KALIMANTAN MENATAP PERTANIAN
Kalimantan
Menatap Pertanian
Selama
ini di Pulau Kalimantan, terkhusus Kalimantan Timur (Kaltim) dikenal daerah
yang paling mahal akan hasil pertaniannya bila dibandingkan dengan Pulau
Sulawesi apalagi Pulau Jawa. Padahal Kalimantan itu berpotensi besar menggarap
pertanian karena punya lahan yang luas.
PAGI
itu Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, membuka rapat
koordinasi pangan Kalimantan di Hotel Grand Jatra Balikpapan, pada Rabu 12
Oktober 2016.
Saat
memberi sambutannya, pria yang lahir di Bone itu mengatakan, selama ini
Kalimantan sangat bergantung pemenuhan pangannya pada Pulau Jawa dan Pulau
Sulawesi. Akibat hal ini harga-harga pangan dianggap mahal disebabkan biaya
angkut yang jauh.
"Biaya
pengiriman pangan dari luar semuanya ditanggung konsumen sendiri. Mau tidak mau
terjadilah inflasi selalu tinggi di Kalimantan. Kemiskinan semakin
bertambah," ungkap Amran.
Padahal
sepengetahuan dia, Kalimantan itu kaya sumber daya alamnya, memiliki luas
daratan yang sangat besar ketimbang di pulau yang lain.
Selama
ini yang dianggap kurang tepat, Kalimantan lebih banyak mengandalkan hasil
pertambangan yang menurutnya tidak berjangka panjang, hasilnya hanya bersifat
instan.
Belakangan
pertambangan habis, banyak alam yang tergadai. Nilai pertambangan dunia turun,
Kalimantan akhirnya kena dampak defisit keuangan, perekonomian pun seakan
berjalan lamban.
"Ke
depan solusi (permasalahan) Kalimantan harus kembangkan pertanian. Saya
canangkan di tahun 2018 pokoknya harus Borneo Mandiri Pangan," tegas Amran
yang lulusan Doktor Ilmu Pertanian dari Universitas Hasanudin Makassar
ini.
Dia
merasa, dunia pertanian Indonesia kini, hanya maju di daerah Jawa dan Sulawesi.
Amran ingin semua daerah juga mesti maju pertaniannya. Keberhasilan pertanian
ini juga tidak terlepas dari keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Ia
menuturkan, secara kelembagaan TNI sebenarnya bukan pihak yang bertanggungjawab
dalam proses kemajuan pertanian Indonesia. Namun bila membahas mengenai pangan,
ada kaitannya dengan ketahanan dan keamanan negara.
Logikanya
bila masyarakat Indonesia mengalami kelaparan dan sangat bergantung pada impor
pertanian dari negara lain, tentu negara tidak sejahtera dan tak memiliki
kedaulatan secara penuh.
Pangan
jadi satu di antara faktor penentu kesetabilan keamanan negara. "Tepuk
tangan untuk TNI kita. Semua bergerak, dari Panglima sampai Babinsa mau ikut
turun. Mau masuk ke kantong‑kantong kemiskinan," ujarnya.
Menurut
Amran, belakangan ini Indonesia mengalami kemajuan pertanian, terkhusus di
Pulau Jawa. Hasil produksi beras mengalami peningkatan. Keberhasilan ini tidak
terlepas dari kontribusi TNI.
"Kami
kerja lintas menteri. Pertanian, perdesaan, sampai perdagangan kami bersatu.
Untuk desa saja pemerintah sediakan Rp 70 triliun. Kalau kami bersatu bisa
lebih dananya," kata pria lulusan Program Doktor Ilmu Pertanian dari
Univeraitas Hasanuddin ini.
Di
acara tersebut hadir pula jajaran TNI, termasuk Pangdam VI/Mulawarman Mayjen
TNI Johny L Tobing yang kemudian menegaskan TNI juga ikut berkomitmen turun
tanah mengembangkan pertanian. "Saya kasih perintah, para Dandim yang
tidak ikut mendukung pertanian Kalimantan akan saya copot," tegasnya.
Belum
Punya Bendungan
Persoalan
pertanian yang kini masih menggelayut pada Kaltim, yakni berkutat pada seputar
infrastruktur pengairan. Perencanaan pembuatan bendungan besar masih belum
terealisasi, padahal keberadaan bendungan ini dianggap kebutuhan pokok
memajukan pertanian. Seharusnya pemerintah pusat harus segera merealisasikan.
Hal
itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kaltim, H Ibrahim, yang turut
hadir dalam rapat koordinasi pangan Kalimantan di Hotel Grand Jatra, Kota
Balikpapan, pada Rabu 12 Oktober 2016.
Katanya,
ada dua kabupaten yang berpotensi dan dianggap sudah lebih baik dunia
pertaniannya namun kendalanya masih kurang maksimal karena belum tersedianya
bendungan. Bila tanpa ada bendungan besar di Kaltim, mustahil Kaltim akan
mengejar kemajuan pertanian di Jawa.
"Kami
menilai masih sekitar 12 persen yang baru bisa teraliri air. Kami masih banyak
mengandalkan pengairan dari tadah hujan," tuturnya.
Belum
lama ini, pemerintah pusat sudah berjanji akan membangun bendungan besar,
seperti Bendungan Teratai yang akan meningkatkan produksi pertanian di dua
Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Paser.
"Ada
yang bilang desainnya sudah selesai tinggal menunggu pelaksanaannya. Sebaiknya
pemerintah pusat harus mempercepat pembangunannya. Kami butuh sumber air, juga
listrik. Lahan kami luas," kata Ibrahim.
Pemda
Sempat Lalai
Persoalan
serupa juga diungkapkan Bupati Penajam Paser Utara, Yusran Aspar, yang
menuturkan, Penajam dianggap daerah yang sudah swasembada untuk wilayah Kaltim
namun masih kurang memuaskan bila dibandingkan dengan daerah lain yang
selangkah lebih maju seperti dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan
Kalimantan Barat.
"Pertanian
kita masih kalah. Kita hampir sama dengan Kaltara (Kalimantan Utara) masih di
bawah posisinya," katanya kepada Tribun.
Selama
ini, pertanian di Panajam masih kesulitan mencari sumber air pengairan
pertanian. Air tersedia hanya mengandalkan tadah hujan. Memasuki musim kemarau,
para petani mengalami kesulitan mendapatkan sumber air.
Sementara,
sungai di Penajam ada banyak namun belum ada bendungan yang merupakan
infrastruktur utama dalam pola distribusi air pertanian yang ampuh dalam
mengembangkan pertanian lebih intensif. "Kita mesti ada bendungan. Selama
ini kita belum punya," ungkapnya.
Padahal
tambahnya, pada masa silam Provinsi Kaltim di tahun 2013 sempat memiliki
pendapatan mencapai Rp 15 triliun. Kondisi keuangan yang prima ini, Yusran
menganggap seharusnya Kaltim bisa membangun bendungan megah. Tidak seperti yang
sekarang, keuangan daerah Kaltim sedang sakit, alias defisit.
"Uang
punya banyak. Canangkan Kaltim akan swasembada, agrobisnis akan digalakkan tapi
lupa bendungan tidak dibuat. Lalai, tidak ada hasilnya," katanya Yusran
yang lahir di Tanah Grogot 28 Januari 1952 ini.
Menurut
dia, pemerintah pusat juga waktu itu masih berpikiran salah, bahwasanya bicara
mengenai pertanian itu hanya foksunya di Pulau Jawa dan Sulawesi saja, padahal
Kalimantan itu sebenarnya juga punya potensi besar, sangat prospektif.
"Kita
bersyukur sekarang pemerintah sudah mulai sadar. Kita ini yang di Kalimantan
sebenarnya raksaksa yang sedang tidur," tuturnya yang merasa pertanian di
Penajam Paser Utara tidak mengalami kendala pemasarannya sebab ada peran dari
Bulog yang bisa ikut terlibat dalam pemasaran.
Menanggapi
hal itu, Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulauman, menegaskan,
desain bendungan terbesar yang akan dibangun di Kaltim menjadi keseriusan
pemerintah pusat, masuk dalam program kerja utama memajukan pertanian. Pihaknya
nanti akan berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum untuk segera
menindaklanjutinya.
"Saya
sudah tahu bahwa DED (Detail Engineering Design) sudah jadi. Tinggal tunggu waktu.
Tahun depan di 2018 prouyek akan mulai dikerjakan," ungkap pria yang
pernah menjabat sebagai CEO PT Tiran Group ini.
Petani
Kaltim Menurun
Kendala
lainnya yang dihadapi pertanian Kaltim yakni soal minatnya generasi muda akan
dunia pertanian. Belakangan ini, kalangan anak muda tidak lagi melirik sektor
ekonomi pertanian. Padahal jika digarap serius, bisa sebagai sumber pendapatan
yang luar biasa.
Demikian
diungkapkan, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kaltim, H Ibrahim, usai rapat
koordinasi pangan Kalimantan. Berdasarkan catatan dari Badan Pusat Statistik,
petani di Kaltim turun 10 persen, yang kini hanya tersisa sekitar 102 ribu
petani.
"Anak-anak
muda takut kotor. Tidak mau bertani. Pendapatan petani dianggap tidak menentu.
Malah memilih kerja di perbankan yang setiap bulannya bisa dapat pendapatan
bersih satu juta," katanya.
Generasi
muda belum memahami hitungan keuntungan menjalani bisnis pertanian. Seandainya
mengetahui dan merasakan, dipastikan akan terus menggandrungi ekonomi
pertanian.
Ke
depan, dirinya akan fokus kampanye ke generasi muda dengan mengenalkan produksi
tani yang dikombinasikan dengan hitung-hitungan uangnya. "Kalau tahu
berapa uang yang diperoleh, mereka akan banyak yang berminat," tuturnya.
Seperti
halnya, jika bisa menghasilkan hasil pertanian jagung berpuluh ton kemudian
diakumulasikan ke rupiah, hasilnya bisa berlipat ganda. "Tanam jagung satu hektar hasilkan 4
ton. Harga sekarng 1 Kilogram bisa mencapai Rp 3 ribu. Hasilnya sangat besar,
yang tidak bisa didapat kerja sebagai pegawai biasa," kata Ibrahim.
Ditambahkan,
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, pertanian Indonesia mesti melakukan
transformasi sosial, yang mengadopsi teknologi pertanian. Langkah ini bukan
berarti mengganti manusia dengan mesin, akan tetapi lebih kepada mengejar
efektifitas demi mamaksilakan produktifitasnya.
Kata
dia, Yang biasanya sawah per hektar digarap empat orang dengan penerapan
teknologi, sisa orangnya bisa fokus mengerjakan yang lain seperti memelihara
itik, ikan atau menanam holtikultura. "Yang dibutuhkan sekarang itu
teknologi," tuturnya.[1]
( )
TARGET SWASEMBADA PANGAN KALIMANTAN
Provinsi Luas Baku Sawah Jumlah Penduduk
1 Kalimantan Barat 323,595 ha 4.789.574 jiwa
2 Kalimantan Tengah 215,545 ha 2.495.035 jiwa
3 Kalimantan Selatan 431,437 ha 4.055.479 jiwa
4 Kalimantan Timur 55,485 ha 3.351.432 jiwa
5 Kalimantan Utara 21,775 ha 595.000 jiwa
SUMBER: Kementrian Pertanian RI 2016
PRODUKSI KOMODITAS PERTANIAN
Komoditas Atap 2015 Aram-II 2016
1. Padi 75.397.841 ton 79.141.352 ton
2. Jagung 19.612.435 ton 23.164.915 ton
3. Kedelai 963.183 ton 885.575 ton
SUMBER: Kementerian Pertanian RI 2016
Provinsi Luas Baku Sawah Jumlah Penduduk
1 Kalimantan Barat 323,595 ha 4.789.574 jiwa
2 Kalimantan Tengah 215,545 ha 2.495.035 jiwa
3 Kalimantan Selatan 431,437 ha 4.055.479 jiwa
4 Kalimantan Timur 55,485 ha 3.351.432 jiwa
5 Kalimantan Utara 21,775 ha 595.000 jiwa
SUMBER: Kementrian Pertanian RI 2016
PRODUKSI KOMODITAS PERTANIAN
Komoditas Atap 2015 Aram-II 2016
1. Padi 75.397.841 ton 79.141.352 ton
2. Jagung 19.612.435 ton 23.164.915 ton
3. Kedelai 963.183 ton 885.575 ton
SUMBER: Kementerian Pertanian RI 2016
LUAS PANEN PALAWIJA dalam Ha PER TAHUN
Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2014
1. Jagung 3 758 2 411 2 743 1 845 2 873
2. Ubi Kayu 4 063 3 611 2 885 2 845 2 988
3. Ubi Jalar 1 694 1 583 1 311 1 271 1 217
4. Kacang Tanah 1 552 1 241 1 212 1 101 1 189
5. Kedelai 1 420 1 187 723 963 768
6. Kacang Hijau 654 577 423 381 342
SUMBER: Badan Pusat Statistik Kaltim 2015
LUAS PANEN DAN PRODUKSI PADI SAWAH LADANG KALTIM
Kabupaten/Kota Luas Panen (ha) Hasil Per Ha (Kw) Produksi (ton)
1. Paser 9 023 40,83 36 843
2. Kutai Barat 3 884 34,85 13 535
3. Kutai Kartanegara 39 679 49,02 194 501
4. Kutai Timur 12 414 34,82 43 222
5. Berau 13 748 31,4 43 172
6. Penajam Paser Utara 13 947 48,08 67 060
7. Mahakam Hulu 3 051 - 9 730
8. Samarinda 4 150 41,97 17 417
9. Balikpapan 304 44,71 810
10. Bontang 62 43,38 279
SUMBER: Badan Pusat Statistik Kaltim 2014.
[1] Tribunkaltim, “Pemerintah Siap Bantu
Kaltim; Amran Minta Cetak 10 Ribu Ha Sawah,” terbit pada Kamis 13 Oktober 2016
di halaman pertama bersambung ke halaman 11 rubrik Tribun Line.
Komentar
Posting Komentar