GELIAT KOTA TUA JAKARTA 7



Sejarah Awal Kemunculan Batavia 

KEAJAIBAN yang dimiliki Kota Tua Jakarta sungguh memesona. Walau usianya telah lama dimakan jaman global, terbukti sampai kini orang-orang masih banyak yang suka. 

Meskipun kotanya berusia renta, namun kesannya masih mampu memancarkan gelora muda, banyak warga yang bersemangat menghidupkan tempat ini, terutama para kaula muda.

Seperti pengakuan yang dilontarkan oleh Julaika Putri. Mahasiswi STAN Bintaro Jakarta Selatan ini telah mengenal Kota Tua Jakarta. Dan teman-teman sebangku kuliahnya sering datang berkunjung, melihat-lihat panorama Kota Tua. 

Satu di antara bangunan di Kota Tua Jakarta (photo by budi susilo)

“Sering datang kalau lagi tidak ada jam kuliah. Datang paling foto-foto bangunan, atau jajan di warung-warung kuliner yang ada di Kota Tua,” ungkap gadis kelahiran Madiun ini, yang ditemui pada sabtu (16/11/2013) malam.

Kota Tua Jakarta warisan peninggalan dari jaman pemerintahan kolonial Belanda. Sampai sekarang, tempat ini memberi makna tersendiri bagi warga masyarakat pecinta budaya dan sejarah bangsa.

Cerita jaman dahulu kala, Kota Tua itu indah, diberi nama Batavia sebagai lokasi ideal untuk tempat pemukiman warga keturunan eropa dan pemerintahan kolonial Belanda. 

Keindahannya sempat tercatat dalam bait tulisan penyair VOC abad ke 18 bernama Jan de Marre. Kesaksiannya ia ungkapkan dalam tulisan antara lain, Batavia indah, alun-alun kota dan arca bangunannya megah. Kanal-kanalnya luas, air jernih mengalir, dipenuhi bayangan jalan-jalan yang hijau bersemi abadi.  
 
Tetapi sebelum Kota Tua itu dulu bernama Batavia ternyata ada nama lain. Yakni Kota Jayakarta yang dirancang oleh penguasa bernama Fatahillah. Pemimpin ini mendirikan Kota Jayakarta di atas lahan bekas Sunda Kelapa pada tahun 1527.

Di jaman itu Kota Jayakarta terbilang luas, cakupan wilayahnya sebanyak 15 hektar dengan lokasi yang persis di sebelah barat Kali Besar. Saat itu, kondisi kali masih bersih, air jernih, dan tak bau seperti jaman sekarang ini.

Sejarah berganti. Seperti tidak ada yang abadi, eksistensi Kota Jayakarta mulai redup. Ini akibat dari ekspansi VOC Belanda di tahun 1619, yang menghancurkan Kota Jayakarta. Penyerangan saat itu dipimpin langsung oleh Jan Pieterszoon Coen.

Dan usai berhasil menaklukan Kota Jayakarta, VOC Belanda akhirnya membangun kota yang diberi nama Kota Batavia. Mulai pembangunan pada tahun 1620 dan selesainya di tahun 1650. 

Satu di antara bangunan di Kota Tua jaman kolonial Belanda (photo by budi susilo)

Saat itu, kota dibangun di lahan yang lokasinya ada di sebelah timur Sungai Ciliwung. Sebagai pusat kotanya, Jan Pieterszoon Coen menaruhnya di jantung kota, sekitaran Taman Fatahillah, atau yang kini dikenal dengan seputaran Jalan Taman Fatahillah, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. 

Pusat kota dibangun dengan ciri khas kota dikelilingi berupa tembok dan parit. Selain itu, ciri khas lainnya, tata ruang kota dibagi ke dalam blok-blok yang dipisahkan oleh kanal. Dan dari sinilah kemudian disimpulkan oleh beberapa ilmuwan sejarah Indonesia, bahwa tempat ini telah menjadi simbol pertama Belanda menancapkan cakar kekuasaan kolonialismenya.

Sampai sekarang, beberapa peninggalan peradaban tersebut masih dapat dilihat. Sebagai generasi pewaris, tentu saja keberadaan Kota Tua Jakarta tersebut perlu dilestarikan. Jangan dirusak, agar bisa membawa manfaat banyak bagi dunia pendidikan sejarah dan dunia wisata kota. ( )



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I