RINDU DESA

Rindu Desa

RUMPUT hijau tumbuh di pinggiran badan sungai. Sementara, bebatuan kerikil asik berdiam di dalam air sungai yang bersih dan jernih. Pasir pun begitu juga, merasa nyaman berendam di sungai. 

Indahnya sungai memberikan daya tarik manusia. Memanfaatkan untuk mandi, memancing, dan juga untuk bersemedi. Sungai memberi jasa ke manusia, tetapi sungai tak ingin menagih balas budi, cukup baginya hanya dijaga kelestariannya.

Kadang juga manusia lupa, tidak menghargai sungai, manusia lebih suka membalas dengan mengotori sungai, seperti di antaranya, menyirami dengan air seni, membuang barang hajat, hingga tempat untuk adegan tingkah buruk.  Sungguh tercela, padahal manusia memiliki akal pikiran dan hati.

Suasana sungai desa yang masih alami memberi rasa tentram (photo by andi gobel)

Nadi kehidupan air terus berdetak, terus mengalir melakukan petualangan jelajah rimba menuju samudra lautan. Air sungai di mulai dari pegunungan, sebuah daratan tinggi yang menjulang, kemudian turun ke daratan rendah lautan.  

Melodi sungai terus berkumandang, gemericik airnya mewarnai harmonisasi alam sekitarnya. Kecuali di kala musim kemarau, sungai tak mampu lagi bernyanyi, sekali pun bernyanyi suara tak lagi merdu.

Itulah suguhan alam pedesaan. Indah permai, lestari alamnya. Sejuk nyaman, memberikan ketentraman. Desa memberi warna, siapa bilang tempat yang tidak berguna, sebab desa itu surga dunia.

Di jaman politik orde baru, menganggap desa sebagai daerah kelas dua. Desa dianggap tempatnya kaum-kaum kesepian yang mati kreativitasnya. Makanya kala itu, banyak pendapat yang membanjiri masyarakat, bahwa bila mau sukses mendapat kerja yang bagus, pergi saja ke pusat ibu kota.

Anggapan orang kini sudah berubah, desa bukan lagi daerah yang dilupakan. Sudah banyak yang bertobat, kembali ke jalan yang lurus, bahwa desa itu adalah penopang utama perkotaan. 

Desa memberikan sejuta harapan, menjadikan kehidupan yang lebih layak, dan penuh kaya manfaat. Rindu rasanya, ingin tinggal di desa, yang aman, nyaman, adil, dan tentram, ketimbang tinggal di perkotaan yang penuh dengan kebohongan, kerakusan, dan kesombongan. Betulkan. ( )


    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA