IMPOTENSI EKONOMI BALIKPAPAN
Impotensi
Ekonomi Balikpapan
Kondisi
keuangan daerah Balikpapan mengalami penurunan diakibatkan melemahnya kekuatan
ekonomi. Dampak lemahnya ekonomi membuat anggaran Balikpapan tak bisa seperti
dahulu kala yang mencapai kejayaan.
Menurunnya
produktivitas dan jatuhnya harga minyak jadi satu di antara faktor pendorong
Balikpapan mengalami pelemahan keuangan daerah, anggaran tiada lagi tajir seperti zaman dahulu kala sampai tumpah meluber.
Selama
ini Balikpapan sangat mengandalkan ekonomi sektor pertambangan energi, tak
heran banyak orang menggembar‑gemborkan Balikpapan sebagai kota minyak.
Saat
sektor energi ini jatuh tersungkur, imbasnya begitu dirasakan. Sampai akhirnya Walikotanya
menebarkan kesan rasa putus asa bahwa Kota Balikpapan dinyatakan jatuh ambruk, bangkrut.[1]
Kegiatan
masyarakat Balikpapan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak mesti
ditanggung sendiri, dilakukan secara swadaya dari uang masyarakat sebab isi
kantong pemerintah kota sedang kosong melompong, anggaran daerah gundah gulana
diterpa kesusahan keuangan.
Sebaiknya
warga ataupun pemerintah kota tiada luntur, untuk selalu bersemangat mendiami
wilayah Balikpapan tak perlu mengambil langkah bermigrasi ke provinsi lain.
Sementara
kaum birokratnya imbangi dengan gaya hidup sederhana, tidak perlu pergi keluar
kota dengan alasan tunaikan tugas negara. Ujung-ujungnya hanya berwisata,
menikmati diri menggunakan 'uang rakyat.'
Krisis
keuangan bisa dijadikan cambuk semangat bagi Balikpapan untuk bangkit dari
ambruknya ekonomi. Impotensi ekonomi jangan dijadikan alasan untuk berhenti
berfikir. Banyak potensi‑potensi ekonomi yang terpendam dalam pangkuan
Balikpapan.
Lantaran
krisis, pastinya dibalik kesusahan ada kemudahan. Pemerintah kota bisa menggali
potensi yang mampu memberikan harapan yang lebih cerah.
Seperti
diantaranya ada beberapa potensi parkir yang belum tergarap secara maksimal. Di
beberapa tempat masih terlihat parkir liar merebak di beberapa tempat area
publik yang sebenarnya bisa menjadi lumbung pendapatan asli daerah.[2]
Tak
hanya itu saja, sektor wisata tak terbantahkan bisa menjadi titik sentral
tulang punggung kebangkitan ekonomi Balikpapan.
Penciptaan
lokasi wisata baru yang belum digarap sebaiknya segera dikemas menjadi elemen
penting sumber pendapatan asli daerah.
Kita
harus berkaca pada kota Bandung, Yogyakarta, dan Bali yang mengandalkan sektor
wisata sebagai pijakan ekonomi daerah.
Kemudian
yang berkembang saat ini fenomena online pun bisa menjadi sasaran mengumpulkan
amunisi pendapatan ekonomi Balikpapan. Ini yang tidak dilihat pemerintah
daerah.
Padahal
sekarang ini ada beberapa jenis usaha yang merambah ke dunia maya. Fenomena ini
dapat diberdayakan pemerintah jadi sumber pendapatan.
Tatkala
pemerintah kota mampu melakukan inovasi pencarian sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah)
maka ke depan Balikpapan tak lagi mengalami paceklik perekonomian.
Semangat
mencari sumber pendapatan baru perlu diimbangi dengan transparansi dan
akuntabilitas.
Jika
tidak dilakukan sesuai dengan aturan dan kepatutan maka yang terjadi merebaknya
korupsi dan kolusi yang akan tetap membuat Balikpapan masuk dalam jurang
kemelaratan.
Berikutnya
ketersediaan anggaran yang selama ini ada mesti dipakai secara prioritas bukan
lagi untuk hal‑hal konsumtif yang nihil produktif.
Anggaran
yang tersedia mesti disebar pada sesuatu hal yang bisa menjadi modal bagi
terdongkraknya kemajuan Balikpapan.
Prioritas
yang dimaksud seperti diantaranya membangun infrastruktur, memantapkan
kesehatan masyarakat, menguatkan dunia usaha dan pariwisata, memajukan pendidikan.
Selain
itu gunakan anggaran demi tujuan memparipurnakan penanggulangan kemiskinan dan
mewujudkan ketahanan pangan dan energi.
Ini
diperlukan komitmen dan dukungan bersama semua warga Balikpapan, tak melulu
harus pemerintah kota saja. ( )
[1] Balikpapan Bangkrut, Cuma Punya Rp 260 Miliar
tapi Usulan Musrenbang sampai Rp 7 Triliun! http://kaltim.tribunnews.com/2017/03/23/bangkrut-cuma-punya-dana-rp-260-miliar-tapi-usulan-musrenbang-sampai-rp-7-triliun
[2] Parkir Tanpa Karcis Resmi Dianggap Pungli http://kaltim.tribunnews.com/2017/02/16/parkir-tanpa-karcis-resmi-dianggap-pungli
Komentar
Posting Komentar