HIDUP MANUSIA UNTUK BERIBADAH



Hidup Manusia Untuk Beribadah

SEKITAR 20 menit lagi, azan sholat Jumat akan berkumandang. Di daerah Petukangan, saya pun tak sungkan lagi gregetan tekan gas, bergegas memacu laju sepeda motor, menerobos kemacetan lalu-lintas Kota Jakarta yang kala itu agak padat, Jumat (20/12/2013) siang.

Minggu ini, rupanya saya ditakdirkan untuk tunaikan sholat jumat di Masjid Baitul Adli, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Lokasi masjid yang strategis, berada di pusat keramaian, berdekatan dengan kolam renang Bulungan, memudahkan saya untuk menyambanginya. 

Masjid yang berlokasi di komplek kantor Kejaksaan Agung Republik Indonesia ini sudah mulai dipadati para jamaah dari berbagai penjuru, tak hanya dari para pegawai kejaksaan agung. Hal ini tampak, 10 menit sebelum azan sholat jumat menggema.

Jalan hidup manusia harus mengacu pada Allah SWT (photo by budi susilo)

Interior masjid yang terata indah, bersih, aman dan nyaman, juga dilengkapi mesin pendingin udara, bagi saya dan mungkin para jamaah yang lain, kegiatan ibadah sholat jumatnya menjadi lebih nikmat serta khusuk. Sungguh minggu ini ibadah jumat yang penuh rahmat.

Di kesempatannya, yang menjadi pengisi kutbah jumat Masjid Baitul Adli adalah Ustad Nandar Iskandar yang menyampaikan sebuah tema mengenai ibadah dalam arti luas.

Sebagai pembuka kutbah, Ustad Nandar menyampaikan surat Adz-Dzaariyaat ayat 56, yang berbunyi “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.

Dari keterangan ayat tersebut, jelas Ustad Nandar, Allah SWT menciptakan makhluk jin dan manusia agar beribadah, untuk selalu beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.  

Terkait ibadah, ada sebuah cerita dari seorang sahabat Rasul yang bertanya kepada Muhammad SAW. Yakni ada tiga orang yang rajin untuk sholat saja, hanya berpuasa, dan orang yang terakhir tidak menikah.
Kemudian sahabat itu ingin mencari kebenaran kepada Muhammad SAW, siap dari ketiga orang tersebut yang benar di mata Allah SWT. 

Dan Muhammad SAW pun menjawab, “Aku sholat tapi tidur. Saya berpuasa tapi juga berbuka. Saya juga menikah dengan perempuan.” 

Dan penjelasan Muhammad SAW lagi, bagi siapa yang tidak mengikuti tata cara hidup seperti Muhammad SAW, maka bukan termasuk golongannya. Keluar dari ajaran keislaman. 

Melihat dari peristiwa itu, dapat disumpulkan, bahwa yang terkait dengan ibadah tidak melulu dengan sholat saja, juga bukan hanya zakat, puasa dan ibadah umroh dan haji saja.

Konsep ibadah dalam Islam itu kata Ustad Nandar tidaklah sempit. Ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua bagian. Pertama ibadah yang sifatnya umum, atau yang lebih pada muatan seremonial dan simbolik. Dalam bahasa arabnya disebut Mahdhah

Di antaranya ibadah sholat lima waktu. Sifat ibadah yang seremonial ini adalah tetap, tak bisa diubah oleh siapa pun. Sejak jaman Muhammad hingga kiamat, jenis ibadah ini sifatnya akan tetap.

Yang kedua adalah ibadah mustafadah. Maksud pengertian dari ibadah ini adalah setiap perbuatan atau tindakan manusia yang muaranya untuk nilai-nilai kebaikan bagi seluruh alam semesta. Seperti tolong-menolong dalam kebaikan, berbuat jujur untuk kebenaran, dan berusaha menciptakan perdamaian.

Penjelasan Ustad Nandar, jika ada orang yang kerjanya hanya beribadah di masjid tanpa mau hidup bermasyarakat, enggan turut menciptakan kebaikan dan memberikan manfaat bagi banyak orang maka jalan hidup orang ini salah.

Seandainya ada orang yang hanya berdiam diri beribadah di masjid, kemudian semua kebutuhan hidupnya baik itu makan dan minum diberikan oleh orang lain, maka kata Ustad Nandar, di mata Allah SWT yang benar itu adalah orang yang memberikan makan dan minum orang tersebut, bukan orang yang berdiam diri di masjid.

Manusia itu sebagai khalifah di muka bumi. Untuk itulah, manusia harus punya motivasi hidup hanya untuk Allah SWT. Manusia jika sedang di luar ibadah yang formal, harus tetap berkomitmen untuk selalu bersama Allah SWT. 

Prinsipnya, jadikan aktivitas seperti di antaranya makan, minum, tidur, menikah sebagai ibadah kepada Allah SWT. Sebaliknya, jika hidup hanya untuk pemuasan hawa nafsu yang berujung pada kerusakan, maka ini tak jauh berbeda dengan karakter syetan laknat.

Orientasi hidup untuk beribadah selalu ditamankan dalam diri seorang manusia. Tidak memandang profesi, apakah ia pegawai negeri sipil, presiden, menteri, tentara, tukang becak, supir, semuanya harus berorentasi kepada Allah SWT.

Jika manusia tidak punya orientasi kepada Allah SWT maka hidup manusia tersebut akan sia-sia, tak punya keberkahan dan kerahmatan di dunia dan akhirat nanti. 

Karena itu, urai Ustad Nandar, manusia sebelum beraktivitas keseharian atau melakukan kegiatan sesuatu, tak lupa untuk mengucapkan Bismillah, menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dan tak lupa juga, kata Ustad Nandar, ketika menyudahi aktivitas, manusia pun seharusnya mengucapkan doa kalimat, Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT.

Tujuan hidup manusia harus terarah, antara hidup untuk dunia dan akhirat harus seimbang. Sebab ini penting, agar tapak jalan manusia terang-benderang, jalan manusia tak tersesat pada jurang kegelapan.  

Manusia ditekankan untuk bekerja berusaha mencari nafkah untuk bertahan hidup, namun perlu diimbangi pula dengan ibadah karena Allah SWT, sebagai penolong saat nanti manusia mati. 

Dan sekarang, dari intisari kutbah jumat tersebut akan menjadi sebuah cermin kehidupan, apakah kita semua sebenarnya sudah hidup seimbang ? Mari bersama-sama kita refleksikan, semoga kita semua berada pada jalan yang benar. ( )



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA