WAJAH DESA GORONTALO 5
Desa Bilato Kabupaten
Gorontalo
Miliki Goa dan Kuburan Misteri
Gorontalo
Indonesia Kita luas. Aku coba untuk menelusuri, mengunjungi ke daerah-daerah
yang berada di pelosok jauh dari pusat kota. Bermodalkan kendaraan roda dua,
mampu menembus alam belantara dan perkampungan penduduk terpencil.
Satu di
antaranya ialah Desa Bilato, yang memiliki kesamaan nama antara desa dan
kecamatan. Mungkin ada yang bertanya, kenapa nama desa dengan nama kecamatan
ada kesamaannya ?
Desa Bilato
menyimpan segudang cerita. Daerah yang berada di Kecamatan Bilato, Kabupaten
Gorontalo, ini bertetangga dekat dengan Kabupaten Boalemo. Kedua daerah ini
hanya dipisahkan oleh sungai besar bernama Paguyaman.
Bus angkutan umum melinatasi jalan raya menuju arah perkampungan Desa Bilato, Kecamatan Bilato, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo pada Jumat 19 April 2013 siang. (Photo by budisusilo) |
Sungguh
asri. Sekeliling jalan menuju desa masih banyak ditumbuhi rindangan pohon yang
menghijau. Kesejukan udara masih terasa. Begitu pun, suasana kicauan burung,
paduan suara jangkrik, tersebarnya ternak sapi di sepanjang jalan menghiasai
perjalanan menuju Desa Bilato.
Ditemui di
kantor desa, Kepala Desa Bilato, Sukarman Humonggio, menuturkan, Desa Bilato
sejak tahun 1800 hingga 1900 sudah menjadi perkampungan padat penduduk dengan
nama distrik Paguyaman. “Di zaman
jajahan Belanda, ditetapkan sebagai distrik Kecamatan Paguyaman,” ujarnya,
Jumat 19 April 2013.
Ibaratnya
Desa Bilato itu sebagai pusat pemerintahan kecamatan. Dahulu, ungkap Sukarman,
nama camat itu istilahnya Marsa Ole.
“Kampung yang tertua. Asal muasal orang-orang Paguyaman dari sini semua,”
ujarnya.
Usai itu,
memasuki tahun 1936, oleh kebijakan kolonial Belanda, distrik di pindah ke
kawasan Paguyaman yang kini berada di Kabupaten Boalemo. “Dikasih nama Desa
Wonggohu,” katanya.
Namun jaman
terus berkembang, nama pun ikut berubah. Sekitar tahun 1980-an, warga setempat
sepakat untuk mengubah nama Desa Wonggohu menjadi Desa Bilato.
“Makanya
sampai sekarang nama Bilato itu sudah dikenal. Sampai nama Kecamatan pakai nama
Bilato juga,” kata Suakarman.
Pria yang
sudah 22 periode menjadi kepala desa Bilato ini mengungkapkan, pengambilan nama
Bilato berasal dari istilah untuk kumpulan orang-orang paranormal.
“Dulunya
disini jadi pusat kumpulan orang-orang pintar (paranormal). Tapi sekarang sudah
tidak lagi, orang-orangnya telah banyak yang meninggal,” ujar Sukarman.
Di desa ini,
leluhur yang dituakan itu bernama Tipelehu. Sosoknya menjadi tokoh masyarakat
dan agama. Dipercaya oleh warga setempat, Tipelehu itu merupakan wali yang ke
tujuh dari Gorontalo. “Kuburannya masih ada di bukit. Tempatnya dijadikan
kramat,” katanya.
Berbicara
kuburan, tambah Sukarman, di Desa Bilato juga mengenal sebuah kuburan keramat.
Orang setempat menamakan lokasi ini dengan sebutan Rumah Seng. “Kuburannya
hanya satu-satunya. Tidak ada yang lain,” urai pria kelahiran 11 April 1971
ini.
Maksud rumah
seng itu, jelas Sukarman, adalah kuburan yang berada di atas gunung dengan
membentuk seperti rumah, atau mirip model-model kuburan budaya orang Cina.
“Anehnya
kuburan tidak ada keterangan siapa yang meninggal dan kapan matinya. Padahal
ada batu nisannya tapi misteri tidak ada yang tahu kuburan siapa,” ujar pria
lulusan Administrasi Negara Universitas Hasanuddin Makassar ini.
Selain itu, di
desa ini juga meninggalkan goa buatan Belanda. Dipercaya oleh warga setempat di
dalam goa masih menyimpan harta karun uang berbentuk sertifikat berasal dari
negara Brazil.
“Tidak bisa
diambil, karena gua sudah tertutup tanah. Mau masuk ke dalam sudah tidak bisa
lagi,” urainya.
Panjang gua
itu, tambahnya, diperkirakan sekitar 40 meter. Bila menelusuri sampai titik
akhir dalam gua, maka akan tembus ke daerah lautan Bilato.
Sejak dahulu
sampai sekarang, warga setempat bergelut dengan kegiatan ekonomi nelayan dan
perkebunan tani, serta yang terbaru sekarang ialah pertambangan emas.
Geliat roda
ekonomi di desa ini bergairah, terbukti setiap paginya persis di seputaran
kantor kepala desa digelar pasar tradisional yang menjual berbagai barang
kebutuhan warga masyarakat Desa Bilato. “Kadang cukup mengganggu, membuat macet
jalan desa,” keluhnya.
Penasaran
dengan desa tersebut, datangi saja tempat itu yang berada di bilangan Jalan
Raja Pelehu, Kabupaten Gorontalo. Dari pusat Kota Gorontalo dapat ditempuh
hampir 60 menit melalui jalur darat. ( )
Sungai Paguyaman yang melintas di Desa Bilato, Kecamatan Bilato, Kabuaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo pada Jumat 19 April 2013 siang. (Photo by budisusilo) |
Suasana pasar basah yang sedang tutup di Desa Bilato, Kecamatan Bilato, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo sedang tidak beroperasi, Jumat 19 April 2013. (Photo by budisusilo) |
Foto bersama warga Desa Bilato di kantor desa, Jumat pada 14 April 2013. (Photo by mujionopohi) |
Makam keramat Tipelehu milik warga Desa Bilato Kecamatan Bilato, yang berada di atas bukit Kabupaten Boalemo, pada Jumat 19 April 2013 siang. (Photo by budisusilo) |
Komentar
Posting Komentar