PONPES SYAIKH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI BALIKPAPAN
Santri Lulus
Diharapkan
Bisa Hidup Mandiri
Kelahiran Pondok Pesantren
(Ponpes) Syaikh Muhammad Arsyad Al‑Banjari di kota minyak Balikpapan tiada
tujuan yang bernilai. Ponpes yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta Kilometer
19, Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara ini memberikan alternatif
pendidikan berbeda dengan yang lainnya . Ponpes ini terapkan pendidikan
keislaman salafiyah diniyah.
SIANG itu, Tribun
mengunjungi ponpes ini, Minggu 26 Juni 2016. Gapura biru putih yang berdiri
kokoh di pinggir jalan besar Soekarno-Hatta menjadi penanda masuk ke area
ponpes ini. Dari titik inilah, tugu minaret Masjid Jamiusshalihin ponpes terlihat
kokoh.
Saat masuk ke dalam area
ponpes, jalan yang menurun curam mengarahkan Tribun ke pusat bangunan
pengurus ponpes. Tidak berselang lama, Muhammad Ahyat menyambutnya. Dia ini
adalah Humas Ponpes Syaikh Muhamamd Arsyad Al‑Banjari.
Kepada Tribun, Ahyat
menuturkan, berdirinya ponpes di Kota Balikpapan dilatarbelakangi dari
keperihatinan dari sang pendiri ponpes, KH. Prof. Dr. Ahmad Syarwani Zuhri atas
fenomena sosial yang semakin banyak meninggalkan nilai-nilai Islam.
Kata dia, jika dibiarkan tanpa
ada payung keagamaan Islam, masyarakat akan lepas kontrol, sikap gaya hidup
akan cenderung kepada nafsu dunia yang melenceng. "Rasa tanggungjawab
pendiri untuk mendidik generasi muda mendapat balutan ilmu Islam yang kaffah,
atau menyeluruh," ujar Ahyat, yang lahir di Banjarmasin 1 Januari 1981
ini.
Mendirikan ponpes, bukan
dilakukan oleh orang sembarang. Sebab sang pendiri sudah mengembara menimba
ilmu keislaman di Madrasah Sulam `Ulum Desa Su‑ngai Gampa, Pondok Pesantren
Darussalam Martapura Kalimantan Selatan dan Pondok Pesantren Datuk Kelampian
Jawa Timur.
Selain di dalam negeri, KH.
Prof. Dr. Ahmad Syarwani Zuhri juga mencari ilmu sampai ke Mekkah, Madinah,
Irak, Mesir, Maroko, Yaman dan Sudan selama puluhan tahun. Jadi tidak lagi
diragukan keilmuannya.
Pulang ke Indonesia lagi,
lalu di tahun 1987 melahirkan ide mambangun ponpes di atas lahan seluas 30
hektar. Sekitar tahun 1990 mulai didirikan fisik bangunan ponpes yang kemudian
tepat 13 Maret 1993, diresmikan oleh Pangdam VI Tanjungpura, Mayjend Z.A
Maulani.
Ahyat menjelaskan, alasan
menggunakan nama ponpes dengan sebutan Syaikh Muhammad Arsyad Al‑Banjari
atau Anumerta Datu Kelampaian karena sosok ini dianggap oleh sang pendiri
sebagai ulama panutan yang dikenal sebagai ahli fiqih mazhab Syafi'i yang
berasal dari kota Martapura di Tanah Banjar, Kalimantan Selatan.
"Dijadikan teladan bagi generasi Islam sekarang dan di masa
mendatang," ungkapnya.
Menurut Ahyat, masyarakat
menerima ponpes, terbukti yang awalnya hanya untuk putra, perkembangan berikutnya
di tahun 2004 juga terbuka bagi santri putri. Kini, tahun 2016, jumlah santri
sudah mencapai 470 santri putra dan 146 santri wanita.
Kurikulum yang diajarkan
memakai konsep Manhaj Ahli Sunnah Waljama'ah yang merujuk pada Al Quran dan
Hadis serta kitab-kitab mutabarah dengan sistem pengajaran ruang kelas dan
halaqah atau pengajian bersama-sama dengan membentuk lingkaran.
"Ponpes kami mandiri.
Kami punya amal usaha ternak, kebun, juga warung. Kami ajarkan santri untuk
bisa mandiri, mampu berinovasi menghadapi tantangan zaman. Santri yang lulus di
ponpes ini harus bisa apa saja. Setelah lulus bisa mandiri," ujar Ahyat,
yang hobi olah-raga Bulu Tangkis ini.[1]
( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Ponpes Syaikh
Muhammad Arsyad Al Banjari Kilometer 19,5 Balikpapan; Santri Lulus Diharapkan
Bisa Hidup Mandiri,” terbit pada Rabu 29 Juni 2016 di halaman depan bersambung
ke halaman 11.
Komentar
Posting Komentar