KAMPUNG WONOREJO | BALIKPAPAN | KALIMANTAN TIMUR

Bumi Borneo Rasa Kultur Jawa
 

WONOREJO. Inilah nama daerah yang saya tempati di Kota Balikpapan Kalimantan Timur. Mulai menempati di daerah ini sejak 15 Desember 2014. 

Kampung ini berkesan layaknya di tanah jawa. Dari namanya, dan orang-orang yang menetap sampai kulturnya pun berselera jawa serta lingkungannya bersih, nyaman dan rasa kekeluargaannya sangat mengental.

Pernah ada pengalaman, saya pergi menuju masjid yang ada di Wonorejo dengan berjalan kaki. Saat melangkahkan kaki, tiba-tiba ada seorang pengendara sepeda motor menawarkan tumpangan untuk bersama-sama pergi ke masjid, padahal saya sendiri belum mengenal dengan pengendara ini.

Tinggal di daerah Wonorejo, saya direkomendasikan oleh teman kenalan baru saya, Muhammad Lutfi, yang juga teman sekantor di perusahaan pers Tribun Kaltim

Memandang rerumputan hijau di Kampung Wonorejo, Kelurahan Gunung Samarinda, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada Minggu 28 Desember 2014 pagi. Di tempat ini terdapat waduk Wonorejo yang berfungsi sebagai pengatur kesetabilan alur air Kelurahan Gunung Samarinda. (photo by muhammad lutfi)
Di Wonorejo tidak tinggal di rumah hak milik namun menyewa sebuah kamar kos bertarif Rp 600 ribu per bulan. Menetap sementara di kampung Wonorejo, syukur alhamdulillah, mengingat lokasi ini juga tidak jauh dari Tribun Kaltim yang berada di Jalan Indrakila, Kota Balikpapan. 

Wonorejo sendiri, berada di Kelurahan Gunung Samarinda, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Buminya Borneo tetapi rasanya jawa. 

Seorang pengembala sapi sedang mengawasi hewan ternaknya di ladang rerumputan Kampung Wonorejo Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada Minggu 28 Desember 2014. Di antara warga yang menetap di daerah Wonorejo masih ada orang-orang yang berternak sapi dan kerbau. (photo by budi susilo)
Suasana udara yang ditawarkan di Wonorejo terasa dingin saat hujan turun deras dengan durasi yang lama, namun juga bisa memancarkan hawa panas ketika matahari terik bersinar. 

Sebagai warga pendatang baru, tentu etika sosial saya tidak boleh tumpul. Saya pergi melapor ke kepala lingkungan setempat, berkenalan mengakrabkan diri dan tentu menyerahkan identitas kartu penduduk saya. 

Saya menyempatkan diri berjumpa dengan Ketua Rukun Tetangga (RT) Wonorejo lima hari ke depan, terhitung sejak 15 Desember 2014. 

Saya dengan Lutfi mengunjungi kediaman pak RT pada Sabtu 20 Desember pagi. Lokasinya tidak jauh, tempatnya persis di samping kosan saya. 

Nama pak RT, Sunaryo, yang ternyata pria asal Jawa Timur. Menurutnya, dia sudah puluhan tahun menetap di Kalimantan Timur dan beranak pinak. 

Kondisi waduk Wonorejo Kelurahan Gunung Samarinda Kota Balikpapan Kalimantan Timur usai melewati musim kemarau panjang. Tampak airnya sedikit lebih banyak ditumbuhi rerumputan liar. Foto diambil pada Minggu 28 Desember 2014 pagi. (photo budi susilo)
Dia sempat bercerita, Wonorejo diambil dari kata Wono yang berarti hutan dan Rejo yang artinya ramai. Nama Wonorejo diambil karena kala itu, sebagian besar yang menempati kampung ini banyak dihuni dari warga jawa.

Jaman dahulu sekitar di tahun 1980-an, tempat ini masih hutan belantara, rumah penduduk masih sedikit, belum banyak seperti tahun 2014. Sekarang warganya pun sudah beragam, sudah tidak lagi dari jawa saja tetapi ada dari Bugis, Sumatera, dan Jakarta.    

Di Wonorejo terdapat sebuah waduk, yang luasnya hampir tiga lapangan sepakbola. Fungsi waduk ini lebih untuk mengatur perairan di Kelurahan Gunung Samarinda. 

Waduknya merupakan waduk buatan. Senandainya tidak ada waduk ini, maka sebuah kampung yang ada di luar Wonorejo akan terendam bencana banjir.  ( )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I