TANJUNG SELOR BANJIR | KABUPATEN BULUNGAN | KALIMANTAN UTARA
Tanjung
Selor Dihiasi Genangan Air Banjir
Sejak saya tinggal di
Tanjung Selor Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, pada Sabtu 10 Januari 2015,
saya masih merasakan cuaca yang cerah, atau pun awan mendung.
Selama saya menetap di
Tanjung Selor saya belum pernah merasakan cuaca berintensitas hujan deras
dengan durasi yang sangat lama.
Namun, tepat hari Jumat, 16
Januari 2015 dini hari, awan hadir mengguyur air hujan dengan derasnya di
Kecamatan Tanjung Selor.
Kontan, hujan yang berjam-jam ini membuat suasana pagi hari di beberapa ruas jalan digenangi air bekas hujan. Drainase yang tersedia seolah tidak mampu menampung debit air.
Drainase yang ada di depan
rumah-rumah penduduk seakan tidak berfungsi, sebab airnya tidak mengalir ke
hilir. Padahal, Tanjung Selor sendiri sangat berdekatan dengan sungai Kayan.
Hujan dini hari memang
deras, tidur nyenyak saya pun terganggu. Saya sempat terbangun dari tidur
karena mendengar rintikan hujan yang menerpa genteng rumah kosan saya di Jalan
Rambai Padi, Tanjung Selor Ilir.
Banjir di Tanjung Selor Kalimantan Utara pada Jumat 16 Januari 2015. Banjir diakibatkan sistem drainse di jalan ini masih berkondisi buruk. (photo by budi susilo) |
Saya sempat mendatangi warung
makan Madiun milik Suwarti yang berada di bilangan Jalan Salak terendam. Saya
datang kesini untuk membeli lauk-pauk untuk makan siang dan malam.
Nasib, pekarangan warung
milik Suwarti terendam genngan air hujan. Untung saja, walau kena genangan,
warung Suwarti tetap buka melayani jualan makanan. “Kalau hujan deras disini memang
pasti banjir,” ujarnya.
Kata dia, sampai pernah
terjadi, waktu hujan turun seharian, air pernah masuk ke dalam warung. “Kulkas
saya saja hampir kerendam,” kata perempuan berjilbab ini.
Tapi tambahnya, sekarang
agak mendingan, warungnya telah dibuat
lebih tinggi sehingga air genangan tidak harus sampai masuk ke dalam.
“Ini sudah saya kasih tinggi
biar gak kebanjiran lagi. Saya buat tinggi, model rumah panggung, bagian
bawahnya saya kasih kayu ulin agar kuat,” ungkap Suwarti.
Tidak hanya Suwarti yang
was-was terhadap genangan banjir, Faisal Fikri, Wakil Ketua Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bulungan juga prihatin.
“Harus ada pembenahan,
drainase itu mesti terkoneksi sampai ke sungai-sungai agar airnya lancar dari
hulu sampai ke hilir,” katanya, yang kala itu kepalanya mengenakan kopiah
hitam.
Sebagai daerah yang akan
menjadi pusat pemerintahan, seharusnya Tanjung Selor mampu beradaptasi dengan
kebutuhan yang semakin dinamis. Penduduk yang tinggal di Tanjung Selor pun
semakin bertambah, makanya perlu ada perubahan.
“Saya melihat ada beberapa
saluran-saluran air yang masih macet. Ini yang ke depannya perlu diperbaiki
segera, mengingat sudah banyak warga yang tinggal di Tanjung Selor,” ujar
Faisal, yang berasal dari parpol PPP ini.
Karena itu, tegasnya, dia
meminta pemerintah harus segera bertindak, membenahi saluran air yang masih
belum maksimal. Lakukan normalisasi saluran air dengan cara memperlancar
saluran air sampai ke area sungai.
“Yang mampet-mampet ya harus
dikeruk. Jangan sampai ada yang dangkal,” tutur pria yang kini sedang menempuh
studi di jurusan Managemen Konstruksi Institut Teknik Negeri Malang ini.
Saya melihat genangan air
tidak hanya di satu tempat, ada lebih jumlahnya, seperti di antaranya di
jalan-jalan yang memakai nama buah-buahan.
Banjir menggenang di Jalan Salak Tanjung Selor Kalimantan Utara pada Jumat 16 Januari 2015. Ada anekdot, banjir bagi warga setempat adalah berkah, sebuah kegembiraan. (photo by budi susilo) |
Kondisi Jalan Rambutan basah
tergenang air hujan. Beberapa pengendara kendaraan bermotor yang melintas di
jalan ini melajukan kendaraan dengan perlahan-lahan.
Di tempat lainnya, Sekolah
Menengah Atas (SMA) Agape pun, lapangan sekolahnya tergenang air, namun
sejumlah siswanya hadir, dan kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung.
Jalan Salak pun sama, begitu
pun yang ada di Jalan Jeruk, Jalan Durian, Gang SMA sama-sama terendam air
hujan. Keberadaan drainase di Tanjung Selor tidak mampu menampung debit air
hujan, air meluap sampai ke daratan aspal jalan.
Kenapa bisa sampai terjadi
demikian, katanya Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan, Hasan Pemma,
upaya pembangunan drainase di seluruh kawasan Tanjung Selor, sudah dilakukan
sesuai perencanaan.
Bahkan dia mengaku, kalau
penggarapan drainase selama setahun di Kabupaten Bulungan, menelan biaya sampai
angka Rp 7 miliyar.
Ya itulah dia, yang
terpenting warga masyarakat mesti terlibat, ikut menjaga dan memelihara
drainase. Persoalan ini bukan saja urusan pemerintah namun warga masyarakat
juga dibutuhkan partisipasinya.
Jangan anggap enteng akan
keberadaan drainase, kalau pun mau membuang sampah bukan di drainase, supaya
suatu saat hujan turun saluran air tidak mampet.
Berlanjut di malam hari, 16
Januari 2015, persisnya pada pukul 18.33 Wita aliran listrik di Tanjung Selor
padam. Suasana kota jadi gelap gulita, terang cahaya hanya dibantu oleh lampu
jalanan yang sumber energinya dari sinar surya.
Kontan kondisi ini sempat
mematikan Tanjung Selor. Pedagang-pedagang kaki lima hanya mengandalkan cahaya
lampu dari lilin, mereka yang sedang makan pun dalam kondisi remang-remang.
Tapi ada juga beberapa rumah
mukim dan rumah ibadah yang aliran listriknya tetap menyala, karena menggunakan
fasilitas genset. Namun ketika jam menunjukan pukul 19.44 Wita, Tanjung Selor
kembali normal. Aliran listrik hidup lagi, Tanjung Selor kembali terang
benderang. ( )
Komentar
Posting Komentar