BANJIR MENGHAMPIRI INSANI



Banjir Menghampiri Insani

AIR banjir mengandung banyak cerita bagi para manusia. Air banjir warnanya beragam rupa, ada yang hitam, coklat, abu-abu, juga ada yang bening. 

Di banyak kejadian, yang melanda di wajah pemukiman penduduk, warna air banjir biasanya coklat pekat, dan baunya pun tak sedap menyengat.

Datangnya air banjir tak diundang, bahkan perginya pun entah kapan, tidak ada yang tahu. Manusia berharap, selalu berkeinginan terjangan air banjir segera pergi.

Warga perumahan Ciledug Indah Tangerang terobos genangan banjir, Selasa (15/1/2014). Di tempat ini setiap tahunnya selalu menjadi langganan bencana alam banjir. Untung selama bencana tidak ada korban jiwa. (photo by budi susilo)

Datangnya air banjir berasal dari langit yang diawali dengan proses penguapan oleh matahari yang terik, yang memancarkan hawa kalor begitu luar biasa. 

Kemudian melalui proses alam dengan beberapa waktu tertentu, awan yang semula cerah, tiba-tiba menjadi hitam, mendung. Kadang juga, jika dahsyat awan akan disertai kilatan halilintar.

Proses berikutnya air hujan turun membasahi ke permukaan bumi secara merata, baik itu di daratan tinggi hingga pada daerah daratan rendah. Filosofi alur yang dimiliki air, dari tempat yang tinggi menuju ke yang lebih rendah.  

Berhubung air hujan adalah bentuk dari wujud benda air, maka terjadilah sebuah catatan perjalanan air yang jatuh di kawasan pegunungan, kemudian dilanjutkan ke kolam lautan. 

Sebelum sampai ke tujuan akhir di hamparan lautan, air menggenang ke tengah pemukiman penduduk. Air menerjang ke segala hal, sifatnya menempati sesuai ruang. 

Air melintas tanpa batas, mampu memasuki sudut-sudut sempit. Tanpa kenal ampun, rumah-rumah yang besar berbahan beton pun dapat disusupi oleh air banjir. 

Bahkan jika sedang ganas, tanpa kenal minta ampun, terjangan arus air banjir mampu merobohkan semua barang-barang dan bangunan yang dilintasinya. 

Air banjir akan selalu ditayang di pemberitaan surat kabar media cetak dan elektronik. Air banjir akan terus dikenang. Air banjir dianggap oleh manusia sebagai wabah, bukan berkah.

Manusia akan mengingat air banjir sebagai bencana. Air banjir disalahkan sebagai penyebab bencana, pemberian dari alam langsung. Dianggapnya, air sebagai musuh manusia, yang merusak tatanan pedesaan dan perkotaan. 

Padahal sesungguhnya, air banjir datang bukan atas kemauan alam sendiri, tapi akibat dari ulah para manusia serakah yang  telah merusak kelestarian alam demi mengumpulkan pundi-pundi rupiahnya.

Banjir datang, menggenang pemukiman orang-orang bukan sekedar datang. Banjir menghampiri ke para manusia membawa pesan baik, memberi banyak hikmah yang semestinya bisa disadari kaum insani.

Air banjir tiba di depan manusia untuk memberikan kabar, bahwa keserakahan manusia tak bisa dibiarkan. Kesombongan manusia harus segera ditiadakan. Ketidakbersyukuran dalam diri manusia mesti dimusnahkan.

Melalui air banjir, para penyelenggara negara diberikan pesan agar melaksanakan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya. Jangan lagi melanggar hati nurani rakyat dengan seenaknya merusak bumi membabi buta membabat pohon, meratakan perbukitan yang rindang hijau untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan harta.

Bekerjalah demi kebaikan dan kerahmatan bagi semesta alam. Ribut-ribut, gontok-gontokan hanya berebut pengaruh politik kekuasaan akan hanya membawa penderitaan. 

Pesan lain dari air banjir kepada manusia adalah gunakan kekuasaan (bagi pemerintah) untuk menelurkan kedamaian sentosa bagi semua alam, manusia, tumbuhan, dan hewan di bumi. 

Itulah dia, air banjir di Indonesia. Datang tak diundang di berbagai daerah di nusantara untuk menggiring Indonesia kepada suasana yang lebih sejuk, tentram, dan damai, di tengah situasi dan kondisi tahun politik 2014 yang sudah memanas penuh intrik licik. Nauzu Billah Min Zalik. ( )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA