BERGELOMBANG TAMBALAN LUBANG


Bergelombang 
Tambalan Lubang

Zaman Tiongkok kuno, selain perairan laut, lintasan darat juga dianggap ibarat urat nadi kehidupan masyarakat kala itu. Sampai kemudian munculah istilah yang terkenal hingga sampai sekarang sebagai teori ilmu sejarah dengan nama jalur sutra. 

Sebutan jalur sutra untuk pertama kalinya digunakan geografer Jerman, Ferdinand von Richthofen. Istilah ini dipakai untuk penyebutan jalur perdagangan melalui Asia yang menghubungkan antara Timur dan Barat.[1]

Sama halnya, bukan berarti sama persis seperti jalan sutra, di Provinsi Kalimantan Timur ada sebuah Jalan Soekarno-Hatta yang menghubungkan kota dan kabupaten, terutama Kota Balikpapan dan Kota Samarinda.

Jalur darat ini tidak pernah mati, selalu saja ada kendaraan yang meraungkan mesinnya di atas jalan ini. Maklum jalan darat ini berfungsi untuk segala hal kepentingan masyarakat.

Berkaca pada sejarah, Herman Willem Daendels seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1808‑1811) membangun proyek kontroversial Jalan Anyer‑Panarukan, atau Jalan Raya Pos yang panjangnya mencapai seribu kilometer. Tujuannya untuk banyak hal.

Pembangunan jalan yang telah memakan ribuan korban ini dianggap memiliki nilai positif. "Sejak dapat dipergunakan pada 1809 telah menjadi infrastruktur penting, dan untuk selamanya," tulis Pramoedya Ananta Toer dalam Jalan Raya Pos, Jalan Daendels.

Mengutip dari Historia.id, Sejarawan Universitas Indonesia, Djoko Marihandono, pembangunan jalan Anyer‑Panarukan lebih termotivasi karena kepentingan ekonomi, barulah urusan yang kedua berorientasi pada militer.[2]

Dikatakan olehnya, "Daendels mengeluarkan besluit (keputusan) bahwa tujuan pembangunan jalan itu untuk dua kepentingan, yaitu membantu penduduk dalam mengangkut komoditas pertanian ke gudang pemerintah atau pelabuhan dan untuk kepentingan militer.”

Tapi tambahnya, "Dia mendahulukan kepentingan pertama karena memang daerah di sekitar Bogor sangat subur dan menguntungkan bagi pemerintah kolonial. Namun, jalan dari Batavia hanya sampai Cisarua, dari Cisarua hanya jalan kecil, banyak belokan, dan sebagainya."


Pengendara sepeda motor melintasi aspal berlubang di Jalan Soekarno Hatta kilometer tiga Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan TImur pada Kamis 15 Desember 2016 sore. (Jongfajar Kelana)

Siang menjelang sore, saya susuri jalan sepanjang Soekarno-Hatta Kota Balikpapan kilo meter dua. Ternyata kala itu ramai lalu-lalang kendaraan bermotor, baik roda dua, roda empat, maupun terkadang ada juga sepeda motor roda tiga, Kamis 15 Desember 2016.

Keramaian jalan ini bukan hanya di kilometer dua saja, namun sepanjang jalan ini hingga Samarinda selalu saja ada geliat aktivitas kendaraan. 

Tidak heran, jalur ini sering mengalami kecelakaan lalu-lintas, seperti halnya di kilometer nol muara rapak, sempat ada kejadian tabrakan beruntun akibat sebuah rem truk kontainer rusak tak berfungsi.

Keramaian jalan ini bukan hal yang spesial, mengingat jalan ini berstatus nasional yang dijadikan media utama jalur transportasi darat antar kota dan kabupaten. Berdasar pengamatan, ada satu dua mobil truk kontainer sering melintas.

Tidak hanya itu, atmosfir yang ramai itu juga diselumuti jalan yang lumayan rusak. Pantauan saya, di kilometer tiga hingga sampai kilometer 25 Jalan Soekarno-Hatta, aspal jalannya tidak mulus, layaknya jalan tol.

Kondisi ini dirasakan ketika melintas pada jalur kiri jalan. Kebanyakan jalan yang tidak mulus itu bekas galian atau bekas lubang yang ditambal. Penambalan jalan aspal ini tidak rata, terasa bergelombang.

Saat itu saya mencoba memakai kendaraan sepeda motor, rasa ketidaknyamanan begitu terasa saat melajukan motor. Jalannya bergelombang mengocok perut. 

Kondisi yang demikian, terpaksa saya  memperlambat laju sepeda motor dengan kecepatan sekitar 40 sampai 50 kilometer.

Jalanan yang tidak layak dirasakan sepanjang perjalanan dari kilometer 25 menuju ke kilometer tiga. Jalan bekas lubang ditambal aspal sering ditemui. 

Laju roda sepeda motor yang dipakai Tribun sangat tidak nyaman, bergetar gelombang, terkadang juga ada beberapa congkelan lubang berukuran kecil.

Paling mencolok kondisi jalan bergelombang bisa juga dilihat di kilometer dua. Persis berada di jalur menanjak, jalan ini seperti mengalami amblas. Akibatnya antara sisi jalan kiri dan kanan jalan tidak sama rata.






Paling parahnya lagi, di kilometer tiga Soekarno-Hatta, terdapat lubang di pinggir jalan, seperti lubang bekas galian. Penambalan yang dilakukan tidak bertahan lama, keropos. Lubang ini diberi sebuah balok panjang.

"Sudah lama berlubang. Ada tiga bulan lebih. Dikasih balok saja supaya pengendara tidak melintasinya, supaya tidak tambah parah," ungkap Warsito, penghuni rumah yang ada disekitaran itu.

Pernah ada kajian dari Divisi Jembatan dan Bangunan Pelengkap Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Timur tahun 2013, keadaan di Jalan Soekarno-Hatta rawan pada bencana tanah longsor. 

Titik longsor ini berada di Km 3,5, Km 8, Km 9, Km 10, di depan pompa bensin di Km 16, hingga dekat perbatasan dengan Kutai Kartanegara di Km 24.

Tidak hanya itu, kondisi badan jalan juga sering turun hingga menjelang masuk kota Samarinda. Penyabab longsor ini karena lapisan tanah yang labil di sepanjang jalan tersebut dan adanya lapisan batubara saat hujan membuat lapisan batubara yang terbuka bergeser dan menggeser lapisan di atasnya.

Belum Wujudkan Kota Modern
Kondisi jalan di beberapa titik perkotaan Balikpapan yang mengalami tekstur gelombang banyak tambalan, berlubang, dan membekas genangan air hujan, mendapat tanggapan dari Wahyullah, Ketua Ikatan Aristektur Indonesia wilayah Kota Balikpapan. 

Hal ini disampaikannya, melalui saluran WhatsApp, Jumat 16 Desember 2016. Katanya, kondisi tersebut tidak bagus bagi pengguna kendaraan bermotor, terutama mereka yang memakai sepeda motor sangat mengganggu keseimbangan mengendarai.

Andai tidak stabil, tentu saja akan rawan celaka. Sementara mereka yang memakai kendaraan roda empat dengan kondisi jalan yang bergelombang tidak berpengaruh pada keseimbangan namun rasa nyaman, lancar, dan kemanan akan terenggut.

Seharusnya, jalan-jalan protokol baik itu jalan kotamadya dan provinsi wajib mulus, mampu memberikan kenyamanan berkendara mengingat mereka yang memiliki kendaraan bermotor sudah membayar pajak jalan, semestinya ada imbal balik fasilitas umum berkondisi baik. "Bisa menjamin keselamatan pemakai," tuturnya.


Jalanan becek dan berkerikil di Jalan Soekarno Hatta kilometer tiga Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur pada Kamis 15 Desember 2016 sore. (Jongfajar Kelana)

Sementara, khusus bagi pengendara yang membawa truk besar atau truk gandeng sekelas kontainer ada baiknya tidak ikut bercampur dengan kendaraan umum ukuran sedang dan kecil. "Tidak masuk ke kota karena mengkhawatirkan keselamatan pengguna jalan," tegasnya.

Solusi tepat, pemerintah mesti mampu penuhi infrastruktur yang kokoh dan terukur. Selama ini kesan yang terpancar, perkembangan kota tidak seimbang dengan kebutuhan masyarakatnya. "Kecepatan perkembangan kotanya lebih cepat daripada kehadiran infrastruktur kotanya," ungkapnya.

Idealnya, pemerintah bisa memberikan keunggulan dalam penataan kotanya seperti di antaranya memberi media jalan tol yang menghubungkan antar kota supaya tidak terjadi penumpukan pada jalan provinsi.

Bila terjadi penumpukan di jalan maka mengakibatkan rawan kecelakaan dan jalan pun rusak akibat banyaknya beban kendaraan yang melintas, menumpuk banyak beban tidak sesuai kapasitas kemampuan penggunaan jalan.

Menurut Wahyullah, kota yang disebut modern itu sebenarnya daerah tidak mementingkan jalan untuk kendaraan pribadi. 

Tetapi sebaliknya jalan umum difasilitasi kendaraan atau transportasi publik yang layak dan lebih bagus lagi harganya terjangkau.

Dia menambahkan, kendaraan pribadi tidak ada lagi yang masuk ke kota, meramaikan jalan membuat kemacetan lalu-lintas dan menambah polutan asap knalpot.

Selain itu, kota modern itu sarana angkutan umumnya sudah tersedia dengan jaminan kemanan dan kenyamanan yang maksimal.

"Pemerintahnya harus memikirkan penataan jalur untuk pejalan kaki. Di kita (Balikpapan) belum memiliki," tutur Wahyullah. ( ) 


Komentar

  1. Seharusnya pajak kendaraan bermotor diutamakan untuk pembangunan jalan dan perawatannya

    BalasHapus
  2. Hati-hati !!! ,anda memasuki kawasan jalan berlubang dan bergelombang (gelombang darat)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I