MANGROVE BALIKPAPAN KEPINGAN SURGA YANG DILUPAKAN
Mangrove Graha Indah
Kepingan Surga Yang Dilupakan
Rimbunan hijau pohon-pohon bakau yang tinggi menghiasi
alam bumi Graha Indah, Balikpapan Utara, Kalimantan Timur. Tak absen juga, Bekantan-bekantan
bergelayutan asik di pohon-pohon Bakau yang tumbuh rindang. Tapi sesungguhnya,
di balik keindahannya, tempat ekowisata ini bak kepingan surga yang telah
dilupakan oleh kaum insan.
Ya inilah,
atmosfir yang dirasakan ketika saya berkeliling di kawasan Mangrove Center di
Graha Indah pada Jumat 2 Januari 2015 menggunakan kapal motor speedboat milik
Mangrove Center bersama legislator Komisi II dan beberapa unsur pemerintahan
eksekutif Kota Balikpapan.
“Tempatnya
asik buat ekowisata. Sering didatangi wisatawan,” ujar Oemy Facesly, Kepala
Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Balikpapan yang saat itu
satu perahu dengan saya.
Para
penumpang speedboat dengan mata telanjang bisa melihat eloknya pohon-pohon
bakau yang tinggi, di bagian ujungnya melambai-lambai tertiup angin
sepoi-sepoi. “Tempatnya bagus. Alami,” ungkap Tessa, yang ikut dalam rombongan
dan menjabat sebagai Sekertaris Ketua Dewan Kota Balikpapan.
Berdasarkan pantauan,
pohon-pohon bakau yang tumbuh di Graha Indah ini ada pohon berjenis Rhizophora
Mucronata, Rhizophora Apiculata, Luminitzera Littorea, dan Avicenia Lanata.
Oemy
mengungkapkan, tiap minggunya pasti ada dua wisatawan mancanegara yang datang
ke Mangrove Graha Indah. Kalau di total, berdasarkan catatan sudah ada 30
negara yang pernah kunjungi tempat ini.
“Tanggal
28 Januari ini juga akan kedatangan turis dari Perancis sebanyak 350 orang,”
ungkapnya, yang saat itu mengenakan baju kemeja merah.
Hal yang
menjadi daya tarik tempat ini, selain hutan Mangrove-nya, ada binatang monyet
hidung panjang berbulu coklat. Orang lokal sering menyebutnya Bekantan, namun
kalau nama ilmiahnya disebut Nasalis Larvatus.
Mencari
binatang seperti ini sangat sulit karena hanya ditemukan di alam hutan bakau,
hutan pantai, dan rawa. Bekantan hanya tinggal ditempat-tempat tertentu, yakni
di pulau Kalimantan, Sabah, Serawak, dan Brunei.
Khusus di
hutan Mangrove Graha Indah, pengunjung masih dapat mudah melihat keliaran
Bekantan ini, yang hidupnya berkelompok dan hobi nangkring di pepohonan Bakau.
“Nanti di
sebelah sana (dekat kampung Somber) ada lebih banyak lagi (Bekantan),” kata
nakhoda perahu motor, mencoba memberi petunjuk lokasi gerombolan Bekantan
berada.
Menurut Agus
Bei, Inisator Mangrove Center, keberadaan eksistensi Bekantan di Kalimantan
Timur sudah mulai terancam pada jurang kepunahan. Mesti ada gerakan pelestarian
sebab Bekantan juga bagian dari aset daerah. “Tidak boleh lagi diburu, dibunuh
dan diperjual-belikan,” tegasnya.
Berbicara
soal jumlah, di era tahun 80-an Kalimantan masih menyimpan Bekantan sebanyak
260 ribu. Kemudian, waktu berjalan sampai tahun 2008, Bekantan mulai berkurang,
jumlahnya turun drastis menjadi 25 ribu.
Karena itu,
ujar Bei, meskipun dengan kondisi yang penuh keterbatasan, dirinya beserta
warga setempat tetap melakukan aksi perlindungan terhadap ekosistem dan habitat
hutan Mangrove Graha Indah.
“Kami
melakukan gerakan atas inisiatif sendiri, lewat swadaya masyarakat, menjaga
lingkungan disini agar tidak rusak. Kami tidak mau alam disini dirusak. Kalau
sampai rusak, nanti kami sendiri yang mendapat kesusahan,” kata pria berkumis
tebal ini.
Gerakan yang
konkrit telah dilakukan antara lain, pengawasan kawasan alam bakau, pembangunan
dermaga pengawasan, rumah pembibitan, penanaman pohon mangrove, dan pembangunan
ruang mangrove center.
Arus air di
hutan Mangrove begitu tenang, tidak bergelombang. Ada papan pengumuman di
dermaga Mangrove Center, yang menegaskan dilarang keras untuk berenang di
Mangrove Center. “Disini masih ada buayanya,” kata Nakhoda perahu motor.
Saat laju
perahu motor tiba di paling ujung, yakni Kampung Somber, persis tidak jauh dari
pabrik semen Bosowa tampak terlihat beberapa bangunan rumah penduduk sudah
mulai mendekati pinggiran perairan Mangrove.
Makanya,
bila memandang dari tengah perairan sungai Mangrove, yang terlihat adalah
rimbunan bangunan-bangunan rumah berbahan beton dan kayu, tidak lagi
memancarkan panorama hijaunya pohon-pohon bakau.
Bahkan tak jauh dari situ, persis di pinggiran bakau terlihat sebuah lahan yang gundul, ditancapi sebuah papan pengumuman berwarna hitam, yang isinya mengenai kepemilikan lahan. Tulisan pesannya adalah “Tanah ini Millik H Sarah.”
Bahkan tak jauh dari situ, persis di pinggiran bakau terlihat sebuah lahan yang gundul, ditancapi sebuah papan pengumuman berwarna hitam, yang isinya mengenai kepemilikan lahan. Tulisan pesannya adalah “Tanah ini Millik H Sarah.”
Bei yang
mengenakan kemeja abu-abu kala itu, mengunkapkan, kawasan Mangrove Balikpapan
Utara kondisinya semakin kritis. Dari hari ke hari, jumlah areal hutannya mulai
berkurang, kalah dengan kebutuhan manusia.
“Kawasan
hutan yang masuk di kawasan Somber sudah mulai habis dibabat, tidak lagi jadi
seperti hutan bakau. Saya melihat lahan yang dirusak ada sekitar dua hektar,”
ujar pria kelahiran Banyuwangi 28 September 1968 ini.
Menanggapi
hal itu, Anita Eva, Kapala Bidang Mangrove Badan Lingkungan Hidup Kota
Balikpapan menambahkan, keberadaan bangunan di kawasan hutan Bakau tidak
diperbolehkan, sangat menyalahi aturan.
Sebaiknya,
tegas Eva, bangunan-bangunan yang sudah berdiri itu, ada baiknya digusur,
lahanya dikembalikan ke peruntukan hutan bakau.
“Fungsi
bakau itu untuk mencegah banjir, mencegah angin puting beliung, dan tempat
habitat-habitat mahkluk lain, agar ekosistem kehidupan kita seimbang,”
ungkapnya.
Mengacu pada
Undang-undang Kehutanan no 41 tahun 1999, di pasal 2 disinggung, kawasan
Mangrove adalah eksosistem hutan, yang patut dilestarikan untuk kesejahteraan
masyarakat dan perlindungan makhluk lain.
Ditemui,
Abdul Yajid Ketua Komisi II DPRD Kota Balikpapan angkat bicara, pihaknya akan
memperjuangkan kawasan Mangrove Balikpapan sesuai dengan peruntukannya.
“Kalau hutan dijadikan lahan pemukian lahan tentu tidak bisa. Nanti kami akan tindaklanjuti,” tegasnya.
“Kalau hutan dijadikan lahan pemukian lahan tentu tidak bisa. Nanti kami akan tindaklanjuti,” tegasnya.
Ia
menambahkan, pemerintah tidak boleh perpangku tangan ketika kondisi Mangrove di
Balikpapan mulai kritis, pemerintah harus cepat bertindak.
“Pemerintah ikut bertanggungjawab dalan pengelolaannya. Pengawasan mesti terus diperketat,” ujar Yajid.
“Pemerintah ikut bertanggungjawab dalan pengelolaannya. Pengawasan mesti terus diperketat,” ujar Yajid.
Dan
sebaliknya, tegas Yajid, apabila ada beberapa oknum yang terlibat langsung,
atau dengan sengaja merusak ekosistem hutan bakau, maka akan diancam pidana,
hukum harus bertindak agar ada efek jera. “Yang telah rusak akan diusahakan
dikembalikan kesemula. Direhabilitasi lagi,” imbuhnya.
Selain itu,
katanya, terkait dengan pengembangan Mangrove Center Graha Indah sebagai
destinasi ekowisata, para anggota dewan di komisi II sangat mendukung, Mangrove
Graha Indah sebagai ikon ekowisata Kota Balikpapan.
“Di anggaran
perubahan, nanti kami akan anggarkan, untuk pembiayaan infastruktur yang sampai
saat ini kondisinya masih kurang memadai,” ujarnya.
Rencana
perlengkapan infrastruktur yang dimaksud antara lain fasilitas berupa akses
jalan di kawasan ekowisata yang rencananya akan dibangun sepanjang 400 meter,
kemudahan alat transportasi angkutan umum yang melintas di daerah Mangrove
Center, dan personel pengawas.
Diharapkan,
melalui pengembangan ekowisata Mangrove Center, Kota Balikpapan mendapatkan
tambahan pendapatan asli daerah dan mampu menjalankan roda perekonomian warga
setempat.
“Saya harap akan jadi lokasi wisata unggulan Balikpapan, yang suasananya tidak ada ditempat yang lain,” kata Yajid. ( )
“Saya harap akan jadi lokasi wisata unggulan Balikpapan, yang suasananya tidak ada ditempat yang lain,” kata Yajid. ( )
Viewnya khas banget sungai2 di Kalimantan. Pernah sekali main ke Tanjung Puting. View sungainya mirip banget :)
BalasHapuskeren banget :)
BalasHapusdi jakarta nggak akan ada ni yang beginian -__-
ADIE: Ya, itulah INDONESIA, bagus :D
BalasHapusIJEV: Monggo mampir Bung Hehehe
Bagaimana dengan tata cara berkunjung, tarif, dan rute menuju ke sana?
BalasHapustransportasi khusus ke lokasi belum tersedia, tetapi tersedia alat angkutan umum berupa taxi 'gelap' atau ojeg yang bisa mengantar langsung ke lokasi. Naik kendaraan ini bisa juga ditemui di bandar udara sepinggan balikpapan. Soal harga transport bisa nego, dan masuk ke mangrove tuk sementara gratis tak dipungut biaya.
BalasHapus