BISNIS SAMPAH BESI MANADO

Menyulap Sampah Besi Menjadi Rupiah

Pagi hari jelang siang, aku pergi mengarah ke daerah Tugu Adipura Kota Manado, Rabu (8/5/2013). Pergi hanya cukup menggunakan sepeda motor, bukanlah penghalang untuk berpergian jauh dari pusat keramaian kota, sentra perkantoran bisnis.

Tujuannya sederhana saja, ingin mencari kenalan atau bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki kreativitas dalam mengarungi dinamika kehidupan kaum urban di ibukota Provinsi Sulawesi Utara. Kebetulan saja, saat meluncur aku temukan tempat yang tidak akan pernah dibayangkan orang.

Sayful akan menata besi-besi bekas pakai dan kemudian dia akan kembali menjualnya ke pabrik pengolahan besi bekas di daerah Pulau Jawa, pada Rabu 8 Mei 2013. (photo by budi susilo)

Tempat ini secara estetika keindahan, tidak ada sama sekali. Apalagi layak untuk ditinggali. Tempat ini memang khusus untuk menaruh barang-barang bekas berupa besi-besi tua. 

Tumpukan besi-besi tak terpakai ini dalam kondisi tata letak yang tidak beraturan. Semacam gundukan logam yang membukit.

Memang ini sengaja ada, karena tempat ini telah dijadikan sumber nilai komersil. Besi berkarat berumur tua bagi sebagian orang dianggap sebagai sampah yang tidak memiliki nilai harga. 

Tumpukan sampah besi-besi bekas milik Sayful di bengkel penampungannya di kawasan Tugu Adipura Kota Manado, Sulawesi Utara pada Rabu 8 Mei 2013. (photo by budi susilo)

Namun bagi pria lajang seperti Sayful Lumban Gaol (27), besi model seperti itu dapat menjadi ladang berkah untuk menambah uang sakunya. Berangkat dari inilah, ia pun mengumpulkan sampah besi-besi di lahannya untuk disulap menjadi rupiah.

Sejak tahun 2003, pemuda itu mencoba peruntungan dalam bisnis besi tua untuk di wilayah Kota Manado. Ia bersama saudaranya Edi Gaol, merintis usaha jual beli besi bekas.

"Usaha kami diberi nama Surya Permata, supaya usahanya tetap bersinar dan memiliki nilai bagai permata," ungkapnya di bengkel besinya, Rabu (8/5/2013).

Ia membuka usaha ini berawal di daerah Kabupaten Minahasa Utara, Airmadidi, yang berada di lahan milik orang lain. "Dulu masih ngontrak di tanah orang lain," ujar Sayful.

Perlahan tapi pasti, sekitaran mendekati tahun 2009, dewi fortuna berpihak pada dirinya. Tidak heran, ia pun bersama saudaranya memutuskan untuk membeli sebidang tanah untuk bengkel usahanya.

"Uang yang ditabung dari hasil dagang besi tua buat kami beli tanah, rumah dan mobil pick up," urainya.

Dahulu ketika mengawali dagang besi tua di Airmadidi, hanya melakukan metode menunggu bola. Penyebabnya, belum memiliki kendaraan operasional. Tapi setelah menyisihkan uang dari penghasilan dagang besi tua, mengambil mobil pick up.

"Sekarang ada mobil operasional, bisa antar jemput ke lokasi tujuan mengambil besi-besi tua. Tidak seperti dulu, konsumen yang harus antar ke kami," katanya.

Bengkel dia berada di alamat Jalan Baru Adipura Kecamatan Mapanget Kota Manado. Di tempat inilah, ia mampu merogoh kocek pendapatan sekitar Rp 40 juta lebih per bulan bila dalam hitungan per bulannya mampu kumpulkan besi tua sebanyak 10 ton.

"Siap terima jenis besi apa saja. Besi padat, besi campur, almunium, juga tembaga. Yang paling mahal itu tembaga. Kami berani bayar untuk per kilogram Rp 10 ribu," urai pria kelahiran Tapanuli ini.

Lokasi penampungan sampah besi milik Sayful pada Rabu 8 Mei 2013. Kebanyakan sampah yang diperolehnya dari daerah Kota Manado dan Kota Bitung. (photo by budi susilo)

Ia pun bersedia terima besi yang sudah berkarat. Karena model besi seperti ini bisa disiasati dengan membersihkan karang karatnya. "Kalau dapat yang karat, kerjanya agak berat, harus garuk dulu pakai semacam alat amplas, biar karatnya hilang," kata Sayful.

Rela berkotor-kotor, dan bau besi berkarat sudah biasa bagi Sayful. Ia menganggap atmosfir tersebut sudah hal yang lumrah, dianggap sebagai sahabat dekat yang membawa berkat. "Sudah pekerjaan saya, selain saya juga buka bengkel motor," tuturnya.

Yang penting, kata ia, modalnya harus ulet, fokus tanpa kenal menyerah, siap menerjang apa pun itu rintangannya. Ini ia buktikan penjualan barang besi bekasnya sampai ke Surabaya dan Jakarta.

"Sudah saya kumpulkan, saya kirim ke Bitung, lalu di jual ke daerah Jakarta dan Surabaya," jelas pria yang kini juga membuka usaha jasa pengelasan.

Ramah dan terbuka !. Prinsip inilah yang ia lakoni dalam menggeluti dunia usaha bisnisnya. Selama berjumpa dengan dirinya, ia memancarkan kesan yang bersahabat, selalu berbagi cerita banyak hal mengenai pengalaman bisnisnya.

Masih muda penuh semangat dan tidak memilih-milih pekerjaan asalkan halal dan bermanfaat, adalah satu hal kunci yang patut di kita gugu dari dirinya. ( )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I