ROMEO NAIK KELAS MASUK PULAU BUATAN

Romeo Naik Kelas Masuk Pulau Buatan


Momen ramadhan ini, ada yang istimewa di lokasi rehabilitasi Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS). Seindividu Orangutan bernama Romeo 'naik kelas' ke jenjang tahap selanjutnya, dari kandang isolasi masuk ke pulau hutan buatan Samboja Lestari, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

SUDAH dikenal masyarakat luas, Yayasan BOS yang telah didirikan sejak tahun 1991, diisi oleh 440 karyawan yang berdedikasi tinggi dan profesional dari berbagai latar belakang keilmuan, sudah terbukti berunjuk gigi merawat lebih dari 700 orangutan, termasuk satu di antaranya orangutan bernama Romeo ini, dilepas ke pulau baru, yang dirancang oleh manusia. 

Proses seremonial pelepasan Romeo ini disaksikan secara langsung puluhan orang, satu di antaranya para pentolan BOS dan dari lembaga Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur, Rabu 7 Juni 2017 pagi.

Orangutan bernama Romeo dibus oleh tim medis dengan tujuan untuk dipindahkan dari kandang isolasi ke sebuah pulau hutan buatan Samboja Lestari Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur pada Rabu 7 Juni 2017 pagi. Jarak antara kandang isolasi ini dengan hutan buatan tidak terlalu jauh, hanya sekitar 100 meter. (Tribunkaltim fachmirachman)

Romeo masuk golongan Orangutan angkatan tua, usianya sudah menginjak 30 tahun. Untuk ukuran manusia, Romeo dikategorikan umur dewasa. Riwayatnya masuk ke sekolah Orangutan BOS Samboja Lestari memiliki cerita yang panjang.

Ditampung dalam lingkungan BOS, saat itu usia Romeo adalah 6 tahun. Romeo dibawa ke Samboja Kaltim tahun 1993, diselamatkan dari sebuah kebun binatang di Kepulauan Taiwan, sebuah negeri yang memiliki bahasa resmi bernama Putonghua.

Saat dibawa ke Samboja, Romeo bersikap layaknya Orangutan yang liar. Tiap kali ada kedatangan sosok manusia, Romeo selalu ingin menjauh. Didekati manusia, Romeo bersikap acuh. Kalau tubuhnya akan disentuh manusia, Romeo memberontak.

"Kami berpikir Romeo waktu itu masih memiliki sifat liar. Tidak jinak. Cocok untuk dilepasliarkan ke hutan liar," ujar Dr. Ir. Jamartin Sihite, Chief Executive Officer Yayasan BOS, kepada Tribun.
  
Namun upaya penelitian terhadap individu Romeo kala itu tetap dilakukan secara mendalam. Peneliti bagian medis orangutan memeriksa, melakukan investigasi pada bagian tubuh Romeo, ternyata ditemukan hasil yang dianggap ada ketidakwajaran. "Serangkaian tes dilakukan. Nyatanya si Romeo mengidap penyakit hepatitis B," tuturnya.

Secara medis, penyakit hepatitis B yang dimiliki Romeo merupakan penyakit yang unik, dianggap spesial. Penyakit ini tidak ada di orangutan lainnya, sangat layak untuk diisolasi. Karena inilah, diputuskan, Romeo dinilai tidak cocok untuk langsung dilepasliarkan.

Seandainya penyakit Romeo tidak ditangani secara serius, akan berujung pada kematian dan menularkan ke yang lainnya, menjadi wabah yang membahayakan. "Kalau kita paksa Romoe ke hutan liar itu sama saja melempar bom waktu," tuturnya.   

Proses isolasi dilakukan. Ditaruh dalam sebuah kandang berteralis besi bersama individu lainnya. Tempat ini merupakan tahap pemulihan, sekaligus melihat kondisi perilaku Romeo seperti apa. Berkat ketekunan dan kekompakan para pecinta orangutan di BOS, Romeo mendapat perhatian.

Si Romeo digotong beberapa manusia yang saat itu masih dalam kondisi pingsan terbius. Orangutan Kalimantan ini tiba di pulau hutan buatan Samboja Lestari Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur pada Rabu 7 Juni 2017 pagi. Aktivitas ini disebut pra pelepasliaran sebelum nantinya ditaruh di hutan yang sesungguhnya di hutan liar Kehje Sewen Kabupaten Kutai Timur.  (Tribunkaltim fachmirachman)

Romeo, orangutan yang asli Kalimantan itu diberi pengobatan dan edukasi, termasuk disatukan dengan betina orangutan. "Dikasih betina Romeo masih mampu menunjukkan gentlemen. Masih mau mendekati betina. Normal," ungkapnya.   

Sambil menunggu ketersediaan hutan buatan, yang sedang dalam proses pembuatan, Romeo akhirnya harus banyak bersabar, menetap di sebuah tempat kandang yang berkerangkeng besi selama 24 tahun.

Sebenarnya dalam rentang tahun 2001 sampai tahun 2011, kondisi Romeo sudah dinyatakan lebih baik dari sebelumnya, bisa dipindah ke hutan liar buatan Samboja Lestari. Namun karena belum tersedia, terpaksa Romeo ditempatkan sementara di ruang terbatas.  

Dan sampai akhirnya di Juni 2017 ini, Romeo mendapat ketesediaan tempat pra pelepasliaran disebuah pulau hutan buatan atau yang dinamai pulau lima bersama dengan dua betina orangutan yang dikenal Fani dan Isti.

Pada tahapan ini, nantinya Romeo dilakukan pengamatan, dilihat bagaimana proses perkembangan dan adaptasinya di tempat baru. Biasanya, butuh sampai tiga tahun berada dalam pulau buatan ini. 

Bila dinyatakan layak, lulus sebagai orangutan yang liar maka nantinya akan naik kelas lagi di lepasliarkan ke hutan belantara Hutan Kehje Sewen di Kabupaten Kutai Timur, Kaltim.[1] (jongfajar kelana)



[1] Koran Tribunkaltim, “BOS Rehabilitasi Orangutan di Samboja Lestari; Romeo Naik Kelas ke Pulau Buatan,” terbit pada Kamis 8 Juni 2017 di halaman 13 rubrik Tribunetam bersambung ke halaman 23.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I