REVITALISASI KEIMANAN

Revitalisasi Keimanan


TAK terasa, hari Jumat akhirnya tiba lagi. Segudang harapan baik ada di hari Jumat. Melalui doa, hari Jumat dipercaya sebagai waktu yang sangat mungkin semua doa-doa di ijabah dan memberikan berkah. 

Saat tiba kumandang azan menggema, memanggil umat muslim untuk tunaikan ibadah sholat Jumat, banyak yang datang pergi ke masjid-masjid. Saya sendiri menyempatkan waktu ke Masjid Jami At-Taqwa yang berada dibilangan Jalan Gelora IX, Kelurahan Gelora, Kecamatan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat.

Masjid yang bercat tembok putih ini dipadati jamaah muslim hingga membludak ke jalan-jalan sekitarnya. Pasalnya, masjid ini berada tepat di pusat keramaian seperti pasar basah Palmerah dan komplek perkantoran grup Kompas Gramedia. 

Di kesempatannya, sebagai pengkutbah Jumat di isi oleh Ustad Abdul Rohim. Sebagai mubaligh, ia menyampaikan pesan religi yang bertemakan Revitalisasi Keimanan. 

Masjid menjadi wadah tumpuan dalam merevitalisasi keimanan seseorang. Foto merupakan miniatur masjid khas Betawi yang terbuat dari kayu. (photo by budi susilo)

Katanya, umat muslim harus mampu merevitalisasi keimanan, caranya melalui metode zikir dan menunaikan segala perintah agama seperti di antaranya sholat, puasa, zakat dan amal soleh lainnya.

Keimanan seseorang itu yang tahu hanya dirinya sendiri dan Allah SWT. Jadi perlu kiranya untuk merevitalisasi keimanan harus dari usahanya sendiri. Tanpa berangkat dari kesadaran diri, maka akan sulit menggapai puncak keimanan.

Allah itu tidak pernah manzalimi ciptaannya. Allah bahkan selalu memberikan petunjuk dan kerahmatan. Bila ada manusia yang zalim, itu bukan berasal dari Allah, namun itu dari perbuatan manusia itu sendiri.

Sebagaimana disinggung dalam al Quran ayat 44, “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” 

Mengenai zalim, ada gambaran tipe manusia yang zalim. Pertama zalim oleh dirinya sendiri. Biasanya manusia ini sudah gelap hati, tidak merasa dekat dengan Allah, alhasil hidupnya serasa hambar dan hancur berantakan.

Sebagai contoh, banyak orang-orang yang pintar, punya gelar akademik yang panjang dari master sampai profesor. Namun banyak contoh orang-orang ini yang terjebak dalam perbuatan zalim pada diri sendiri.

Kedua zalim pada masyarakat. Gejala ini, jelasnya, terjadi ketika di antara orang-orang telah berbuat zalim pada masyarakatnya. Contohnya, antara lain ada pimpinan dan bawahan saling kucing-kucingan demi mengejar kekuasaan politik, atau bersengkongkol untuk berbuat buruk pada masyarakatnya, merusak tatanan kehidupan warga.     

Dan terakhir, zalim pada negaranya. Jenis orang-orang ini mengambil keuntungan pribadi atau kelompok tetapi dengan mengorbankan kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sebagai contoh, jelasnya, sumber daya alam negara dikuras dan dirusak habis. Kemudian hasil kerukan dari perut bumi yang masih berbentuk barang mentah dijual murah ke negara lain, setelah itu kembali lagi di jual ke dalam negeri dengan harga mahal.

Itulah intisari kutbah yang disampaikan. Semoga bisa menjadi bahan refleksi bagi kita semua agar mampu merevitalisasi keimanan dan mampu meraih perubahan yang lebih baik dan luhur serta bisa menjauh dari perbuatan yang zalim pada diri sendiri dan ke orang lain. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I