MENGEJAR MAKAM DAN JASAD TAN MALAKA



Mengejar Makam dan Jasad Tan Malaka

BUKU Tan Malaka jilid keempat dari rencana total enam jilid tulisan Harry S Poeze sudah dirilis. Detail pergumulan intrik poltik republik, yang menyeret Tan Malaka, ditulis secara jernih. Babak pencarian dan pembuktian jasad Tan Malaka menjadi nilai lebih buku ini. 

Buku diberi judul Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia, jilid 4: September 1948 hingga Desember 1948, terbitan KITLV-Jakarta dan Pustaka Yayasan Obor Indonesia tahun 2014 berisi 489 halaman.

Rentang tahun 1945 hingga 1949 adalah periode penuh gejolak dalam sejarah Republik Indonesia. Kala itu, konflik dekolonisasi antara Indonesia dan Belanda juga melibatkan kekuatan internasional seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Perserikatan Bangsa-bangsa.

Wajah tampan Ibrahim atau Tan Malaka kawe enam belas (repro by budi susilo)

Harry A Poeze mencatat diplomasi dalam sejumlah perjanjian seperti Linggardjati, Renville, serta perjuangan pertempuran di dua agresi militer Belanja menjadi penentu jalannya sejarah kemerdekaan.

Saat kumparan pertikaian dekolonisasi itu memuncak, sulit diingkari bahwa justru kekuatan republik mengalami krisis internal akibat adu kekuatan dan gesekan berbagai komponen bangsa. 

Ibarat permainan akrobat nan sulit dan penuh risiko ujar Harry, korbannya tidak sedikit ketika jaring pengaman tidak ada sama sekali. Dalam konteks dinamika politik seperti itulah Tan Malaka menyambut takdirnya.

Tentang fragmen kematian Tan Malaka itu, Harry mengungkapkan bahwa ada perbedaan antara versi edisi Belanda yang diluncurkan di Jakarta pada Juli 2007 dan buku jilid keempat ini.

Ada ruang penelusuran dan penulisan sejarah yang masih kosong. Harry pun melanjutkan risetnya dan pengkhususan diri pergi ke Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kediri, Jawa Timur untuk mengisi ruang kosong itu.

Di desa itu dipercaya Tan Malaka menemui ajalnya dan dikebumikan di pemakaman desa. Hasil penelitiannya itu mendorong pada upaya penggalian makam pada September 2009 yang diduga kuat menjadi tempat dikuburkannya jasad Tan Malaka.

Memori dan kesaksian warga setempat menyebutkan bahwa makam Tan Malaka tidak jauh beda dengan makam-makam warga biasa. Hanya di tengah-tengah makam yang di bawah Kamboja, ada tempat tersendiri dan tanpa batu nisan.

Perkembangan teranyar itulah yang dituangkan pada bab IV buku ini berjudul Makam Tan Malaka. Benarkah tulang-belulang dari makam yang telah digali itu benar jasad Tan Malaka. Untuk memastikannya dicoba dengan melakukan tes DNA. Itu pun sudah dilakukan.

Jawaban dari tes DNA itu dirasa perlu. Karena ada info yang menyebutkan kemungkinan terjadi pemindahan jasad Tan Malaka dari makamnya di lapangan ke makam yang lebih permanen. 

Berdekatan dengan makam Mbah Selopanggung, pendiri desa yang meninggal sekitar tahun 1910 masehi. Pemakaman Tan Malaka pertama kali pada 21 Februari 1949, dan kemungkinan dipindahkan secara diam-diam saat tentara akan meninggalkan Selopanggung.

Yang penduduk Selopanggung ketahui, seiring dengan perginya tentara, tiba-tiba ada sebuah makam baru di dekat makam Mbah Selopanggung. Jadi, masih ada misteri yang harus dikuak yakni makam dan jasad Tan Malaka. Dan Tan Malaka adalah pahlawan nasional yang sudah 65 tahun lebih tidak diketahui rimbanya.

Ternyata pembukitan seperti apa yang diharapkan publik tidak muncul. Tim dokter forensik yang lama tidak mengumumkan hasil tes DNA Tan Malaka, akhirnya melaporkan temuannya. 

Isi sepanjang laporan mengungkapkan mengenai kesukaran identifikasi DNA bahan tubuh yang telah ditemukan. Artinya tidak ada pembuktian dan kepastian secara modern melalui uji DNA bahwa objek riset ilmiah itu benar 100 persen jasad Tan Malaka.

Namun sejarawan Aswi Warman Adam memiliki pandangan sendiri. Bagi Asvi, dengan atau tanpa penelitian DNA bahan-bahan yang terkumpul dari penelitian forensik itu telah menetapkan identitas Tan Malaka tanpa ragu-ragu.

Ia pun menyerukan agar pemerintah mengambil tanggung jawab dan memberikan tempat bagi sosok Tan Malaka di Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Harry sendiri berpendapat bahwa identitas Tan Malaka di makam Selopanggung sudah terbukti. “Bahwa 90 persen dipastikan ia dikuburkan di sana.” Ironis memang, jika kemajuan teknis DNA yang mengejar keakuratan ilmiah akhirnya menghindarkan pada pengakuan bahwa jasad itu adalah Tan Malaka. ( )


Sumber tulisan mengutip 100 persen dari: Majalah GATRA nomor 16, tahun XX, terbitan 20 hingga 26 Februari 2014, di rubrik Resensi Buku pada halaman 60.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I