PESAWAT MAF KALIMANTAN UTARA
Selama Masih Terisolir akan Tetap Hadir
Selama akses daerah terpencil dan
terluar di Provinsi Kalimantan Utara masih sulit dijangkau, keberadaan maskapai
penerbangan Mission Aviation Fellowship (MAF) akan tetap mengudara, menjadi
sarana transportasi yang diandalkan.
Demikian diungkapkan, Tom
Chrislay, Manager MAF Tarakan ketika ditemui Tribun belum lama ini, pada Senin 14 Maret 2016 siang. “Kami hadir ke tengah masyarakat untuk membuka keterisolasian,” ujar
pria kelahiran Surabaya ini.
Menurut dia, penyediaan
transportasi udara MAF di Kalimantan Utara bukan bersifat komersil, apalagi
ingin menyaingi perusahaan penerbangan yang orientasinya mencari keuntungan
materi.
“Kalau masih ada daerah yang
sulit dijangkau, kami masih tetap hadir melayani masyarakat. Kalau nanti sudah
tidak ada lagi yang terisolir kami tidak akan ada lagi di Kaltara,” ungkap Tom.
Keberadaan maskapai penerbangan
MAF sangat diperlukan. Perannya sejauh ini bisa menembus daerah pedalaman
seperti perdesaan yang ada di Kabupaten Malinau.
“Waktu sungai lagi surut di
daerah Long Alango dan Long Pujungan, perahu tidak bisa lewat. Kami ambil peran
untuk melakukan pengiriman sembako lewat jalur udara,” katanya.
Termasuk tambahnya, pesawat ini
juga diandalkan untuk pelayanan transportasi medis, mengantarkan pasien
perdesaan pedalaman yang ingin di rawat di Kota Tarakan.
“Pesawat kami sempat dilarang
terbang. Akhirnya banyak orang yang susah. Sampai ada yang meninggal karena
susah akses ke luar ke rumah sakit perkotaan. Tapi sekarang kami sudah
diizinkan lagi terbang, bisa melayani lagi,” ungkap Tom.
Selain itu, pesawat MAF juga
sering melayani penerbangan jurusan Kota Tarakan-Malinau dengan harga yang
terjangkau atau subsidi. Biaya operasional penerbangan MAF diambil dari para
donatur dari seluruh dunia, pemerintah daerah kabupaten, dan para penumpang
pengguna jasa penerbangan.
“Kami memberlakukan tarif ke warga
(penumpang) juga tidak terlalu tinggi. Harga yang kami berlakukan tidak sama
dengan penerbangan komersil. Harga yang kami tetapkan terjangaku, tidak
mengambil untung banyak,” ungkap Tom yang lahir pada 6 Agustus 1979 ini.
Berdasarkan data MAF Tarakan,
jumlah pilot yang tersedia ada delapan orang, empat mekanik, lima pesawat jenis
kodiak dan cesna, serta rata-rata penumpang yang memakai pesawat MAF sebanyak
16 orang per hari.
“Kami lakukan penerbangan setiap
hari. Tidak pernah ada liburnya. Kecuali kalau malam hari kami tidak lakukan
penerbangan demi keselamatan,” tegas Tom, yang saat itu mengenakan kemeja biru.[1] ( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “MAF Selalu Setia
Terbang ke Perdesaan,” terbit pada Jumat 25 Maret 2016 di halaman 23 rubrik
Tribunline.
Komentar
Posting Komentar