CABE NAIK SELANGIT

Pedagang Berdoa Lekas Turun Harga


Komoditi cabai di Pasar Pandansari Kota Balikpapan masih berada dipuncak teratas berbandrol harga ratusan ribu per kilogramnya. Harga yang tinggi ini nangkring sejak awal tahun Ayam Api.

Saat itu saya pada Kamis 2 Maret 2017 sore sekitar pukul 18.00 Wita sambangi pasar tradisional terlengkap di kota minyak, Provinsi Kalimantan Timur.

Matahari beranjak terbenam, awan mulai gelap, beberapa pedagang masih ada yang membuka lapak jualannya di depan jalan Pasar Pandansari.

Satu di antaranya, Supendi, membuka lapak gerobak jualan tomat dan cabai. Ketika bersua dengan saya, mengungkapkan, harga yang masih mahal belum turun drastis ialah cabai. "Sekarang masih mahal. Sekilo kena harga Rp 120 ribu," ujarnya.

Namun harga ini dianggapnya lebih murah karena telah turun harga. Sebab sekitar akhir bulan Februari lalu, harga cabai per kilogramnya bertengger di harga Rp 150 ribu per kilogramnya. 

"Kadang‑kadang naik. Kadang turun. Tapi memang masih dikisaran harga ratusan ribu," tutur Supendi. 

Jongfajar Kelana

Sebenarnya, ungkap dia, harga cabai yang terlalu tinggi membuat dirinya pusing menjual cabai secara cepat.

Cabai yang dijualnya selalu sisakan banyak pasokan meskipun secara perlahan habis terjual. Kondisi harga yang mahal, membuat beberapa pembeli mengkonsumsi ala kadarnya, tidak sebanyak saat harga masih puluhan ribu.

"Saya juga pedagang yang lain berdoa, harga cabai harus bisa turun terus. Jangan tinggi‑tinggi, pembelinya sedikit, tidak ada yang berani beli banyak," kata Supendi, pria berkulit gelap ini.

Sekarang ini, tambah dia, pembeli cabai jumlahnya kecil, saat bertanya harga dan tahu harganya masih tinggi, banyak yang akhirnya mundur.

Bila memang ada yang benar‑benar niat membeli cabai, pun belanjanya juga sedikit. "Paling belinya rata‑rata hanya seperempat saja, paling sedikit seperdelapan," ungkap Supendi.

Pasokan cabai yang dijualnya didatangkan dari Pulau Jawa. Cabai yang diperdagangkan adalah campuran cabai hijau, putih dan merah.

"Dari sananya mahal. Saya hanya jual saja. Pasarannya masih di atas ratusan ribu," ujarnya yang saat itu mengenakan topi hitam.

KPPU Duga Ada Mafia Cabai[1]
Belakangan ini harga komditi cabai di tingkat pengecer beberapa pasar di Kota Balikpapan harganya masih tinggi selangit meski kondisi cabainya adalah oplosan atau campuran antara cabai rawit putih, hijau dan merah.

Dari minggu ke minggu berdasarkan pantauan Tribun masih berada di kisaran Rp 90 ribu hingga mencapai ratusan ribu per kilogramnya.

Melihat kondisi ini, saat Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dimintai tanggapan, mengungkapkan prihatin.

Melalui Komisioner KPPU Republik Indonesia, Prof Dr Tresna Soemardi, menjelaskan, lembaganya yang berisi tim ahli sedang melakukan pencarian bukti bagaimana rantai tata niaga dari petani cabai.

"Kita sedang melihat gerakannya dimulai dari petani sampai pengepul seperti apa. Saya juga tahu sampai sekarang harga cabai masih mahal," ungkapnya ditemui di Gedung Keuangan Kota Balikpapan, Senin 27 Februari 2017.

Menurut dia, pengepul komoditi cabai bisa saja memainkan harga seperti yang terjadi di daerah Kota Malang Jawa Timur.

"Pengepul bisa menggoreng harga sampai Rp 90 ribu. Bagaimana kalau cabai sampai di Jakarta pastinya akn lebih tinggi lagi," tutur Soemardi.

Karena itu, sekarang KPPU sedang berusaha untuk membuktikan rantai tata niaga dari petani, pengepul, sampai ke pedagang besar lalu pengecer.

KPPU mencari fakta untuk pembuktian apakah ada pelanggaran melakukan persaingan usaha tidak sehat.

"Mencari siapa ini pemainnya. Ada individu‑individu yang bermain. Yang kita hadapi bukan perusahaan yang memiliki SIUP. Ini ada mafia‑mafia cabainya," ungkapnya.

Hal yang menjadi kendala bagi lembaga KPPU mengenai pola kerja yang dianggap kurang maksimal.

Kelembagaan KPPU tidak seperti lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bisa menangkap atau memanggil pelaku tindak kejahatan.

"Kami tidak bisa memanggil paksa seperti KPK, atau tangkap tangan lalu dijadikan tersangka. Kami harus lakukan investigasi lalu mengkaji, usahanya baik atau salah," ujar Soemardi, pria berkacamata ini. ( )



[1] Koran Tribunkaltim, “KPPU Tuding Ada Mafia,” terbit pada Rabu 1 Maret 2017 di halaman 7 rubrik Tribun Balikpapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I