BUKU KU
Buku Ku
Oleh: Budi Susilo
Gila saja,
kalau kita bergaul dengan buku, bisa buat pikiran tidak tumpul, selalu terisi
berbagai pengetahuan dari segala sisi arah mata angin. Inilah efek ‘berpacaran’
bersama buku ku.

Buku membuat
candu orang untuk bersikap kritis dan dinamis, asal buku yang di nikmati itu
dari berbagai model, gaya dan aliran. Inilah buku ku, lorong pembawa terang
benderang.
Hal yang didapat
membaca buku, otak selalu terasah, di pacu untuk berpikir. Apa yang terjadi ? Bagaimana
bisa ? dan karena apa ? Ini semuanya dapat terbongkar dalam isi buku, membaca semua yang ada
dalam buku ku, buku apa saja, apa pun itu.
Saking menggelegarnya daya kekuatan buku, maka oleh masyarakat internasional disepakati, setiap 23 April 2013 dikukuhkan sebagai hari buku sedunia, atau World Book Day.
Tidak lupa, mengingat momen hari buku sedunia, maka aku pun latah menggoreskan status dalam twitter ku @budisusilo85: Quran surah Al Alaq itu, perintah membaca lingkungan alam semesta untuk menemukan siapa sebenarnya Tuhan. Have Nice BookDay
Saking menggelegarnya daya kekuatan buku, maka oleh masyarakat internasional disepakati, setiap 23 April 2013 dikukuhkan sebagai hari buku sedunia, atau World Book Day.
Tidak lupa, mengingat momen hari buku sedunia, maka aku pun latah menggoreskan status dalam twitter ku @budisusilo85: Quran surah Al Alaq itu, perintah membaca lingkungan alam semesta untuk menemukan siapa sebenarnya Tuhan. Have Nice BookDay
Gaya hidup membaca
buku di negara Jepang bukan hal yang baru. Negara matahari terbit ini
manusia-manusianya tidak terlepas dari aktivitas membaca buku. Di mana saja, dan kapan
saja, selalu di isi aktivitas membaca buku.
Untuk
Indonesia, mengarah pada budaya membaca ada tipuan angin segar, karena sudah
mulai banyak yang tersadar, buku itu sebagai sahabat dekat di keseharian kita.
Lihat saja, di tiap-tiap provinsi di Indonesia sudah menjamur toko-toko buku
seperti Gramedia.
Tidak hanya
itu, komunitas membaca pun telah banyak terbentuk di berbagai daerah, termasuk
di Kota Gorontalo. Warga yang baru merasakan provinsi baru ini, ternyata mencintai
berbagai bahan bacaan buku.
Sempat dalam
perjalanan menuju ke Pantai Olele Gorontalo, Sabtu (20/4/2013), aku bercerita
banyak dengan kawan baru di Kota Gorontalo namanya Ronald Hutagalung, yang
menggagas gerakan budaya membaca, rasanya perlu dalam sebuah masyarakat, sebuah
gerakan alami menggiatkan baca buku.
Kegiatan itu
teknisnya ialah satu orang satu buku. Setiap orang dapat menyumbangkan secara
sukarela buku bacaan yang bermanfaat bagi publik. Nantinya, buku sumbangan ini
dapat dimanfaatkan oleh warga lain yang belum sempat membaca.
Untuk
memperoleh buku sumbangan itu, dapat digunakan secara cuma-cuma tanpa dipungut
biaya. “Gerakan yang kita lakukan spontanitas, tanpa ada paksaan. Syukur dapat respon
positif banyak orang,” kata Ronald.
Gerakan yang
dilakukan tersebut, harapannya bisa jadi bagian terpenting dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, terkhusus warga masyarakat Gorontalo.
Membaca buku
asik dilakukan. Belakangan kita sudah dimudahkan oleh teknologi canggih,
membaca melalui digital paper. Mudah dibawa kemana saja, ringkas tidak
merepotkan dan ramah lingkungan.
Namun apa
pun itu namanya, buku tetaplah buku, yang memiliki manfaat pembuka jendela
cakrawala dunia alam semesta. Selamat hari buku dunia. Mari kita membaca, tulis
dan kritis !. ( )
Komentar
Posting Komentar