BANDAR UDARA SEPINGGAN | KALIMANTAN TIMUR | INDONESIA
Diberi Nama Sultan Aji Muhammad Sulaiman
AWAN pagi yang cerah di Kota
Balikpapan menyambut saya di Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, pada
Kamis 4 Desember 2014. Sekitar jam 9 pagi waktu Indonesia Tengah, saya mendarat
di bandara internasional ini.
Saat keluar dari badan
pesawat Sriwijaya Air, saya merasa puasa begitu melihat dengan mata telanjang
pemandangan landasan terbang bandar udara ini dari balik kaca lorong tempat
turunkan penumpang.
Awan-awan putih seakan
menjadi atap, sinar pagi menerangi bandara kebanggan Kalimantan Timur ini.
Ukuran lintasan landasan bandara luas, hampir seukuran lebih dari luas lima
lapangan sepak bola.
Selain itu, walau posisi
bandar udaranya sangat dekat dengan perairan laut, atau persis berhadapan
dengan selat Makassar, dipinggirannya juga ditumbuhi pohon-pohon yang lebat.
Waktu masuk ke dalam
bandara, ruangannya begitu terkesan mewah dan megah. Sangat luas dan dilengkapi
fasilitas yang memadai. Warna interior bangunannya lebih banyak didominasi
warna putih bersih dan warna abu-abu silver.
“Selamat datang, silahkan
masuk lewat disini,” tutur seorang pegawai bandara yang memberi petunjuk ke
arah pengambilan bagasi dan jalur keluar bandara.
Di bandara ini, saya juga
melihat ada banyak poster-poster photo berukuran besar yang tertempel pada dinding.
Poster ini menggambarkan eksotisme budaya adat Dayak.
Selain itu pula, saya
melihat poster berukuran besar yang mengandung pesan moril untuk selamatkan
binatang-binatang khas tanah Kalimantan yang belakangan ini masuk ke dalam
bahaya kepunahan. Seperti Orang Utan, Bekantan.
Berdasarkan arah penunjuk,
pengambilan bagasi berada di ruang lantai dasar. Saya pun akhirnya turun lantai
dengan memakai fasilitas tangga jalan. Kebetulan saat itu, jumlah penumpang di
bandara tidak padat, jadi saya pun tidak perlu antri menunggu lama.
Melihat suasana di lantai
dasar, saya disuguhkan pemandangan kamuflase berupa taman hutan khas
Kalimantan, yang rindang menghijau, dihiasi aneka macam pohon dan kerikil
bebatuan alam.
Imitasi pohon-pohonnya
separuh saja, sebab ada juga tumbuh-tumbuhan yang asli. Tetapi kesan yang
didapat, sudah serasa berada dalam hutan rindang Kalimantan.
Bandara ini terbilang ramah
lingkungan, terbaca dari model arsitektur bandara yang banyak memakai bahan
kaca sehingga pencahayaan bandara banyak terbantu oleh pancaran sinar matahari.
Mengikuti perkembangan
jaman, bandara ini dibenahi, menyesuaikan kebutuhan jaman. Bangunan lama yang
bercat merah dengan model rumah khas Kalimantan, kini tinggal kenangan.
Seakan telah menjadi saksi
sejarah eksistensi sebuah bandara Sepinggan. Sampai saya berkunjung, bangunan
lamanya sepi dari geliat manusia, dan bangunannya masih utuh berdiri tegak dan
masih tampak bagus.
Dahulu nama bandaranya lebih
dikenal sebagai Bandar Udara Sepinggan. Namun semenjak dibenahi menjadi bangunan
modern dan lebih besar, namanya pun ikut berganti menjadi Bandar Udara
International Sultan Aji Muhammad Sulaiman.
Cikal bakal mengapa
mengambil nama Sultan Aji Muhammad Sulaiman, karena sosok yang satu ini
dianggap sebagai pahlawan bagi Kalimantan Timur.
Atas jasa-jasanya yang
bermanfaat bagi daerah Kalimantan Timur, maka namanya kemudian disematkan pada
fasilitas publik, bandar udara.
Pintu masuk ke Bandar Udara International Sultan Aji Muhammad Sulaiman pada Kamis 4 Desember 2014. Setiap harinya tempat ini selalu ramai penumpang pesawat terbang. (photo by budi susilo) |
Berdasarkan catatan sejarah,
Sultan Aji Muhammad Sulaiman merupakan raja Kutai Kartanegara Ing Martadipura
yang ke 17. Pria ini pun memiliki gelar Al Adil Khalifatul Amirul Mu’minin yang
berkuasa sejak tahun 1850 hingga 1899.
Saat berkuasa, Sultan Aji
Muhammad Sulaiman bersama Assisten Resident Evaartd Hoope atau Wakil Pemerintah
Hindia Belanda mengadakan kerjasama.
Ini berlangsung pada tahun
1873. Keduanya menandatangani kontrak politik yang istilanya saat itu adalah large contract.
Maksud dari ini adalah,
bahawa status pemerintahan di Kutai bersifat zeef besrtaur atau pemerintahan sendiri (otonom).
Singkat cerita, masuk tahun
1894, Sultan Aji Muhammad Sulaiman memberikan hak konsensi pertambangan minyak
bumi kepada perusahaan Belanda yang kala itu adalah Bataafsche Petroleum
Maztshappy (BPM) di Balikpapan.
Lewat kegiatan pertambangan
ini, Balikpapan pun berubah, layaknya menjadi kota metropolitan. Daerah ini
ramai dengan beragam aktivitas segala rupa, sudah bukan lagi daerah yang sepi.
Banyak orang dari luar
daerah datang ke Balikpapan, dan akhirnya BPM pun terbesit ide untuk membangun
sarana bandar udara sebagai penunjang kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat
di Balikpapan.
Ide BPM itu kemudian
diusulkan ke pihak kerajaan Kutai Kartanegara dan keputusan Sultan mengijinkan
BPM mendirikan bandar udara.
Semenjak adanya
infrastruktur berupa bandar udara, kondisi Balikpapan saat jaman pemerintahan
Sultan Sulaiman, daerahnya semakin menggeliat hebat.
Alhasil, ada yang
menganggap, kalau Kerajaan Kutai Kartanegara memasuki masa keemasan bidang
ekonomi saat dipegang Sultan Aji Muhammad Sulaiman.
Karena inilah, kemudian
namanya pun harum, kini telah diabadikan sebagai nama bandar udara Balikpapan,
Kalimantan Timur. ( )
Gue pernah kesitu cuma lupa tempatnya :)
BalasHapusHeHeHe, gimana bro inih, bandara segede gaban gituh kok lupa. Klo sama mantan, kok gak bisa ngelupaken yo :D
BalasHapus