BUKAN SEKEDAR PERGI HAJI

Bukan Sekedar Pergi Haji


SETIAP pribadi muslim, pasti ada yang pernah membayangkan berada di tanah suci Mekkah, menunaikan ibadah Haji. Mimpi ke Mekkah, bayangan inilah yang selalu menggerayangi ke mereka, yang begitu cintanya pada Allah.

Menunaikan ibadah Haji sama saja menyempurnakan rukun Islam. Pola ibadah Haji masuk kategori rukun Islam yang kelima. Ibadah Haji merupakan pembuktian bagi seorang muslim yang sejati. 

Namun alangkah baiknya, buat mereka yang mampu pergi Haji, terlebih dahulu membenahi diri. Jangan sampai pergi naik Haji hanya sekedar untuk mengejar gengsi dan seremonial semata. 

“Naik Haji tapi mengharap kalau nanti balik dari tanah suci dapat panggilan Pak Haji, Bu Haji, mencari gelar Haji saja. Ini yang salah dipahami,” ujar Ustad Agus Susanto, saat memberikan kutbah jumat di Masjid At Taubah, Kelurahan Larangan Utara, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang Banten, Jumat 13 September 2014.  

Buat mereka yang mampu secara materi dan fisik menunaikan ibadah Haji di Arab Saudi, harus benar-benar meniatkan diri, kalau kepergiannya untuk beribadah Haji hanya karena Allah semata, tidak ada yang lain.

(sketsa by budi susilo)

Karena itu, sebelum menunaikan ibadah Haji, maka rukun-rukun Islam yang sebelumnya, wajib ditunaikan secara maksimal dan menyeluruh, pelaksanaannya jangan setengah-setangah. 

Sebelum sempurnakan rukun Islam yang kelima, terlebih dahulu mantapkan rukun Islam yang ke satu sampai empat. “Akidah kita harus kuat dahulu. Syahadat kita harus mantap. Kita harus pasrah pada Allah,” katanya.

Kemudian, tambahnya, ke-tauhid-an pun harus mantap. Jangan menyekutukan Allah, tidak boleh berbuat syirik seperti mempercayai benda-benda yang ada di tanah suci Mekkah sebagai jimat kehidupan.

“Kita itu tidak sembah ka’bah, tapi sembah hanya kepada Allah. Kita tidak boleh jadikan ka’bah seperti Tuhan. Ada orang yang salah, sampai berusaha mencuri kiswah untuk dijadikan benda peruntungan, ini menyimpang dari akidah Islam,” ujarnya.

Anjuran berbekal pergi Haji ditegaskan dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 197, “Musim Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barang siapa mengerjakan ibadah Haji dalam bulan itu, maka janganlah dia berkata jorok, berbuat maksiat dan bertengkar dalam melakukan ibadah Haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada Ku wahai orang-orang yang berakal.”
 
Apabila setiap manusia bebekal takwa, katanya, maka hidupnya tidak akan melenceng dari jalur rel, yang Allah telah tetapkan. Hidupnya pun berada di jalan yang benar, tak tersesat. “Yang pejabat tidak akan menyakiti umatnya. Yang ustad, tidak memainkan dalil Tuhan untuk keburukan,” ujarnya.

Sebab itulah, mereka yang sudah pergi berhaji dan kembali ke negaranya sendiri harus ada perubahan dari sebelumnya. Mereka yang telah tunaikan Haji sikapnya harus berubah. 

Yakni selalu memancarkan kebaikan dan menjadi suri tauladan di tempat tinggalnya. “Semangat Haji pembuktiannya harus ada perubahan yang lebih baik dalam diri pribadi, dan juga mampu memberi manfaat bagi lingkungannya,” katanya. ( )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I