QURBAN
Qurban
QURBAN,
bagi semua orang tanggapannya berbeda-beda. Ada yang mampu rela untuk Qurban,
juga ada yang masih tak berdaya, daya upayanya belum mampu untuk Qurban.
Segala
tipe manusia yang tinggal di muka bumi tersebut tentu adalah fitrah sebuah
kehidupan, sebab setiap hal kehidupan selalu dibatasi pembeda, yang takdirnya
seakan berpasang-pasangan.
Misalkan
ada hitam, maka ada putih. Ada baik, tentu ada buruk. Ada air, ada api. Ada
panas, tentu saja ada dingin. Kemudian ada tinggi, pasti ada rendah. Juga ada
kaya, maka ada miskin. Bersifat jujur, tentu juga ada yang bersifat
bohong.
Qurban,
bagi manusia tertentu semestinya wajib dilakukan. Manusia yang punya kekuasaan,
harta benda yang mapan, jiwa raga yang bagus, harus turut serta mengambil sikap
qurban, guna menciptakan keseimbangan alam.
![]() |
Photo by budi susilo |
Di
dalam sebuah kutbah seorang ustad di Masjid At Taubah Kota Tangerang Banten,
dalam ibadah sholat Idul Adha, Selasa (15/10/2013), membagi jenis
manusia-manusia dalam konteks qurban dan ibadah haji.
Manusia
pertama, di kehidupan ini ada orang yang secara fisik dan harta sangat mumpuni
dan melimpah ruah, akan tetapi golongan manusia ini masih tertutup hati,
cakrawala berpikirnya pun masih sempit, ego dirinya lebih dibesarkan.
Namun
ada juga golongan manusia yang sangat berbeda dan langka. Secara fisik dan
harta lemah tak berdaya tetapi semangat qurban dan ibadah luar biasa.
Keterbatasan
fisik dan harta tak menjadi halangan untuk qurban dan pergi haji. Orang-orang
seperti ini adalah yang diberikan hidayah, telah mampu meraih buah nikmatnya
ketakwaan.
Dari
kesimpulan risalah tersebut, maka intisarinya antara qurban dan haji ada
kaitannya satu sama lain, tidak ada perbedaan. Satu tujuan yang ingin dicapai
adalah meraih amal kebaikan dan ridha dari Allah di dalam kondisi apa pun.
Perlu
digaris bawahi, menyangkut soal keimanan, bahwa setiap manusia berbuat baik di
dunia, maka akan menuai kebaikan pula. Sebaliknya, manusia yang buruk perilaku
tindak tanduknya, tentu menghasilkan panen bencana bagi dirinya.
Logikanya
seperti petani yang berusaha menanam padi dan jagung di lahannya, tentu dimasa
mendatang petani itu akan mendapatkan hasil cocok tanam, sesuai apa yang
dilakukannya.
Dan untuk mengakhiri kalimat, maaf
ya Allah, ampuni segala pil pahit dosa yang telah dilakukan selama ini. Maaf
juga ya Allah, belum bisa qurban harta jiwa dan raga untuk semua makhluk
seluruh alam semesta secara maksimal.
Memohon
ampun ya Allah, berilah motivasi, semangat dan kekuatan dalam mengarungi
kehidupan dunia ini, dan di lain kesempatan menjadi pribadi yang rela berkorban
secara sempurna. Amin ya robal alamin.
( )
Komentar
Posting Komentar