WAKTU BAGAI PEDANG

Waktu Bagai Pedang

CUACA tampaknya sedang sakit panas dingin. Inilah yang saya rasakan saat ingin pergi ke rumah Allah SWT, Masjid Baiturrahman Al Haq untuk menunaikan sholat Jumat di awal November, (1/11/2013) siang.

Kondisi cuaca Jumat tidak menentu, kadang mendung, lalu beberapa menit kemudian panas terik. Begitu seterusnya, selalu berubah-ubah, cuaca mengalami labil, menyelimuti Masjid Baiturrahman Al Haq. 

Namun, atmosfir ini tidak menyurutkan orang-orang untuk pergi ke masjid yang berada di bilangan Jalan Muchtar Raya Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan tersebut. 

Bagai seorang pemanah yang membidik sesuatu dengan tepat sasaran maka gunakanlah waktu dengan tepat yang membawa manfaat (photo by budi susilo)

Malahan masjid sesak dipenuhi jemaah hingga di pekarangan, sebab rintik hujan tidak turun ke bumi. Sungguh berkah tersendiri, syukur alhamdulillah, para jamaah diberikan kemudahan dalam beribadah.

Karena saya datang lebih awal, tiba di masjid sekitar jam sebelas lewat dua puluh empat menit, maka alhamdulillah, saya pun berkesempatan peroleh tempat di dalam masjid barisan ke empat, berhadapan langsung dengan mimbar pengkotbah.

Di dalam kesempatan, penyampai kotbah Jumat kali ini disampaikan langsung oleh Ustad Ahmad Ghozali. Pria berjanggut tipis ini menyampaikan tema mengenai kenikmatan yang sering dilupakan oleh manusia.

Katanya, dengan mengutip dari pendapat Nabi Muhammad, bahwa ada dua nikmat yang sering dilupakan yaitu nikmat kesehatan dan nikmat sebuah waktu. 

Ia menggambarkan, nikmat sehat dan waktu itu bagai sebuah pedang. Jika tidak digunakan pada hal-hal yang baik maka manusia tersebut akan celaka, membunuh dirinya sendiri. 

Sebaliknya, apabila nikmat sehat dan waktu yang dimiliki manusia bisa dimanfaatkan untuk yang berguna, maka manusia tersebut akan terhindar dari penyesalan dan dijauhkan dari api neraka. 

Manusia kadang akan menyesal dibelakang saat kejadian sudah terjadi. Karena itu manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, sebab waktu itu tidak bisa kembali. Jika sudah menyesal maka sesal itu yang didapat.

Selain itu, jelasnya, sambil menyadur dari Imam Syafii, bahwa nafsu manusia harus digunakan untuk yang baik seperti menghadiri majelis taqlim dan zikir. Jika tidak maka nafsu tersebut akan direbut oleh keburukan.

Di kehidupan dunia ini, manusia tidak akan kekal, suatu saat akan menemui kematian. Dan tidak satu pun manusia di dunia ini yang tahu akan kematian seorang manusia. 

Namun, kematian tersebut jangan meninggalkan kesan yang buruk, mati harus tidak dalam keadaan berbuat maksiat. Dan manusia hanya berharap pada Allah SWT, agar mati dalam keadaan beriman.

Itulah sebabnya, manusia harus tahu bagaimana caranya menggunakan waktu. Ustad Ahmad membagi resep, yang pertama adalah mengatur waktu sebelum waktu tersebut bergulir. 

Maksudnya, waktu harus diatur sebaik mungkin, direncanakan untuk hal-hal yang positif, untuk beribadah kepada Allah juga berbuat manfaat bagi makhluk lainnya. 

Cara berikutnya, luangkan waktu untuk membaca biografi seseorang yang menjadi suri tauladan di dalam kehidupan. Membaca riwayat hidup dari orang-orang saleh agar termotivasi untuk mengikuti jejak orang saleh dan juga memiliki gambaran perilaku orang-orang saleh.

Terakhir, kata Ahmad, manusia harus mengambil cara untuk berinteraksi kepada kumpulan orang-orang beriman, yang selalu rajin ibadah kepada Allah SWT.

Jika manusia tersebut selalu bersama dan berkumpul dengan orang yang beriman, maka akan tertular, terbawa pada perbuatan yang mengacu pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Demikian inti sari yang disampaikan oleh Ustad Ahmad Ghozali, di Masjid Baiturrahman Al Haq. Tentu saja, apa yang disampaikan beliau sungguh berharga bagi umat, untuk cerminan dalam menjalani kehidupan dunia yang fana ini. 

Karena itu, apakah kita semua telah memanfaatkan waktu hidup layaknya orang yang beriman dan bertakwa pada Allah SWT ? mari berefleksi, semoga berhasil di dunia dan akhirat. ( ) 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I