DESA BINAI | TANJUNG PALAS TIMUR | KALTARA

Miskin Sinyal Telekomunikasi


Perkotaan Tanjung Selor dikepung awan mendung, pada Selasa 1 Desember 2015 pagi. Hawa dingin menghembus, rintik hujan halus mulai terasa. Maklum, belakangan ini hujan tak pernah absen membasahi Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara

NAMUN hal ini tak jadi soal, sebab saya pergi menuju ke Desa Binai, Kecamatan Tanjung Palas Timur memakai kendaraan roda empat, berangkat di pukul 8.30 Wita, bersama rombongan Penjabat Bupati. Saya satu mobil dengan Supratman sebagai sopirnya, Rajab personel Humas Pemkab, dan Budiman kontributor TVRI Kaltim.

Selama perjalanan ke Desa Binai, kami ditemani hujan, jalanan basah dan sering berjumpa dengan kubangan air. Nyaris, jarak pandang terbatas, mata sopir mesti awas supaya tidak terjadi tabrakan dengan kendaraan yang di depan.

Perjalanan yang asyik, baru kali ini merasakan suasana ke Desa Binai dengan kondisi hujan deras. Laju kendaraan dikendalikan dengan kecepatan sedang, hujan deras dengan kondisi jalan yang berbelok dan naik turun, mewajibkan menjaga kewaspadaan. Waktu yang dinantikan, kami pun tiba di Desa Binai pukul 9.50 Wita.

Bangunan rumah adat yang terbuat dari bahan kayu milik Desa Binai, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara Selasa 1 Desember 2015 pagi. (Photo by Budi Susilo)

Setiba di lokasi Desa Binai, sungguh malang mereka yang memegang telepon seluler. Soalnya, di desa ini miskin sinyal. Memiliki handphone secanggih apapun dengan merek ternama dari luar negeri, belum tentu fungsinya bisa dimanfaatkan sebagai sarana telekomunikasi dan informasi. Semua orang mengeluh susah sinyal.

Saya pun sempat berbincang, dengan Veramisepti, 21 tahun, wanita Desa Binai, yang mengaku sejak satu tahun lalu sudah memiliki dawai android, namun fungsinya lebih banyak digunakan untuk sekedar merekam video dan foto saja. “Desa saya sulit sinyal. Kalau ada sinyal paling hanya satu gelombang saja. Tapi cari sinyal harus ditempat tertentu saja,” katanya. 


Pengakuan yang sama, temannya Vera, Vilmia. Perangkat telepon seluler miliknya tidak banyak berfungsi sebagai alat telekomunikasi. Makanya tidak heran, dirinya tidak memiliki media sosial facebook ataupun twitter.

“Tidak pernah telepon dengan suara jerinh, apalagi main internet. Saya kalau mau cari sinyal pergi ke jendela rumah dahulu, barulah dapat sinyal sedikit. Untuk SMS atau telepon yang kadang suaranya terputus-putus,” ungkapnya.

Itulah kondisi terkini Desa Binai, di tahun 2015, yang telah mencapai umur 10 tahun. Sebenarnya jarak desa tidak terlalu jauh dengan ibukota provinsi Kalimantan Utara, akan tetapi desa ini serasa di daerah pelosok nun jauh disana, sinyal telekomunikasi mati tak tersambung. Mungkin saja di masa mendatang, desa ini akan merasakan banjir sinyal telekomunkasi agar akses informasi mudah diperoleh. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN