MEIYO DAN MERDEKA
Meiyo & Merdeka
Ini harmoni bumi, berselimutkan udara pagi yang cerah nan sejuk, disertai semarak kutilang yang berdendang riang di depan pekarangan mukim kampung, Senin 5 Agustus 2013 Kota Tangerang, Provinsi Banten.
TAK banyak menduga, Agustus ini sebenarnya hari membanggakan. Bukan misterius, namun penuh makna historis, di tengah harga-harga kebutuhan pokok pangan sedang membumbung tinggi.
Gara-gara harga sembako naik tinggi, emosi juga jangan ikut terkerek naik. Sia-sia, jika puasa Ramadan ini hatinya diselimuti amarah nan gundah gulana.
Seakan nilai puasanya hanya sekedar seremonial, menahan dari rasa lapar dan haus saja. Apa tidak sayang kalau puasa kita hanya mampu bermodel begini. Sungguh sayang seribu sayang.
Susah tak instan. Kita mesti punya daya juang tinggi dalam menjalani puasa yang paripurna. Namanya juga untuk meraih surga firdaus, membutuhkan semangat perjuangan dan komitemen yang berkualitas teratas.
![]() |
Suasana interior Masjid Istiqlal Kota Jakarta, Sabtu 20 Juli 2013. (Jongfajar Kelana) |
Puasa Ramadan ini akan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang jatuh pada bulan masehi ini, di tanggal 8 Agustus 2013. Di Agustus ini, rakyat Indonesia akan mengalami hari fitri, kemenangan dari melawan hawa nafsu selama Ramadan, juga perayaan kemenangan republik ini dari kaum-kaum kolonial dulu kala.
Dua kata, fitri dan proklamasi. Satu sama lain saling berkaitan. Di Idul Fitri, menyimbolkan manusia telah meraih kemenangan. Manusia yang bersih dari segala dosa setelah tunaikan puasa secara maksimal.
Melakukan puasa, harapannya manusia bermetamorfosis menjadi manusia yang baru, menggendong aura kesucian tanpa dosa, seperti seorang anak manusia yang baru dilahirkan ke muka bumi.
Sehingga masyarakat tidak lagi beridentik sebagai soft state. Seperti apa yang dikatakan M Lubis (1988), di bukunya Transformasi Budaya untuk Masa Depan, yang disebut lemah disiplin sosial, etika dan cenderung santai serta ingin cepat jadi doktorandus.
Bayangkan saja, di puasa Ramadan manusia diperintahkan untuk sucikan jiwa dan raganya, termasuk harta yang dimilikinya, demi tercipta sebuah keadilan sosial ekonomi bagi seluruh rakyat.
Meminjam pendapat ilmuan muslim, Yusuf Qardlawi dalam bukunya berjudul Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan (h.99), manusia menunaikan zakat sebagai upaya menolong kaum yang lemah dan membersihkan diri pelakunya dari berbagai dosa serta menghaluskan budi pekertinya.
Melalui puasa Ramadan, manusia akan sadar posisinya sebagai makhluk yang terhormat. Puasa sebulan penuh menggembleng manusia sebagai insan terhormat, karena mampu mengendalikan hawa nafsu yang merusak.
Di bangsa Jepang dikenal istilah Meiyo, atau kehormatan dalam diri seorang yang telah menjadi bagian prinsip hidup. Adanya Meiyo, orang berusaha melakukan yang benar, mengabaikan ketakutan, tekun dalam menghadapi semua tantangan, berada di jalan yang benar berdasar etika moral agama .
Karena itulah, pantas untuk mengatakan kepada seseorang yang telah melakukan puasa Ramadan, ketika di puncak penutup puasa hari raya Idul Fitri, dinobatkan sebagai manusia Meiyo. Di lebaran Idul Fitri, bagi mereka yang khusuk ibadah puasa, berarti telah mampu menggapai puncak filosofi Meiyo, kesempurnaan hidup suci.
Di Agustus ini juga, persitiwa bersejarah proklamasi Indonesia menjadi negara merdeka berdaulat. Pada titik inilah, puncak merebut kemerdekaan dari tangan negara kolonial kala itu. Merebut tak semudah membalikan telapak tangan, butuh perjuangan banting tulang, mengorbankan jiwa, raga dan harta.
Peristiwa sejarah itu sebagai kisah heroik, untuk suri tauladan bagi rakyat yang hidup di jaman kini. Supaya mampu melanjutkan perjuangan para pahlawan bangsa yang telah gugur terlebih dahulu.
Sebagai generasi penerus, mengisi kemerdekaan ini dengan semangat membangun negeri, agar Indonesia mendunia. Sebagai mana kata Soekarno dalam amanat proklamasi 1956 “Bangsa Indonesia harus mempunyai isi-hidup dan arah hidup.”
Mari, melalui momen Idul Fitri dan perayaan proklamasi Republik Indonesia nanti, kita semua diharap mampu memahami arti sebuah kehidupan, dengan pegangan sikap terhormat dan berjiwa raga merdeka. Bila dua unsur ini mampu diaplikasikan dalam kehidupan, tak akan menyangka kita meraih kesuksesan sejati dunia dan akhirat. Amin ya robal alamin. ( )
Komentar
Posting Komentar