PAHLAWAN NEGERI

Pahlawan Negeri


Padamu negeri kami berjanji. Padamu negeri kami berbakti. Padamu negeri kami mengabdi. Bagimu negeri jiwa raga kami.

KUTIPAN lagu Kusbini yang berjudul Padamu Negeri itu seakan memberikan ruh pada manusia Indonesia untuk terus berbakti kepada bangsa dan negara. Lagu ini sepanjang masa terus berkumandang dengan harapan bangsa ini bisa mencetak pahlawan-pahlawan baru.

Orang sudah banyak yang mengetahui bila hari pahlawan di Republik Indonesia diperingati tiap 10 November. Banyak ragam untuk memperingatinya, di antaranya ada yang menggelar upacara bendera atau dengan syukuran berbasiskan kegiatan keagamaan.

Berangkat dari rasa kegalauan, orang akan beranggapan peringatan hari pahlawan hanya sekedar peringatan seremonial belaka, mengingat di alam kenyataan sekarang belum ada pahlawan yang ideal seperti era perang dunia. 

Kalau mau bukti, kira-kira di jaman sekarang ini siapa yang pantas menyandang sebagai pahlawan, yang mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara ? Coba dipikir siapa sosok yang cocok, pasti jawabannya pun bingung.

(repro budi susilo)

Orang sudah cenderung pragmatis, tentu akan menggadaikan idealisme. Orang jika sudah punya kursi kekuasaan, tujuannya hanya untuk mengejar aset-aset ekonomi, demi memajukan kepentingan pribadi dan kelompok. Inikah yang terjadi di negeri ini ? 

Pahlawan di kandung badan dan jiwanya hanya ada satu yang dikejar, yakni memperoleh pahala dengan bermodalkan niat kebaikan bagi seluruh alam semesta. 

Pahlawan itu takut sama Tuhan, tak heran segala perbuatan dan ucapan selalu memunculkan benih-benih kerahmatan. Karenanya, pahlawan menjadi musuh besar setan-setan laknat yang suka akan kehancuran. 

Pahlawan memberikan banyak kebaikan tanpa harus pamrih. Sukarela tulus ikhlas, bekerja keras dengan mencurahkan pikiran, hati dan kekuatan ragawi, demi terwujudnya perdamaian abadi.

Bukti konkrit bagian kecil golongan pahlawan di antaranya para tukang penyapu jalanan yang selalu mempertahankan kebersihan dan keindahan sebuah habitat manusia.

Meski sebagai tukang sapu, mereka sebenarnya pantas disebut pahlawan rakyat, mengingat pekerjaan yang mereka tekuni tidak banyak yang mau melakoni. 

Anggapannya, tukang sapu itu pekerjaan yang berat dan bergaji kecil, tidak memiliki harapan yang lebih baik. Sebagian orang menilai, lebih baik menjadi gelandangan pengemis, karena bila dibandingkan dengan tukang sapu, pekerjaan mengemis lebih asik, bebannya ringan, dan mampu meraup penghasilan yang besar.

Mari melawan lupa, kembali mengingat pada jasa-jasa para pahlawan bangsa yang telah pergi dahulu ke alam kubur. Mengingat perjuangan para pahlawan akan memberikan pelajaran berharga bagi bekal kehidupan yang berkualitas. 

Ungkapan bijak mengatakan, siapa yang mengenal sejarah, berarti ia telah membuka cakrawala kehidupan yang sebenarnya. Para pahlawan memang tak butuh untuk dikenang apalagi disanjung sayang. Bagi pahlawan pastinya cukup hanya menginginkan kehidupan generasi masa mendatang harus lebih baik. 

Musuh bangsa sekarang adalah virus korupsi yang telah menjangkiti di setiap lini, dari tingkat rukun tetangga hingga jabatan tinggi eksekutif. Korupsi memberi kehancuran bangsa, memperburuk kehidupan dari sebelumnya. 

Suri tauladan para pahlawan bangsa tak dihiraukan, hanya menjadi cerita emas di buku-buku pelajaran. Sampai kapan kondisi ini terus terjadi di negeri ini ? Mau dibawa kemana jika korupsi terus terjadi ? 

Dampak korupsi ketika terus membumi akan membawa malapetaka yang bisa menghilangkan cita-cita luhur kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sekarang siapa yang berani melawan dan mampu menahan nafsu berkorupsi, berarti ia termasuk pahlawan-pahlawan yang mampu menyelamatkan negeri ini dari kehancuran. Selamat mencoba, semoga berhasil ! ( )

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA