POPCON 2014 (5)
Gundala Kembali Lahir
CUACA Minggu itu, pada 21 September
2014, sedang berbaik hati. Matahari pagi menyinari daratan aspal Kota Jakarta
dan sekitarnya. Suasana ini berbeda pada hari sebelumnya, Kota Jakarta dikepung
awan mendung dan guyuran hujan.
Berhubung kala itu cuaca sedang
cerah sumringah, kesempatan inilah yang saya manfaatkan buat pergi berkunjung ke gelaran Popcon
Asia 2014 di SEMSCO Exhibition Hall, Jakarta Selatan, yang tahun ini mengangkat
tema Be Pop Be You.
Event bertaraf internasional
ini sudah yang ketiga kalinya digelar di Kota Jakarta, dan hari Minggu itu, merupakan
hari yang ketiga, semenjak digelar pada Jumat 19 September 2014 lalu.
Berhubung hari terakhir,
maka saya pun penasaran untuk berkunjung. Melihat acara-acara yang seru di
akhir event, seperti di antaranya acara, peresmian film Superhero ala Indonesia
dan diskusi industri kreatif.
Saya berangkat pagi
menjelang siang. Keluar rumah sekitar jam 10 pagi lebih, dengan menunggang kuda
besi buatan Jepang. Berangkat dari wilayah Kota Tangerang menuju Kota Jakarta,
kondisi arus lalu-lintasnya terbilang lancar.
Maklum, jumlah kendaraan
bermotor di hari minggu memang agak berkurang, maka kondisi jalan pun lengang,
tidak seperti hari biasanya. Kontan, dengan situasi ini, hati saya pun lega,
karena saat di jalanan tidak direpotkan oleh jebakan macet.
Singkat cerita, saya tiba
sekitar jam 11 siang, event Popcon Asia sudah dibanjiri orang-orang. Ruangan
event penuh, dijejali para penggemar budaya pop. Seperti dari hari pertama, mereka
yang masuk ke event ini dikenai tarif Rp 25 ribu.
Kebetulan di panggung utama
kala itu, sedang ada talkshow film
Superhero Indonesia, yakni Gundala Putra Petir. Acara ini turut dihadiri
sutradara, produser, pencipta karakter Gundala dan budayawan.
Film Gundala ini disutradarai Hanung Bramantyo. Dia mengaku, penggarapan film superhero ini
adalah tantangan terbarunya. Mengingat selama ini, film superhero belum pernah
digarap. Lebih sering membuat film bergenre drama cinta dan horor. “Sutradara yang
bisa bikin film superhero di Indonesia masih sangat sedikit,” ujarnya.
Rencananya, film ini akah
berkisah seorang pemuda kesatria Gundala yang akan menjaga Kota Jakarta dari
ancaman bahaya mahkluk asing yang akan menguasai kawasan Monas.
Diceritakan, alasan makhluk
asing menguasai Monas karena tempat ini dinilai strategis menyimpan sumber
energi terbesar di dunia. Sehingga bila ada yang menguasai Monas, maka akan
mampu menaklukan planet bumi.
Untuk menghindari mara
bahaya, maka Gundala hadir sebagai superhero. Gundala akan menghadang semua rencana
jahat makhluk asing tersebut, yang akan menguasai Monumen Nasional (Monas).
Sebab bila Monas tidak
dilindungi, maka seluruh bumi ini akan jatuh kekuasaan makhluk asing. Bila Monas
sudah jatuh ke tangan makhluk asing, maka kehidupan manusia akan hancur lebur, dunia
akan mengalami kerusakan parah, bumi akan dihuni makhluk-makhluk asing dari
luar angkasa.
Sejauh ini, ungkap Hanung,
film sedang memasuki tahap pemantapan sekenario. Film belum masuk ke tahapan
pencarian para aktor dan lokasi syuting. Yang pasti, tokoh utama Gundala nanti
akan diperankan oleh sosok aktor yang akan sangat berbeda dengan tokoh pahlawan
pada umumnya.
Harapan besar dari film ini,
tutur Hanung, akan memberikan hiburan yang bagus dan positif bagi anak-anak
Indonesia. Hiburan film superhero yang berkualitas dan berbahasa Indonesia, dan
mengangkat lokalitas bangsa Indonesia, karena selama ini sebagian besar
film-film superhero berasal dari negara luar.
Senada dengan pendapat seorang
budayawan yang juga mantan jurnalis, Arswendo mengatakan, kehadiran film
Superhero memberi kebanggan bagi bangsa Indonesia, yang superheronya
berkarakter lokal. “Saya harap nanti di film, nama-namanya sesuai dengan apa
yang ada di komik. Yang dipakai nama-nama lokal,” tuturnya.
Pasalnya, setelah tahun
1981, film-film berbau superhero seperti Gundala tidak pernah ada di layar
bioskop. Semua film superhero impor dari negara lain. “Kita harus beri
apresiasi penggarapan filmnya. Ini akan jadi awal kebangkitan komik kita, yang
diangkat ke dunia film,” puji Arswendo.
Bagi anak-anak yang pernah
hidup di era tahun 80-an pasti mengenal Gundala dari sebuah komik yang
diciptakan oleh komikus Indonesia bernama Hary Suraminata Hasmi.
Menurut pengakuannya,
penciptaan tokoh superhero Gundala terinspirasi dari The Flash, superhero asal Gardner
Fox dan DC Comics (Amerika Serikat) yang memiliki kekuatan gerakan super cepat
bak kilatan listrik.
Tak heran, perawakan Gundala
pun sekilas menyerupai tokoh The Flash, namun warna tubuhnya berbeda. Gundala
lebih menonjolkan warna merah dan biru. Sedangkan tokoh The Flash warna
tubuhnya berwarna mencolok, yakni merah dan kuning.
Nah, tokoh
superhero Gundala sendiri, ciri khasnya punya kekuatan petir, serupa dengan
tokoh legenda dari tanah jawa bernama Ki Ageng Sela yang memiliki kemampuan
menangkap petir.
“Saya buat Gundala memang
inspirasinya dari The Flash. Waktu itu, buat saya tokoh The Flash yang paling
mudah digambar. Kemampuan saya baru segitu, makanya Gundala yang saya buat
hampir menyerupai The Flash,” ujar Hasmi.
Namun dia mengaku, jika
nanti ada penggarapan ke layar film, maka dirinya memperbolehkan memodifikasi
tampilan gaya Gundala. Katanya, tidak harus mirip sekali dengan apa yang ada di
komik Gundala yang diciptakannya.
Di acara talkshow film, Erick Tohir yang akan
mendukung penuh penggarapan film Gundala pun turut hadir. Ia pun sempat
menuturkan, Indonesia di tiap tahun harus mampu menelurkan film-film superhero
nasional berkualitas. “Gundala ini akan jadi lokomotif film-film superhero yang
ada di Indonesia,” harapnya.
Dan juga tambahnya, lewat
pembuatan film superhero Gundala, maka anak-anak Indonesia pun bisa mengenal karya
karakter pahlawan bangsanya sendiri. Gundala tokoh terbaik yang kita punya,”
ujarnya.
Selama ini, sebagian besar anak-anak,
remaja Indonesia hanya mengenal Batman, Superman, dan Spiderman. Semoga,
harapnya, kehadiran Gundala bisa diterima dengan tangan terbuka. “Dari komik dibuat
ke film, dan juga nanti kita juga akan buat ke dalam animasi juga,” tuturnya. ( )
Komentar
Posting Komentar