PERTAMINA KALIMANTAN UTARA

Bensin Habis Pasokan Belum Datang


Selama ini, penyalur bahan bakar minyak (BBM) premium dan solar subdisi mengalami kendala distribusi. Penyalur BBM sering sekali terlambat datang di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan.


KABAG Migas Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bulungan, Zaimah Satui, mengungkapkan, keterlambatan pengiriman BBM membuat pasokan bahan bakar di perkotaan Tanjung Selor dan sekitarnya menjadi terbatas.

“Barang sudah habis. Tapi pasokan baru belum tiba-tiba. Makanya sering di SPBU Tanjung Selor mengalami kekosongan pasokan,” ujarnya pada Minggu 8 November 2015, melalui sambungan telepon.

Belum lama ini dia mendapat laporan dari penyalur BBM. Bahwa, pengiriman terlambat disebabkan pada kendala di jalur distribusi. “Barangnya berasal dari Kalimantan Timur. Selama ini mereka mengirim lewat jalur air, melewati lautan dan sungai,” ungkapnya.

Kondisi itu membuat penyalur BBM membutuhkan waktu yang lama. Pengiriman melalui medan sungai dianggap banyak rintangan, satu di antaranya lambatnya laju kapal dan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.

“Kalau cuaca sedang tidak bersahabat. Air laut berombak, air sungai meluap, atau sedang dangkal, terpaksa pengiriman ditunda sementara,” kata Zaimah, perempuan berkerudung ini.

Menurutnya, kebutuhan BBM masyarakat di Kabupaten Bulungan terbilang cukup besar. Pertamina perlu memikirkan langkah-langkah terbosan baru dengan melakukan perubahan cara pengiriman agar tidak ada lagi keterlambatan.

“Misalnya saja diubah pakai jalur darat, melalui jalan Berau, langsung ditembuskan ke Tanjung Selor. Saya yakin kalau lewat jalur darat, pengirimannya akan bisa lebih tepat waktu,” ujar Zaimah.

Mengacu pada data Pertamina region VI, realisasi BBM di Kabupaten Bulungan dari Januari sampai September 2015, telah mencapai 12,785 kiloliter. Bila dibandingkan, Kabupaten Bulungan merupakan daerah kedua terbesar penerima realisasi BBM, setelah Kota Tarakan yang mencapai 29,251. Posisi ketiga ada pada Kabupaten Nunukan sebanyak 10,794 kiloliter.

Proses pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang hampir rampung, pada Jumat 6 November 2015 siang. SPBU ini berlokasi di Jalan Sengkawit Raya, Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Pembangunanya sudah mencapai 80 persen, ditargetkan awal tahun 2016 sudah bisa beroperasi. (Photo by Budi Susilo)

Menanggapi hal itu, Benny Hutagaol, Sales Eksekutif Retail III Pertamina Kalimantan Utara, membenarkan bila selama ini pengiriman masih mengandalkan lewat jalur air sebab dianggap lebih efisen ketimbang melalui jalur darat. “Kami masih berpikir hitung-hitungan bisnis. Kami tidak mau memaksakan pengiriman yang sangat cepat. Soalnya di Tanjung Selor masih baru satu SPBU saja,” katanya.

Perhitungannya, jelas dia, bila melalui jalur air, Pertamina hanya keluar uang Rp 70 per liter untuk angkutan sebesar 150 kiloliter. Sedangkan cara jalur darat, Pertamina mesti keluar Rp 600 per liter untuk daya angkut sebanyak 10 ton. “Bila kita hitung perkiraannya, sudah jelas lewat jalur darat lebih besar ongkos pengirimannya,” ujar Benny.

Namun tambahnya, tidak tertutup kemungkinan, pola pengiriman melalui jalur darat akan dipilih apabila sudah ada dua tambahan SPBU baru di Tanjung Selor. Sekarang ini, sedang masuk proses pembangunan. SPBU di Jalan Sengkawit dan SPBU yang dekat dengan daerah terminal Jelarai. “Mungkin di tahun 2016, sudah bisa dipakai. Kami nanti akan mencoba pengiriman BBM lewat jalur darat,” tutur Benny.[1]

SPBU Dibersihkan dari Pengetap
KEBERADAAN pengetap bensin subsidi di SPBU Tanjung Selor, menjadi faktor pendorong langkanya ketersediaan pasokan bahan bakar murah bersubsidi di Kabupaten Bulungan.

Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Utara, Sugiono, menjelaskan, pengetap yang beredar di sebuah SPBU Tanjung Selor Jl Katamso sudah tidak terhitung jumlahnya. “Perkiraaan saya mencapai 74 persen,” ujarnya.

Coba lihat saja sendiri, tambah dia. Di seluruh perkotaan Tanjung Selor, apalagi di daerah dekat dengan SPBU Jl Katamso, beredar pedagang-pedagang bensin eceran. “Tidak sampai tiga kilometer kita bisa temukan pedagang bensin eceran harga yang serupa dengan non subsidi, ” ungkapnya.

Dia menilai, keberadaan pengetap-pengetap membuat ruang sempit masyarakat memperoleh bahan bakar bersubsidi. Karena itu, diperlukan ketegasan dari pihak Pertamina dan aparat penegak hukum. “Polisi Polres Bulungan sudah mulai turun di SPBU, menindak para pengetap. Saya mengapresiasi sekali,” kata Sugiono, memuji polisi.

Pengetap adalah orang-orang yang beraktivitas membeli BBM subsidi dalam jumlah yang tidak terbatas. Modus para pengetap membeli bensin di SPBU dengan menggunakan sepeda motor atau mobil secara berulang-ulang. Biasanya, ada tanki bensin sepeda motor dirancang memuat banyak, muatan tankinya berbeda dari motor-motor biasanya.

Bila mengacu pada pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, di pasal 23 diatur larangan melakukan kegiatan usaha penjualan minyak tanpa izin usaha. Dan pasal 28 dilarang melakukan penyimpanan atau penimbunan. Bagi yang melanggar dikenai pidana penjara selama tiga tahun dan denda Rp 30 miliar.

Pemerintah Provinsi Kaltara bertindak lugas dengan menggelar rapat koordinasi pengawasan dan pengendalian BBM di Kaltara dengan melibatkan kepolisian, Tentara Nasional Indonesia, Satuan Polisi Pamong Praja, dan Polisi Militer untuk menangkal para pengetap yang sudah menjamur di beberapa tempat. “SPBU akan dijaga, diawasi. Orang-orang yang terbukti jadi pengetap akan kami tindak tegas,” gertak Sugiono.[2] ( )



[1] Koran Tribunkaltim, “BBM Habis Pasokan Belum Datang,” terbit pada Senin 9 November 2015, di halaman 13 rubrik Tribunetam.  
[2] Koran Tribunkaltim, “Bersihkan SPBU dari Pengetap,” terbit pada Senin 9 November 2015, di halaman 23, rubrik Tribunline.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I