AGRO TURISME LAOS MEMAJUKAN ASEAN
Agro Turisme
Laos Memajukan ASEAN
Oleh: Budi Susilo
“Kebahagiaan
sejati tak berasal dari perhatian
terbatas pada kesejahterahaan orang itu sendiri, atau dari kesejahteraan
orang-orang yang dirasa dekat dengannya. Tetapi kebahagiaan sejati berasal dari
pengembangan cinta dan belas kasih terhadap segenap makhluk berindera”
MUNGKIN
kutipan Dalai Lama itulah yang cocok untuk menggambarkan bagaimana negara Laos tertarik
untuk masuk dalam wadah Association of
South East Asian Nations (ASEAN) pada 23 Juli tahun 1997, bahwa untuk
mencapai kemajuan diperlukan interaksi dengan dunia luar, bukan dengan cara
hidup sendiri, menikmati sendiri.
Negara
yang bentuk pemerintahannya Republik Sosialis ini memiliki potensi sumber daya
alam. Tepat kiranya, jika Laos telah bergabung dalam organisasi hubungan
internasional ASEAN, mengingat kiprahnya sangat dibutuhkan demi mengejar
masyarakat ASEAN yang maju dan beradab.
Perlu
diketahui, potensi andalan yang dimiliki negara Laos di antaranya adalah
agrobisnis dan turisme. Dan mengingat pada akhir Desember 2015 akan diterapkan
komunitas ekonomi ASEAN, maka eksistensi Laos sangat dibutuhkan, sebagai
penopang pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Sebagaimana
hal ini telah diputuskan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke 12 ASEAN pada
Januari 2007 di Cebu, telah dibulatkan ke dalam Declaration on the Acceleration of the Estabilishment of an ASEAN
Community by 2015.
Di
pertemuan tersebut, akhirnya keluar rencana kerja strategis integrasi ekonomi
ASEAN agar tercapai satu kawasan pembangunan ekonomi merata, penciptaan kawasan
regional ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta kesatuan pasar dan basis
produksi.
Untuk
itulah, harta Laos berupa agro dan turisme akan berkontribusi bagi kesuksesan
komunitas ekonomi ASEAN 2015. Memberi andil bagi pemenuhan kebutuhan pangan di
Asia Tenggara, juga basis industri pariwisata ASEAN yang handal di mata dunia.
Secara
geografis, Laos yang memiliki mata uang bernama Kip sangat berdekatan dengan
beberapa negara seperti Myanmar, Kamboja, Cina, Thailand dan Vietnam.
Perlu
diketahui, negara tetangga Loas seperti Cina, Thailand dan Vietnam sedang
menuju capaian arah ‘revolusi industri’ dan negara Myanmar dan Kamboja pun
mulai bergairah menuju tahap berkembang.
Potensi Agro
Tentu
saja, melihat geopolitik tersebut, Loas yang tidak memiliki lautan masih
diuntungkan karena jika cerdas memanfaatkan peluang, Laos menjadi jantung
agroindustri bagi negara-negara tersebut, bahkan ke negara lainnya seperti negara
di benua Eropa, Amerika, Afrika dan Asia secara keseluruhan.
Berdasarkan
catatan, Laos yang memiliki luas wilayah 236.804 kilometer pada sektor
pertanian telah menyumbang sekitar 50 persen dari produk domestik bruto. Sektor
pertanian ini dapat menyerap 80 persen
tenaga kerja di Laos.
Harapan
ASEAN pada Laos pun begitu besar, mengingat fakta yang dimiliki bumi pertiwi Laos
mengandung lembah pegunungan, pengairan sungai yang baik, cuaca iklim yang
mendukung agro dan tanah subur makmur, hasil sektor pertaniannya unggul.
Jika
dikelola secara baik serta fokus, tentu Laos mampu hasilkan tanam padi, kopi
dan tembakau, dengan capaian melimpah ruah dan dapat memberi andil dalam pemenuhan
konsumsi di Asia Tenggara.
Sebab
ke depan, berdasarkan prediksi demografi, hal yang akan terjadi pada warga
masyarakat Asia Tenggara adalah fenomena lonjakan pertumbuhan penduduk.
Untuk
di Indonesia, berdasarkan hitungan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
(HPMI), Raja Sapta Okto, Indonesia akan mengalami pertumbuhan penduduk 10 juta
lebih, atau di tahun 2015 akan mencapai total 380 juta penduduk.
Bagaimana
lagi jika ditambah dari negara-negara lain, seperti India, Cina, Brazil
pastinya Laos akan menjadi negara pemasok konsumsi agro. Dan pengaruhnya, akan
terjadi penguatan ekonomi bagi Laos dan ASEAN.
Apalagi
belakangan ini, negara yang memiliki julukan seribu gajah ini pada Maret 1991 telah
membuka keran investasi dengan melakukan perubahan iklim ekonomi yang ramah
terhadap penanaman modal asing dan swasta.
Karena
itu, sebagai langkah solutif untuk memantapkan kekuatan agro Laos, maka langkah
yang harus diambil adalah membuka lahan-lahan pertanian di provinsi-provinsi
terpencil, agar produksi agro bertumbuh besar.
Satu
di antaranya membuka lahan-lahan transmigrasi di provinsi-provinsi terpencil
Laos dengan konsentrasi penggarapan pertanian dan perkebunan. Ini harus juga
didukung penuh oleh pemerintah agar programnya berjalan secara berkelanjutan.
Jika
berhasil diterapkan, maka lapangan pekerjaan akan terbuka luas. Laos tidak akan
lagi terjadi perpindahan penduduk dari desa ke kota atau pindah bermigrasi ke
negara lain, seperti apa yang pernah dibeberakan oleh Bank Dunia pada tahun
2005, bahwa 37 persen penduduk Laos yang
berpendidikan tinggal di luar negeri.
Jalan
keluarnya, ‘penyakit’ penumpukan penduduk di pusat kota harus dipecah ke
beberapa daerah, agar roda pembangunan di Laos tidak timpang. Pasalnya, jika
daerah pedesaan minim jumlah sumber daya manusianya, maka akan memperlambat laju
pertumbuhan ekonomi.
Mengingat
selama ini, Laos seperti negara Asia Tenggara pada umumnya, hanya
mengkonsentrasikan kegiatan ekonomi dan perdagangan terpusat di ibukota. Arus
urbanisasi lebih menggejala, ketimbang gairah otonomi daerah.
Sebagaimana
disinggung dalam The Evolution of The
Urban Pattern of Shouth East Asia (1976), karya Y.L Chong, kota di Asia
Tenggara berciri primate cities,
yakni kota menjadi pusat bisnis, pemerintahan, budaya dan sosial, akibatnya
terjadi urbanisasi secara besar-besaran.
Potensi Turisme
Berikutnya,
Laos yang merdeka dari Perancis pada 19 Juli tahun 1949 telah dianugerahi Tuhan
berupa panorama alam yang indah, bak surgawi, tak heran banyak turis yang
menyukainya. Secara persentase, kedatangan turis ke Laos menyentuh angka 22
persen per tahunnya dengan perkiraan kunjungan 3,3 juta di tahun 2012.
Karena
itu, Dewan Pariwisata dan Perdagangan Eropa menjuluki Laos sebagai tujuan turis
terbaik di dunia pada tahun 2013, sebab Laos mampu mempertahankan budaya dan
sejarahnya dengan diimbangi peningkatan layanan wisata.
Ada
apa saja sebenarnya potensi wisata yang dimiliki Laos. Mari sekilas melihat, di
antaranya provinsi Champassak ada Kuil Van Phou yang masuk World Heritage UNESCO yang
dikenal sebagai simbol perwujudan keimanan dan ketakwaan terhadap agama.
Lainnya
ada wisata alam air terjun Kuang Si, Tham Ting goa bawah tanah dan sungai
Mekong yang berasesoris tebing-tebing tinggi dengan dilengkapi aliran sungai
yang tenang hingga mampu memberi keheningan kehidupan.
Melihat
potensi wisata yang dimiliki negara Laos, tentu sangat berarti bagi kemajuan ASEAN.
Peran wisata yang bisa dimainkan oleh Laos di kancah ASEAN, bahkan dunia yakni
menjadi penyedia jasa turisme berupa MICE seperti apa yang pernah dikatakan
Pendit (1999), sebagai wisata konvensi.
MICE
itu sendiri kepanjangan dari Meeting,
Incentive, Convention, dan Exhibition
atau yang dalam bahasa Indonesianya berarti, pertemuan, insentif, konvensi dan
pameran.
Investasi Diplomatik
Bagi
Laos yang lagu kebangsaannya Pheng Xat Lao, tentu dapat berperan menyediakan
turisme MICE bagi ASEAN. Daya dukung yang dimiliki negara berhaluan komunis
tersebut unik, indah dan sangat cocok bagi penyelenggaraan pertemuan, insentif,
konvensi dan pameran.
Karena
itu, kesempatan emas bagi Laos dalam menyongsong komunitas ekonomi ASEAN 2015
sebagai momen investasi melalui jalur diplomatik. Agar visi misi tujuan
bernegara dapat tergapai, pertumbuhan ekonomi Laos pun terkerek naik dalam jangka
pendek ini maupun dalam jangka jauh ke depan.
Andalan
agro dan turisme yang dimiliki oleh Laos, tentu akan secara nyata memainkan
peran penting bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat di kawasan Asia Tenggara
bahkan dunia bila perlu.
Sekarang
tinggal menunggu dari Laos apakah mau memanfaatkan peluang ASEAN 2015 tersebut
sebagai tonggak kemajuan negaranya. Kembali lagi semua bergantung pada negara
Laos, seperti apa yang pernah dikatakan oleh Dalai Lama, “Kebahagiaan bukanlah
sesuatu yang sudah ada. Ia muncul dari perbuatanmu.”
Semoga
sukses Laos, mari kita bersatu dalam intergrasi ekonomi demi kemajuan bersama
di Asia Tenggara. Sebab apa kata Buddha, “Persatuan itu hanya bisa diwujudkan
oleh indvidu. Persatuan itu dengan gagasan yang mewujudkannya sebenarnya sudah
menjadi dua.” Salam satu visi, satu identitas dan satu komunitas, majulah ASEAN
kita. ( )
Komentar
Posting Komentar