ISRA MIRAJ BUKAN PERISTIWA BIASA
Isra
Miraj Bukan Peristiwa Biasa
SINAR matahari siang menyelimuti Masjid Habib Ahmad Al
Kaf, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara,
pada Jumat 8 Mei 2015. Inilah tanda dimulainya, kutbah jumat di masjid itu,
sebagai pengisi kutbah ialah Muhammad Idris.
Saat dia berkesempatan naik di atas mimbar, Idris
menyampaikan pesan jumat, bahwa manusia hidup di dunia merasakan perjalanan
tiga dimensi waktu. Yakni kehidupan pada masa lalu, hidup masa sekarang, dan
hidup di masa mendatang.
Orang yang baik, akan mengambil semua pelajaran dari
pengalaman hidup tersebut, demi bekal kehidupan di masa mendatang. Melakukan
perbaikan jika dinilai salah dan menyesatkan, serta selalu berupaya
meningkatkan kualitas hidup, hari ini akan lebih baik dari hari kemarin dan
hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Momen Isra Miraj adalah kesempatan yang pas untuk
mengambil pelajaran. Isra Miraj ibarat sebagai acuan bagi kehidupan jaman sekarang
supaya di masa depan hidup jauh lebih bekualitas dari hari ini dan kemarin.
Melihat secara jeli, bahwa dalam penanggalan kalender
Islam, setiap bulannya terdapat sejarah yang bermakna. Seperti halnya, bulan
Muharram memiliki peristiwa hijrah, yakni manusia diimbau untuk melakukan
refleksi kehidupan.
Saat memasuki bulan Ramadhan ada momen Nuzul Quran. Bulan
Dzulhijah ada peringatan Qurban. Di bulan Syawal ada Idul Fitri. Bulan Rabiul
Awal ada Maulid Nabi, kemudian masuk bulan Rajab manusia diajak mengembara atas
kebesaran Allah melalui peristiwa Isra Miraj.
Kitab suci umat muslim Al Quran menceritakan banyak peristiwa bersejarah meskipun Al Quran sendiri bukanlah kitab sejarah. Gaya bahasa yang tekandung dalam Al Quran dalam menceritakan sejarah sangatlah berbeda antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya.
Seperti halnya, cerita mengenai Isra Miraj, Allah
mengawali kalimatnya dengan kalimat tasbih, Subahanallah,
Maha Suci Allah. Padahal cerita-cerita sejarah yang lain jarang menggunakan di awal
kalimat memakai tasbih.
Seperti di antaranya, mengenai sejarah kekuasaan Firaun
yang ditenggelamkan di laut merah. Cerita ini membeberkan peristiwa yang sangat
hebat tetapi pada awal kalimat ceritanya tidak memakai kalimat tasbih.
Penggunaan kalimat tasbih dalam cerita Isra Miraj di Al
Quran, bukanlah sebuah kebetulan. Adanya kalimat Subhanallah dalam awal kalimat cerita Isra Miraj, menunjukan bahwa
Allah menyampaikan sebuah kebenaran yang mutlak. Kalimat tasbih itu, Allah
ingin mempertaruhkan kesucian dan kebesarannya untuk sebuah kebenaran dari
cerita Isra Miraj.
Isra Miraj sendiri mengandung kalimat yang memiliki arti “memperjalankan”.
Ini mendandakan, bahwa Allah SWT yang lebih aktif dalam persitiwa Isra Miraj
ketimbang Nabi Muhammad SAW yang diceritakan melakukan perjalanan dari Mekkah
ke Masjidil Aqsa Palestina.
Lalu naik ke langit tujuh, lanjut ke Baitul makmum, ke
Sidratul Muntaha, lalu tiba di Arsyad mendapat perintah sholat dari Allah,
kemudian melakukan kunjungan ke surga dan neraka. Peristiwa perjalanan ini
hanya ditempuh dalam waktu sepertiga malam.
Sebenarnya, Allah yang lebih aktif, memperjalankan Nabi
Muhammad. Posisi nabi yang pasif. Jika tidak ada Allah, nabi tidak akan bisa
menempuh perjalanan Isra Miraj. Karena itu, memahami cerita Isra Miraj jangan
menggunakan logika manusia, namun harus berdasar pada logika kebesaran Allah
SWT.
Contoh, Abu Jahal dan Abu Lahab memakai logka manusia, keduanya tidak percaya terhadap ceritanya, sebab Isra Miraj itu kehendak Allah, bukanlah dari inisiatif nabi sendiri.
Contoh, Abu Jahal dan Abu Lahab memakai logka manusia, keduanya tidak percaya terhadap ceritanya, sebab Isra Miraj itu kehendak Allah, bukanlah dari inisiatif nabi sendiri.
Kemudian ada cerita Isra Miraj memakai kalimat hambanya,
tidak memakai nama Nabi Muhammad. Ini menggambarkan, kata hamba memiliki dua
arti, yakni ruh dan jasadnya. Orang akan dipanggil sebagai hamba apabila
memiliki ruh dan jasad.
Nah, kita mengaku sebagai hamba Allah diperbolehkan juga,
asal mau membuktikan sebagai hamba Allah, mau beriman dan bertakwa pada Allah
SWT. Nabi Muhammad mengaku sebagai hamba Allah dengan diiringi pembuktiannya
sebagai hamba Allah.
Lalu ada kalimat “pada suatu malam.” Ini menunjukkan,
nabi Muhammad diperjalankan dalam sebuah peristiwa Isra Miraj, ketika malam
hari, menempuh perjalanan hanya dalam satu malam, tidak berhari-hari.
Kenapa perjalanan dilakukan pada malam hari sebab
kebiasaan kabilah-kabilah di negeri Arab melakukan perjalanan jauh dilakukan
pada malam hari supaya tidak merasa panas terik matahari, melintasi gurun
padang pasir pun tetap nyaman. Dan waktu yang terbaik Nabi Muhammad menghadap
kepada Allah adalah malam hari.
Hakikat dan tujuan adanya Isra Miraj hanyalah Allah yang
tahu. Tentu saja, sebagai manusia memahami Isra Miraj sebagai pemahaman akan
sebagian kecil dari tanda-tanda kebesaran Allah, sebuah perjalanan yang
bermakna bagi makhluk yang masih hidup di jaman sekarang.
Malaikat Jibril yang mendampingi nabi pergi Isra Miraj
menjelaskan saat nabi melihat ada orang yang mencakarkan ke wajahnya sendiri
dengan kuku-kukunya sendiri memberi pesan bahwa, itulah umat yang
menjelek-jelekkan umatnya sendiri, membunuh sesama saudaranya sendiri.
Sementara, nabi pun melihat ada seseorang yang bercocok
tanam langsung tanaman itu berbuah, dalam sekejap penanam itu merasakan panen
raya. Jibril pun menjelaskan, itu pertanda umat manusia yang gemar memberi
bantuan kepada fakir miskin, sering menyantuni anak yatim piatu, sering
melaksanakan dakwah kebaikan dan orang yang rajin membelanjakan hartanya di
jalan Allah.
Karena itulah, mari umat manusia bercermin pada
peringatan hari Isra Miraj. Sebab pangkat terakhir manusia hanyalah almarhum.
Setiap manusia pasti akan mati, menuju ke alam akhirat, menjalani peradilan
dari Allah. Siapakan diri, dilakukan sejak dini dengan melakukan ibadah sholat
dan amal-amal ibadah lainnya. ( )
yeah, isra miraj itu peristiwa yang luar biasa :)) selain jadi hari libur tentunya
BalasHapusHeHeHe, Alhamdulillah. Semoga semakin berhikmah yah :D
BalasHapus