GELIAT KOTA TUA JAKARTA 6
Museum Sejarah
Jakarta Berdandan
LAYAKNYA naluri seorang wanita yang setiap saat selalu
berdandan agar penampilan tampil maksimal, maka Museum Sejarah Jakarta pun
melakukan hal yang serupa.
Lokasi museum yang berada di komplek Kota Tua Jakarta,
Jalan Taman Fatahillah nomor 1 Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari,
Jakarta Barat ini merenovasi pelataran dan dalam gedung museum.
Ini saya saksikan secara langsung saat berkunjung ke
tempat bersejarah ini pada sabtu (16/11/2013) sore. Pelataran gedung ditutup
seng bercat hijau. Kontan warga masyarakat tidak bisa mendekat ke pelataran
gedung Museum Sejarah Jakarta karena tutupan seng telah mengelilingi.
Biasanya, jika tidak dalam proses renovasi gedung, di
tempat ini setiap hari, dari pagi sampai malam selalu ramai dikunjungi
orang-orang dari berbagai daerah dalam negeri maupun luar negeri.
Mereka sekedar untuk duduk bersantai menikmati
pemandangan sekitaran Kota Tua atau juga berphoto ria bersama teman, pasangan
kekasih atau keluarga tercinta.
Renovasi dilakukan di titik pelataran gedung. Tampak
lantai (paving block) pelataran yang
sudah rusak pecah tak bisa terpakai akibat faktor alam dan ulah manusia diganti
dengan yang baru.
Begitu pun kondisi paving
block yang tidak rata dilakukan normalisasi agar rata kembali, sehingga
nantinya tidak mengganggu para pejalan, dan harapannya para pengunjung yang ke
Kota Tua semakin meningkat dari hari ke hari.
Ditemui, Budi Maulana seorang petugas dari Unit
Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta menjelaskan, paving block dibuat dari batuan endesit. Kondisi konsep paving block adalah asli sejak awal
dibangunnya gedung ini.
Dahulu, gedungnya berfungsi sebagai Balai Kota dan
semacam tempat pengadilan rakyat. Maka tidak heran gedungnya juga dilengkapi penjara
bawah tanah yang kini masih bisa dilihat bukti sejarahnya.
Mulai dibangun pada tahun 1707 kala itu semasa
pemerintahan Gubernur Jendral VOC, Joan Van Hoorn yang menjabat dari tahun 1707
sampai 1709. Selanjutnya, pembangunan gedung tidak berhenti sampai di tangan
Joan Van Hoorn namun dilanjutkan kembali oleh Gubernur Jendral Abraham Van
Riebeeck yang berkuasa dari tahun 1709 hingga 1713.
Menurut Usman, satu di antara pegawai Museum Sejarah
Jakarta, bahwa batu alam paving block
yang menghiasi sekitaran gedung saat itu bukan berasal dari bumi Indonesia.
Batu-batu tersebut diambil dari daerah Cina dan India Selatan.
Soalnya, kata Usman, VOC saat berlayar dengan kapal
laut ke Batavia selalu membawa barang-barang dari luar negeri. Kebetulan saat
membangun kota di Batavia, VOC pun mengeluarkan barang-barang untuk dijadikan
bahan bangunan. Jadi, tidak semuanya pembangunan kota batavia bahannya diambil
dari bumi Indonesia.
Dan sekarang, ungkap Usman, paving block sedang di rehabilitasi. Yang rusak, tentu diganti
dengan batu yang baru dari Indonesia. Di targetkan, Desember 2013 ini sudah
selesai penggarapannya dan bisa kembali dikunjungi.
Bagi warga yang telah tinggal lama di Jakarta tentu
sudah mengenal sekali gedung museum ini. Sungguh keterlaluan jika belum
mengenal, sebab gedung ini ibarat saksi mata pembentukan sebuah kota bernama
Batavia, yang dahulu belum dikenal dengan sebutan DKI Jakarta.
Keberadaan Museum Sejarah Jakarta atau yang dikenal
dengan nama lain Museum Fatahillah adalah bagian dari upaya edukasi ke
masyarakat luas dan melestarikan seni budaya yang muncul dan berkembang di
Jakarta ini.
Kata Enny Prihantini, Kepala Unit Pengelola Museum
Sejarah Jakarta, kehadiran museum untuk menyimpan, merawat, dan memamerkan
segala yang berhubungan cerita Jakarta dari jaman pra sejarah, kolonial eropa,
hingga masa kemerdekaan Republik Indonesia.
Kini bila mendengar janji dari Kepala Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan DKI Jakarta, Arie Budiman, bahwa seluruh kawasan Kota Tua sedang
dilakukan proses revitalisasi, sebagai upaya untuk menjadikan Kota Tua tempat
wisata bertaraf internasional di Jakarta.
Dan saya pribadi sebagai pengunjung dan penyuka
benda-benda bersejarah dan bernilai seni budaya, tentu sangat mendukung apa
yang telah dilakukan pemerintah, berupaya untuk merevitalisasi Kota Tua,
asalkan jangan menghilangkan keasliannya. Bagi saya, Kota Tua itu penuh pesona,
meski tua tapi masih tampil menyegarkan. (
)
|
|
Komentar
Posting Komentar