MAU PERGI KEMANA
Mau Pergi Kemana
ADA sebuah pertanyaan
yang ditujukan kepada umat manusia dalam mengarungi belantara kehidupan dunia
ini. Pertanyaan itu tertera jelas dalam Al Quran surat At Takwir ayat 26, “Maka ke manakah kamu akan pergi ?.”[1]
Kalimat itu menjadi
pembuka kutbah jumat yang disampaikan Ustad Zainal Muttaqin Ghufron di Masjid
Al Muhajirin, Jalan Swadaya Raya, Kelurahan Larangan Indah, Kota Tangerang,
Banten pada Jumat 22 Agustus 2014.
Menurutnya,
perjalanan hidup manusia yang sesungguhnya hanya kepada Allah SWT. Tidak ada
tujuan lain, selain hanya kepada Allah. Saat ini, tuturnya, manusia sedang
berlayar di bahterah bumi.
“Tujuan kita berlayar
mengarah kepada Allah. Artinya segala aktivitas kita hanya ditujukan karena
Allah semata, dan harus mendapat ridho dari Allah,” ujarnya, yang saat itu
mengenakan kopiah hitam.
Karena itu, tegasnya,
dalam mengarungi perjalanan manusia butuh bekal. Tanpa bekal manusia tidak akan
selamat sampai tujuan. Perbekalan itu sudah semacam syarat yang harus wajib
dimiliki bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan.
Kapal-kapal besar melintas di perairan lautan Gorontalo Utara pada Minggu 21 April 2013 (photo by budi susilo) |
Misalnya, belum lama
ini umat muslim telah merayakan hari raya lebaran Idul Fitri. Kala itu, momen ini dimanfaatkan untuk pergi
mudik pulang ke kampung menengok orang tua atau sanak famili dan kawan-kawan.
Selama mudik ke
kampung halaman, tentu saja perlu perbekalan berupa modal seperti alat
transportasi, uang, bensin, dan makanan minuman. Jika tanpa bekal, mustahil
akan tiba di kampung halaman dengan selamat dan bergembira.
“Kita pergi ke kampung
perlu ongkos. Kalau sudah tiba di kampung juga perlu ongkos. Bahkan kalau
pulang dari kampung pun, kita juga perlu ongkos lagi,” urai Zainal.
Begitu pun, suatu
saat manusia pun akan pulang kampung juga ke Allah, kampung halamannya adalah akhirat.
Kehidupan akhirat ialah kehidupan yang abadi. Untuk menuju jalan selamat ke
kampung akhirat, manusia perlu bekal. “Bekalnya iman dan takwa,” tuturnya.
Sebagaimana
disinggung dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 197 menjelaskan, “...Bawalah bekal, karena sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada Ku wahai orang-orang
yang mempunyai akal sehat !”[2]
Takwa itu, jelas
Zainal, sikap tunduk kepada Allah. Menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi segala hal apa yang telah dilarang oleh Allah. “Takwa bekal kita yang
sesungguhnya, agar kita nanti bisa hidup bahagia, baik bahagia di dunia maupun
di akhirat,” ujarnya.
Orang bertakwa,
tambahnya, memiliki hubungan yang harmonis pada Allah dan juga punya hubungan
harmonis dengan mahkluk ciptaan Allah. Orang bertakwa cinta pada kegiatan
ibadah, seperti sholat, zakat, haji, dan puasa.
“Bagi orang yang
bertakwa menganggap kehidupan akhirat itu lebih baik dari pada di dunia. Karena
akhirat itu hidupnya akan kekal,” ungkapnya.
Di dalam Al Quran, di
surat Al Imron ayat 133 hingga 136 dijelaskan apa saja karakter yang dimiliki
oleh orang-orang yang bertakwa. Namun secara garis besar ada beberapa ciri
orang yang bertakwa, diantaranya:
Memiliki rasa peduli
kepada seluruh umat manusia, baik itu para keluarganya, tetangganya, masyarakat
siapa pun itu. Kemudian memiliki perhatian kepada orang lain. “Mau mengarahkan
kepada jalan yang benar,” tuturnya.
Lalu ciri lainnya,
orang bertakwa itu gemar bersedekah. Sebagian hartanya dimanfaatkan untuk amal
kebaikan. Sebab, Allah nantinya akan menolong juga ke mereka-mereka yang pernah
menolong orang lain.
Harta yang dimiliki
orang bertakwa tidak sekedar digunakan untuk kesenangan pribadi, namun harta
sebagiannya dialokasikan untuk nilai-nilai kebaikan bagi yang lain. “Suka
membantu orang lain yang sedang kesusahan. Rasul dulu merasa ikut sengsara jika
para sahabatnya sedang sengsara,” katanya.
Menurutnya, tebarkan
kasih sayang di muka bumi, kepada siapa saja, siapa pun itu maka mereka akan
dibalas kasih sayang oleh Allah. “Orang bertakwa tidak pakai emosional, tapi
pakai kesabaran dalam setiap menghadapi segala persoalan hidup,” ujar Zainal.
Kemudian, dalam berinteraksi
sosial, orang bertakwa akan pandai mengalokasikan nilai-nilai kebaikan dalam
kehidupan sehari-harinya. Sekuat tenaga, orang yang bertakwa akan memancarkan
amal kebaikan di muka bumi.
“Bila dijahati, dia
(orang bertakwa) tidak dendam, malah dibalas dengan kebaikan. Bila dijahati,
dia akan memberikan pintu maaf kepada mereka yang telah berbuat jahat. Bila dia
melakukan kesalahan akan banyak beristighfar, bertaubat tidak akan mengulangi
lagi,” tutur Zainal. ( )
[1] Setelah diterangkan bahwa Al Quran itu benar-benar datang dari Allah
dan di dalamnya ada pelajaran dan petunjuk yang mempimpin manusia ke jalan yang
lurus, dinyatakan kepada orang-orang kafir itu, “Jalan manakah yang akan kamu
tempuh lagi ?”
[2] Surat Al Baqarah (sapi
betina) merupakan surah ke dua. Terdiri dari 286 ayat. Ayat turun di Madinah.
Komentar
Posting Komentar