KAMPUNG WONOREJO | BALIKPAPAN | KALIMANTAN TIMUR
Bumi Borneo Rasa Kultur Jawa
WONOREJO. Inilah nama daerah
yang saya tempati di Kota Balikpapan Kalimantan Timur. Mulai menempati di
daerah ini sejak 15 Desember 2014.
Kampung ini berkesan
layaknya di tanah jawa. Dari namanya, dan orang-orang yang menetap sampai
kulturnya pun berselera jawa serta lingkungannya bersih, nyaman dan rasa
kekeluargaannya sangat mengental.
Pernah ada pengalaman, saya
pergi menuju masjid yang ada di Wonorejo dengan berjalan kaki. Saat melangkahkan
kaki, tiba-tiba ada seorang pengendara sepeda motor menawarkan tumpangan untuk
bersama-sama pergi ke masjid, padahal saya sendiri belum mengenal dengan
pengendara ini.
Tinggal di daerah Wonorejo,
saya direkomendasikan oleh teman kenalan baru saya, Muhammad Lutfi, yang juga
teman sekantor di perusahaan pers Tribun Kaltim.
Di Wonorejo tidak tinggal di
rumah hak milik namun menyewa sebuah kamar kos bertarif Rp 600 ribu per bulan.
Menetap sementara di kampung Wonorejo, syukur alhamdulillah, mengingat lokasi
ini juga tidak jauh dari Tribun Kaltim yang berada di Jalan Indrakila, Kota
Balikpapan.
Wonorejo sendiri, berada di
Kelurahan Gunung Samarinda, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan,
Kalimantan Timur. Buminya Borneo tetapi rasanya jawa.
Suasana udara yang
ditawarkan di Wonorejo terasa dingin saat hujan turun deras dengan durasi yang
lama, namun juga bisa memancarkan hawa panas ketika matahari terik
bersinar.
Sebagai warga pendatang
baru, tentu etika sosial saya tidak boleh tumpul. Saya pergi melapor ke kepala
lingkungan setempat, berkenalan mengakrabkan diri dan tentu menyerahkan
identitas kartu penduduk saya.
Saya menyempatkan diri
berjumpa dengan Ketua Rukun Tetangga (RT) Wonorejo lima hari ke depan,
terhitung sejak 15 Desember 2014.
Saya dengan Lutfi
mengunjungi kediaman pak RT pada Sabtu 20 Desember pagi. Lokasinya tidak jauh,
tempatnya persis di samping kosan saya.
Nama pak RT, Sunaryo, yang
ternyata pria asal Jawa Timur. Menurutnya, dia sudah puluhan tahun menetap di
Kalimantan Timur dan beranak pinak.
Dia sempat bercerita,
Wonorejo diambil dari kata Wono yang
berarti hutan dan Rejo yang artinya
ramai. Nama Wonorejo diambil karena kala itu, sebagian besar yang menempati
kampung ini banyak dihuni dari warga jawa.
Jaman dahulu sekitar di
tahun 1980-an, tempat ini masih hutan belantara, rumah penduduk masih sedikit,
belum banyak seperti tahun 2014. Sekarang warganya pun sudah beragam, sudah
tidak lagi dari jawa saja tetapi ada dari Bugis, Sumatera, dan Jakarta.
Di Wonorejo terdapat sebuah
waduk, yang luasnya hampir tiga lapangan sepakbola. Fungsi waduk ini lebih
untuk mengatur perairan di Kelurahan Gunung Samarinda.
Waduknya merupakan waduk
buatan. Senandainya tidak ada waduk ini, maka sebuah kampung yang ada di luar
Wonorejo akan terendam bencana banjir. ( )
Komentar
Posting Komentar