dalam porsi yang benar, maka Balikpapan akan
meraup pendapatan dari Rp 40 miliar sampai 50 miliar per tahun.
Sekarang
ini, Kota Balikpapan hanya mampu menyaring uang dari parkir sebesar Rp 13
miliar per tahun. Bagi Adhi ini masih dianggap kecil, yang harusnya bisa lebih tinggi mengingat
potensinya ada diberbagai tempat. "Kita memang defisit anggaran tapi kalau
kreatif tidak akan masalah. Saatnya tingkatkan pendapatan," tegasnya.
Soal
alasan pemerintah kota tidak ada dana untuk menerapkan jaringan parkir online
bukanlah alasan yang rasional. Bukan berarti Balikpapan mengalami defisit
anggaran tidak mau menerapkan parkir online, sebaliknya membumikan parkir
online akan menumbuhkembangkan pendapatan asli daerah.
"Anggaran
yang sekarang tersedia gunakan untuk yang prioritas seperti parkir online. Ada
imbauan juga dari presiden setiap daerah harus pakai anggaran secara prioritas.
Bisa dari belanja pegawai dialihkan ke sini, atau minta ke Kementrian
Perhubuhan, sebenarnya banyak cara," ujarnya.[2]
( )