AIR LIMBAH DISULAP JADI AIR JERNIH

Air Limbah Disulap Jadi Air Jernih


SEBUAH kotak kubus biru berdiri megah di bagian timur dari bangunan pabrik ikan PT Sinar Pure Foods International. Kotak tersebut terbuat dari bahan batu beton, tingginya hampir tiga kali tinggi orang dewasa. 

Pengamatan inilah yang saya alami ketika berkesempatan mengunjungi ke industri pengolahan ikan di daerah Kota Bitung, provinsi Sulawesi Utara, pada Selasa 13 Mei 2014 silam.

Karena merasa penasaran, saya pun menaiki anak tangga yang sengaja telah disediakan di kotak kubus tersebut. Fungsi anak tangga sebagai fasilitas untuk menaiki ke atas kotak kubus.

Dan ternyata, kotak kubus ini berisi genangan air yang berwarna coklat seperti perwujudan minuman kopi susu. Selain warnanya coklat, airnya pun sedikit berbusa, dan punya bau yang tak sedap, agak sedikit bau amis.

Situasi bak penampungan air limbah pada Selasa 13 Mei 2014. Airnya tampak coklat dan berbusa. (photo by budi susilo)

Airnya yang berbusa akibat adanya gelombang yang datang dari bawah air. Tampaknya, di bagian dasar kotak kubus ini ada semacam baling-baling yang digerakan oleh mesin sehingga timbul gelombang-gelombang. 

Ketika melihat genangan air tersebut, saya pun sedikit merinding. Sempat membayangkan, apa jadinya bila manusia tercebur ke dalam cairan berwarna coklat itu, airnya yang bau, dan membahayakan jika tertelan masuk ke tenggorokan. 

Nah, melihat cairan itu, saya pun merasa penasaran. Sebenarnya air apakah ini, terlihat sangat menjijikan dan menjengkelkan. Kenapa genangan air seperti ini bisa ada di sebuah komplek industri ikan bertaraf international.

Kondisi sebuah mesin pengolah air limbah pada Selasa 13 Mei 2014 (photo by budi susilo)

Ternyata kata Ivonne Peleh, yang menjabat sebagai Quality Assurance Manager PT Sinar Pure Foods International, bahwa air yang berwarna coklat tersebut merupakan limbah pabrik dari hasil olahan ikan kaleng. 

“Untuk ikan-ikannya kami dapatkan dari nelayan yang mencari ikan di lautan Sulawesi sini. Lalu kami ekspor ke Eropa, Amerika, Asia dan Timur Tengah,” ungkap perempuan asal Tondano Minahasa ini, yang juga punya ciri khas berambut lurus.

Pihak pabrik, mengikuti aturan yang berlaku, tidak ingin membuang limbah cair begitu saja. Limbah cair jika dibuang langsung akan membuat bencana bagi pabrik dan masyarakat Kota Bitung sendiri.

Karenanya, kata Peleh, limbah cair itu ditampung terlebih dahulu ke sebuah sistem yang bernama Blower House, yang dilengkapi dengan mesin berteknologi tinggi, yang mampu menerapkan olahlimbah modern agar bisa menjadi barang berguna yang ramah lingkungan.

 Air limbah ditampung ke dalam sebuah kotak kubus besar, diolah dalam beberapa hari agar kemudian menjadi air yang bersih jernih. “Biasanya kami juga manfaatkan untuk siram tanaman di taman-taman seputaran pabrik,” ungkapnya. 

Dan urai Pele, setiap tiga bulan, atau enam bulan sekali, air dari olahan limbah dibawa ke labolatorium untuk diperiksa, apakah dapat membahayakan kesehatan atau tidak. Ini dilakukan rutin, agar pihaknya dapat mengetahui kualitas airnya. “Hasilnya selalu bagus tanpa ada masalah,” akunya.

Nah biasanya, tambah Pele, hasil labolatorium pengolahan limbah akan disodorkan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Bitung, dan BLH tingkat provinsi serta ke pemerintah pusat yang ada di Jakarta.  

Pancuran air deras dari hasil pengolahan mesin limbah tampak jernih pada Selasa 13 Mei 2014  (photo by budi susilo)

Rasanya memang penting menjaga kelestarian air. Sebab manusia hidup sangat menggantungkan pada sumber air bersih. Andai manusia hidup dalam kekeringan tanpa air, maka jangan harap hidupnya akan langgeng, berumur panjang.  

Ya, itulah dia. Idealnya sebuah kegiatan industri harus ramah terhadap planet bumi ini. Mengejar pertumbuhan ekonomi boleh saja, asal tidak lupa pada kehidupan para generasi muda, anak cucu kita. 


Dalam kegiatan industri dan teknologi air yang telah digunakan (cair limbah industri) tidak boleh langsung di buang ke lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan.[1]
 
Jadi air limbah industri harus mengalami proses daur ulang, tidak boleh dibuang begitu saja. Sehingga airnya itu dapat digunakan lagi atau dibuang kembali ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran lingkungan.[2]

Kelestarian bumi tetap dijaga, agar bisa dirasakan oleh generasi di masa mendatang. Begitu pun dengan air yang tidak terlepas dari kehidupan setiap insan. Sebab air dan kehidupan adalah satu kesatuan, untuk menjadikan Indonesia lebih sehat. 

Dan kembali mengingat perkataan bijak dari Saut P Hutagalung, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia bahwa, penerapan blue economy akan mempercepat industrialisasi. Karenanya, memanfaatkan hasil limbah menjadi produk bernilai ekonomi akan mendorong keberlanjutan industri pengolahan ikan. ( )      

 



[1] Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Press, Yogyakarta 2004, hal 74.
[2] Ibid.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I