TARIAN MA BISSU SULAWESI SELATAN



Penari Bak Wanita yang Kebal Senjata 

SAKTI mandra guna, tubuh para penari Bissu yang kebal senjata tajam saat sebuah benda menyerupai keris besi di tancapkan ke batang lehernya. Para penari ini berumuran setengah baya, tak ada raut wajah takut saat senjata tajam menghunjam di sekujur tubuh.  

Bak pesilat debus Banten, para penari Bissu serasa tak kuatir dengan bacokan senjata tajam buatan asal suku Bugis. Mereka menganggap senjata tajam tersebut seperti benda yang menggelitik-gelitik tubuhnya yang berkulit sawo matang.

Para penari Ma Bissu berunjuk gigi di atas panggung (photo by budi susilo)
Itulah tarian yang ditampilkan dalam ajang,  Pagelaran Agung Budaya Keraton Sedunia atau World Royal Heritage Festival 2013 di taman Monumen Nasional Jakarta Pusat, Sabtu (7/12/2013) siang.

Tarian tersebut berasal dari Kerajaan Siang, Kabupaten Pangkep provinsi Sulawesi Selatan. Orang Bugis mengenalnya dengan tarian Ma’bissu yang keberadaanya sudah ada sejak ratusan tahun lalu, dari peninggalan leluhur.

Para penari Bissu kala itu berjumlah empat orang. Mereka berpakaian warna mencolok, kuning dan merah. Gaya dandanan penari bak perempuan, hingga tak dapat menebak bila mereka itu sesungguhnya adalah pria asli.

Sedangkan tiga orang lainnya mengenakan busana serba hitam. Mereka ini terdiri dari seorang wanita dan dua pria. Peran dari orang-orang ini lebih kepada aktor dibalik layar, petugas doa bak pawang para penari.

Sebelum para penari berunjuk gigi di atas panggung, tampaknya ada sebuah lantunan lagu yang tak semua orang tahu apa maksud dari lagu tersebut. Yang pasti lagu tersebut semacam mantra mistis yang menggunakan bahasa kuno orang Bugis bernama To Rilangi.

Usai ritual tersebut dilanjutkan dengan pertunjukan para penari Pa Bissu. Para penari berputar-putar pada suatu benda dan kemudian bergoyang-goyang indah sambil membawa senjata tajam. 

Mereka berputar-putar mengelilingi benda bernama arajangnge, sebuah benda yang dianggap keramat dan dipercaya sebagai tempat para roh leluhur bersemayam.

Di sekeliling arajangnge pun, dihiasi pula berbagai pernak-pernik. Jadi benda-benda sesaji. Di antaranya ada kemenyan, buah-buahan, kue-kue khas Bugis dan padi. 

Tak lama bergerak kesana-kemari, para penari mempertunjukan aksi kebal, tubuh baja. Seperti orang kesurupan para penari menusuk tubuhnya sendiri dengan senjata tajam. 

Mereka tusuk ke bagian leher, kepala, perut, dan mengiris pergelangan tangan dengan senjata tajam. Cara menusuknya pun terbilang sadis, tak tanggung-tanggung, seluruh tenaga mereka kerahkan, dengan semangatnya menusuk-nusukan senjata ke tubuh mereka dengan gregetan.

Namun dari aksi semua itu, para penari merasa tak berpengaruh. Mereka masih tetap kuat, tak merasa kesakitan, tubuh mereka pun tak oleng apalagi sampai meregang nyawa.

Bagi kepercayaan warga Pangkep, Bugis jaman dahulu, tarian tersebut memiliki filosofi yang keramat, sebagai bentuk bukti penghormatan pada dewa (dianggap Tuhan). 

Tetapi, jaman sekarang yang telah berkembang, telah menjadikan tarian Pa Bissu tersebut sebagai warisan seni budaya leluhur, hanya sekedar sebagai penghormatan pada leluhur nenek moyang, bukan lebih pada wadah menyembahan terhadap dewa.

Di dalam tarian tersebut, memiliki beberapa peralatan tarian seperti di antaranya teddung arajang, lae-lae, paccoda, gendang dan gong. Kesemua asesoris ini untuk memaksimalkan tarian Ma Bissu. 

Di daerah asalnya, tarian ini sering dipertunjukan. Biasanya dipersembahkan untuk para tamu, atau pengunjung wisatawan yang datang ke Sulawesi Selatan. Itulah Indonesia, kaya akan keragamannya, indah tiada tara. ( )  

Penari Ma Bissu berunjuk gigi di atas panggg (photo by budi susilo)

Penari Ma Bissu berunjuk gigi di atas panggg (photo by budi susilo)

Penari Ma Bissu berunjuk gigi di atas panggg (photo by budi susilo)

Penari Ma Bissu berunjuk gigi di atas panggg (photo by budi susilo)

Penari Ma Bissu berunjuk gigi di atas panggg (photo by budi susilo)

Penari Ma Bissu berunjuk gigi di atas panggg (photo by budi susilo)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA