MEMANDANG ORANGUTAN SECARA NYATA

KAWASAN REHABILITASI ORANGUTAN SAMBOJA

Memandang Orangutan Secara Nyata


Penghuni planet bumi ini ada banyak ragam. Dimulai dari binatang, manusia, hingga tumbuhan mendiami bumi yang bulat ini. Namun terkadang, ada beberapa manusia yang belum pernah melihat secara langsung wujud makhluk lainnya. Seperti di antaranya binatang Orangutan, yang merupakan primata yang lucu dan menakjubkan.

KEBERADAAN Orangutan hanya ada di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Kebetulan saya sedang berada di Kalimantan Timur, memiliki peluang emas untuk saksikan secara nyata Orangutan ini, di Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Rasa penasaran saya memuncak, keinginan melihat Orangutan seakan suatu kewajiban yang tidak boleh ditiadakan dalam kamus hidup. Soalnya, Orangutan ini memiliki khas, masuk binatang yang spesial.

Orangutan dianggap primata tercerdas yang sangat hobi tinggal di hutan belantara rasa tropis. Apalagi Orangutan ini disebut peneliti, kemiripannya mendekati ciri manusia. Hal‑hal seperti inilah yang membuat kita selagi masih hidup, harus melihat Orangutan lebih dekat dan nyata. 

Orangutan penghuni kawasan rehabilitasi Samboja Kutai Kartanegara (Tribunkaltim fahmirachman)

Kebetulan saat itu saya berada di Kota Balikpapan. Untuk mencapai ke lokasi komunitas Orangutan di Samboja, butuh kendaraan darat. Bisa sepeda motor atau mobil. Selama ini belum ada kendaraan umum yang bisa mengakses ke tempat ini.

Maka saya pun memakai kendaraan non komersil, pergi bersama rekan sekerja, Abdul Haerah Pemimpin Redaksi Tribunkatim, Fahmi Rachman sang fotografernya dan Ayuk Fitri yang terkenal sebagai reporter dunia maya. Kami menggunakan mobil milik Tribunkaltim.

Berangkat pagi hari sekali, sebab untuk melihat Orangutan adabaiknya menjelang siang. Cuaca di Kota Balikpapan saat itu mendung, sedikit ada rintik hujan, namun ini tidak menyurutkan semangat berkelana melihat kera besar berlengan panjang ini, Rabu 17 Mei 2017.

Sebenarnya lokasi Orangutan ini tidak jauh dari Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan Balikpapan. Ke tempat tujuan ini hanya butuh waktu sekitar 45 menit dengan kondisi jalan raya maju lancar tanpa macet.

Hunian Orangutan ini bukanlah kebun binatang atau tempat perkandangan yang dijeruji besi. Lokasinya disebut kawasan rehabilitasi Orangutan yang dikelola Yayasan The Borneo Orangutan Survival (BOS), Samboja Lestari, Kabupaten Kutai Kartanegara. Tempat ini dibuat seperti hutan tropis sungguhan, Orangutan bisa bebas berkeliaran di tengah semak belukar tumbuhan rindang. 

Melapor Pos Jaga
Masuk ke kawasan ini dari jalan besar ke area kompek rehabilitasi cukup sulit, medannya tidak semulus layaknya jalan tol yang berbeton. Jalur lintasan ke kawasan rehabilitasi Orangutan ini berkondisi tanah merah dan berbatu cadas kerikil. Dari jalan besar ke area butuh waktu sekitar 25 menit saja.

Saya yang saat itu tiba dilokasi mengalami keberuntungan. Datang tepat pada waktunya, sehabis turun hujan. Kondisi lajurnya sedikit berlumpur dan segar tiada ada debu tanah merah berterbangan. Seandainya panas gersang, tentu saja akan berjibaku dengan kepulan debu jalanan.

Setiba di lokasi, mengisi buku tamu di pos penjagaan pintu masuk utama yang dilengkapi portal besi. Di pos ini ada beberapa orang aparat keamanan yang setiap hari bertugas menjaga. Setiap orang yang dianggap asing, diwajibkan melapor ditempat ini.

Setelah melapor, kami dijemput pegiat rehabilitasi Orangutan BOS Foundation, menggunakan mobil beroda besar double garden. Mereka ini bernama Halisa dan Suhadri, yang sudah puluhan tahun mengabdi di `sekolahan' Orangutan ini.

Tidak berlangsung lama, dari Pos penjagaan utama langsung kami menuju lokasi rehabilitasi Orangutan. Jalan yang tidak mendatar, banyak menemui lubang, menjadi tantangan kala itu.

Menikmati Liarnya Hutan
Dipinggir jalan bersabuk pohon rindang, benar‑benar fakta berada dalam genggaman hutan belantara. Saya waktu naik mobil berada di bak belakang, terbuka tanpa penutup. Kondisi ini membuat saya puas memandangi alam liar Samboja.

Udaranya sejuk, sekujur tubuh hawanya terasa nikmat. Alamnya memberi sajian lestari, hidup mampu bebas menghisap oksigen murni, `murah meriah' tanpa harus terkontaminasi zat emisi karbon. Ketika mobil melaju, usapan angin yang segar menerapa lapisan raut wajah, saya berharap membatin dalam doa agar selalu bertampang awet muda.

Singkat cerita, melihat jam digital di smartphone milik saya, ternyata tidak sampai sejam, perjalanan menggunakan mobil sport tersebut benar‑benar terasa singkat, hanya butuh sekitar tujuh menit untuk bisa tiba di tempat Orangutan bermukim dari pos penjagaan utama.

Orangutan yang direhabilitasi di Samboja Kalimantan Timur (Tribunkaltim Fahmirachman)

Pandangan pertama saya melihat Orangutan di tempat ini adalah Orangutan yang bernama Bujang dan Ani. Kedua Orangutan ini tinggal dalam satu pulau buatan yang di desain layaknya hutan belantara. Lengkap banyak pepohonan dan rumputan hijau dan bangunan tiang beton sebagai tempat bergelantungan.

Pulau ini tidak diberi batas tralis besi layaknya ruang penjara. Pulau dibatasi sungai mini. Kondisi ini tentu saja Orangutan tidak kabur dari pulau buatan ini, mengingat sungainya dianggap dalam oleh si penghuni, tidak mau mengambil resiko tenggelam ke dalam sungai.

Secara naluri pirmata, Orangutan tidak pandai berenang. Bagi Orangutan, alam air itu sesuatu hal yang menakutkan, terkecuali dalam keadaan terpaksa, seperti ingin mengindari daratan yang banyak predator atau mengambil makanan kesukaan buah yang jatuh ke sungai.

Namun biasanya, saat akan menceburkan diri Orangutan sebelumnya melakukan uji coba melalui cara mengukur kedalaman sungai dengan menggunakan sebatang tangkai pohon. Jika sungainya dianggap sangat dalam dan berarus kuat, maka Orangutan menyingkirkan niatnya basah‑basahan ke sungai.

"Sungainya ada buaya. Memiliki kedalaman dan berarus kuat, tentu Orangutan tidak berani turun ke sungai," kata Halisa, perempuan betubuh mungil, yang waktu itu mengenakan kaos putih dan bertopi hijau tua.

Orangutan itu, tambah dia, primata yang tidak gemar berada di daratan. Lebih suka berada di atas ranting‑ranting pepohonan yang besar dan tinggi. Sekalipun berada di daratan, hanya sebentar untuk mencari minuman.

Setelah dehidrasi hilang, Orangutan kembali lagi memanjat pohon. Sebagian besar aktivitas Orangutan berada di pepohonan, termasuk tidur dan mencari makanannya.

Sekolahnya Orangutan
Khusus Orangutan yang berada di BOS Samboja Lestari, paling banyak tak lagi dianggap normal. Naluri primatanya sudah hilang, tidak lagi tajam. Tidak heran saat saya melihat perilaku Orangutan seperti Bujang yang ada di pulau itu sangat berbeda dengan kehidupan asli Orangutan sesungguhnya.

Bujang merupakan Orangutan blasteran antara Sumatera dan Kalimantan. Gerak‑geraiknya lebih banyak menjelejah daratan, jarang sekali berada di atas pohon dan tampak malas berjalan bergelantungan kesana kemari.

Saya melihat si Bujang ini lebih sering duduk bersantai di daratan yang beralaskan rumput liar, persis pinggir sungai. Gaya duduk si Bujang diam mematung, dengan kepala yang selalu tertunduk ke bawah nampak seperti terkantuk.

Menurut Halisa, si Bujang ini Orangutan yang sudah hilang kebinatangnya. Ini diakibatkan pernah tertangkap manusia dan dijadikan objek hiburan sirkus di Sumatera beberapa tahun silam. "Kami temukan di sebuah sirkus. Kami langsung ambil untuk diselamatkan, lalu kami bawa ke tempat rehabilitasi ini," tuturnya.


Cara berjalannya saja sudah berbeda, si Bujang lebih seperti manusia. Berjalan hanya menggunakan kaki dan kedua lengannya yang panjang diangkat. Serupa dalam pertunjukan sirkus, jalan si Orangutan Bujang disamakan dengan manusia.

Padahal alamianya, kata Halisa, jalannya Orangutan itu menggunakan kaki dan tangannya dengan membentuk tubuh membungkuk, tidak tegap seperti manusia. Karena itu, BOS Foundation akan berusaha memberi pendidikan kepadanya, supaya bisa kembali lagi seperti Orangutan pada umumnya. 

Buat yang ingin mencoba tidak ada salahnya mendatangi tempat ini. Kita bisa belajar banyak dan melihat dinamika kehidupan para primata Orangutan secara langsung. Apalagi belakangan ini populasi Orangutan mulai terancam punah.

Setidaknya dengan menyaksikan Orangutan ditempat rehabilitasi ini bisa menyadarkan kita semua, bahwa Orangutan sama halnya dengan kita. Berhak untuk hidup dan mendapat tempat yang layak. 

Mari kita jaga untuk turut melestarikan Orangutan, hentikan perusakan hutan sebab Orangutan merupakan makhluk yang ingin menempati bumi ini secara damai tentram sentosa.[1] (jongfajar kelana)


[1] Koran Tribunkaltim, “Kawasan Rehabilitasi Orangutan Samboja; Melihat Orangutan Secara Nyata,” terbit pada Minggu 4 Juni 2017 di halaman 20 rubrik style Kaltim Pride.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I