PIJAR FAJAR
Pijar Fajar
MENANTI fajar yang bulat, hangat, terbit di ufuk timur.
Dan kemudian seperti biasanya, menyaksi fajar lanjut berkelana ke perut bumi
bagian barat untuk diganti bulan yang bercahaya putih kemilau, Kamis
(26/12/2013) pagi.
Di pagi ini menanti lantunan melodi merdu para burung
yang tengah bertengger di tangkai pohon yang berdaun lebat. Tak selang lama,
harapan pun terwujudkan, yang dinanti akhirnya pun tiba.
Mereka burung-burung, entah dari jenis spesies mana,
tak sungkan terus berpacu dalam melodi, berkicau meramaikan pagi yang cerah
tanpa diiringi gerimis hujan yang halus.
Karikatur bertemakan anti gratifikasi, kolusi, dan nepotisme (photo by khalid nurdin) |
Kembali lagi ke sang fajar, memang sejak dahulu kala,
fajar pagi tetap konsisten menebar kehangatan sinarnya yang terang-benderang,
tak pernah lelah menggairahkan kehidupan, apalagi berharap meminta balas budi.
Dengan seijin Tuhan, sang fajar adalah pemberi
kehidupan bagi tiap insan, hewan, dan para tumbuhan. Pijarnya memberi rahmat,
menumbuhkan harmonisasi alam semesta.
Eksistensi fajar seakan menjadi pecut semangat
kehidupan mahkluk penghuni bumi. Ya, namanya bumi Indonesia, yang merupakan
tanah pusaka, semuanya tanpa terkecuali mesti adil berbahagia, hingga akhirnya
suka pada alam nusantara.
Iri hati, dengki, terlebih lagi berkorupsi, menjadi
petaka bangsa. Penghancur umat, yang tadinya suka pada nusantara berbalik arah
jadi berwatak apatis, pesimis, dan benci dendam kesumat.
Itu tak salah, sebab lingkungan ketidakadilan yang
membentuknya. Obatnya tak lain dan tak bukan, adalah penegakan keadilan dan
selalu berpikir positif dan inspiratif, sebagaimana wajah fajar pagi hari yang selalu
senyum sumringah, mendetakan nadi kehidupan.
Alam raya adalah guru terbaik. Dari alam nusantara,
mampu menyerap nilai-nilai kebaikan dan rasa bijak. Melalui cermin alam, dapat mengambil
pelajaran sebagai bekal perjalanan kehidupan yang berkualitas. ( )
Komentar
Posting Komentar