GELIAT KOTA TUA JAKARTA 16
Asih Kepincut Noni Belanda
TERIK matahari sangat
menyengat, menerpa Kota Tua Jakarta pada Sabtu 21 Juni 2014 silam. Situasi cuaca
yang panas ini pun, masih tetap menjadi magnet orang-orang untuk datang
berkunjung, berwisata di kota nostalgia Hindia.
Satu di antaranya
Asih Yanti Rahayu (27), wanita asal Jagakarsa Jakarta Selatan ini menginjak
Kota Tua di siang bolong, demi alasan untuk melihat bangunan-bangunan tua,
berkunjung ke museum sejarah dan budaya, serta berphoto ria dengan manusia
patung Noni Belanda.
“Saya mau banget photo
sama yang ini. Tolong mas, ambilkan photo (gambar) saya. Mau berphoto sama Noni
Belanda nih,” pinta Asih kepada saya pada waktu itu.
Asih pun langsung
bergegas mendekat ke manusia patung Noni Belanda. Asih pun tanpa sungkan, dia
mengakrabkan diri dengan menempelkan badannya yang semok ke tubuh manusia patung, yang memiliki ciri badan berukuran bulat
dan lebar.
Asih tampak terlihat
senang. Senyum di wajahnya yang oriental pun mengembang, memancarkan ungkapan
rasa riang, dan memang, wajahnya nyaris serupa dengan si Noni Belanda. Ha ha ha
Berpose ria bersama manusia patung Noni Belanda yang berbusana serba putih bersih di pelataran Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta pada Sabtu 21 Juni 2014. (photo by budi susilo) |
“Gimana gayanya,
sudah baguskan. Sudah ikutan pakai topi nih, biar mirip sama patungnya. Ayo
dong mas, ambil photonya. Yang bagus ya,” teriak Asih, yang terus berharap
kepada saya untuk mengambil posisi photo yang keren.
Nah, mau tahu siapa
manusia patung Noni Belanda itu, yang mampu membuat daya tarik para pengunjung
Kota Tua Jakarta untuk berphoto bersamanya. Berdasarkan penelusuran hasil
wawancara, nama asli Noni Belanda itu adalah Shopia.
Sudah berbulan-bulan
dia beradegan sebagai manusia patung bertema Noni Belanda. Dia datang bukan
dari Belanda, apalagi dari Inggris dan Portugis. Shopia adalah warga negara
Indonesia asli asal Karawang Jawa Barat.[1]
Dia berunjuk gigi
dari pagi hingga sore. Tepatnya dari jam sembilan pagi hingga jam enam sore.
Namun bila di hari libur, membuat dirinya harus tampil lembur sampai larut
malam. Biasanya, ini dia lakukan bila para pengunjung di Kota Tua membludak,
ramai sampai malam.
Aktingnya sebagai
manusia patung sudah teruji. Walau dirinya harus tertepa sengatan sinar
matahari di setiap harinya, namun semangatnya untuk menjadi manusia patung tak
surut.
Kecuali jika hujan
turun, dia pasti akan menyingkir, tidak bisa bergaya karena jika terkena air
hujan maka make up pada wajahnya akan
luntur, dan gaunnya pun bakal basah kuyup, sehingga bila dipaksakan dengan
kondisi seperti ini, penampilannya pun tidak akan maksimal.
Shopia melakukan ini
semua karena demi penghidupan keluarganya, terutama pemenuhan kebutuhan anak
perempuannya yang masih berumur bocah. Tujuan dia mencari nafkah lewat pentas
seni ini agar dapurnya bisa tetap mengepul.
Dan efek lainnya,
agar dia juga mampu menyediakan jasa photo kenang-kenangan unik di Kota Tua
Jakarta tercinta. Semoga saja, dengan kehadiran Noni Belanda di Kota Tua, dia
mampu memberikan semarak wisata kaum urban, enjoy Jakarta. ( )
[1] Dalam bahasa Sunda, kata Karawang memiliki arti yakni penuh dengan lubang. Dan nama Karawang
sendiri telah muncul di naskah kuno Bujangga Manik pada awal abad ke-16.
Komentar
Posting Komentar