MANGKUPADI BEACH | NORTH KALIMANTAN
Pantainya Tanjung Palas Timur
Lagi bingung mau wisata alam kemana ?
Ingin menikmati pantai sambil
memancing ikan ?
Atau mau pantai yang ada pasir dan
pohon cemaranya ?
JAWABAN itu
semua ada di Pantai Mangkupadi, yang lokasinya berada di Desa Mangkupadi,
Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.
Pantainya masih bersih, alami, dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.
Menuju ke
tempat Pantai Mangkupadi bisa ditembus melalui jalur air atau melewati jalan
darat. Bila dari perkotaan Tanjung Selor, waktu tempuhnya membutuhkan sekitar
dua jam melalui jalur darat yang berkelok-kelok, turun naik, dan beberapa jalan
yang masih belum dilapisi aspal.
Awalnya,
Pantai Mangkupadi bukanlah daerah wisata, sifatnya masih alami, pantainya tidak
berkoloni. Kepala Desa Mangkupadi, Hanafiah, menjelaskan, masuk awal tahun
2015, warga Desa Mangkupadi mulai mengelola, disulap menjadi wisata pantai yang
sangat cocok bagi kaula muda dan liburan keluarga.
“Pantainya kami tata. Kami rancang sederhana menjadi lokasi wisata. Kami bangun lapangan futsal pantai. Kami kasih kamar mandi, diberi bangku-bangku kayu warna biru, sampai kios-kios jajanan,” urainya.
Pantai
Mangkupadi tidak kalah dengan pantai di tempat lain. Kelebihannya, di pinggiran
bibir pantainya ditumbuhi banyak pohon subur yang rindang. Umumnya pohon kelapa
sebagai hiasan pantai, tetapi di Mangkupadi ini, paling banyak tumbuh
pohon-pohon cemara.
Selama ini,
akses angkutan umum dari Tanjung Selor atau dari Kota Tarakan ke Pantai
Mangkupadi belum tersedia. Jika memilih melalui jalur darat, ada baiknya
menyewa mobil atau sepeda motor saja, menggunakan jasa sewa yang tersedia
banyak di perkotaan Tanjung Selor. Sedangkan yang berasal dari Kota Tarakan,
juga bisa melewati laut dengan menyewa perahu speedboat. Namun semua ini,
risikonya akan menguras banyak isi kantong.
Bermula dari Mangkuk dan Padi
Menurut
Hanafiah, nama Pantai Mangkupadi diambil dari nama desa. Berhubung pantai ada
di lokasi Desa Mangkupadi maka diberi nama Pantai Mangkupadi. Sedangkan nama
Mangkupadi sendiri, bermula dari cerita yang pernah dijelaskan oleh orang-orang
terdahulu.
Asal muasal
nama Mangkupadi itu diambil dari kata “mangkuk” dan “padi”. Awal mula
mendirikan desa, warganya memiliki padi. Kemudian padinya ditaruh di dalam
mangkuk. Berharap, perkampungannya selalu sejahterah sentosa. Tidak ada bencana
kelaparan, selalu dimudahkan rezekinya.
“Padahal di desa kami sekarang ini tidak ada sawah padi. Kami banyak menggarap tanaman kebun sahang (lada). Selebihnya menari ikan, sebagai nelayan,” ungkap Kokot, panggilan akrab Hanafiah.
Saban hari,
Pantai Mangkupadi dibuka, tidak pernah tertutup, sebab bila malam hari, pantai
masih bisa dikunjungi, sudah diberi fasilitas lampu penerangan. Di lokasi
pantai ada rumah penjaga, yang akan mengawasi lingkungan pantai.
“Sampai
sekarang masih kami gratiskan. Siapa saja yang masuk ke pantai tidak dikenakan
bayaran. Kecuali jika jajan makanan dan minuman tentu saja wajib membayar,”
ujarnya diakhiri dengan tawa ringan.
Maritimnya Mengental
Kehidupan
masyarakat Desa Mangkupadi yang asli adalah bahari. Sumber ekonominya sangat
bergantung pada hasil laut. Masyarakatnya bergaya pesisir, kehidupannya tidak
akan bisa terlepas dari pekerjaan nelayan.
Satu di
antaranya, Muchtar Nanang, 66 tahun, lahir di Desa Mangkupadi tetapi nenek
kakek buyutnya memiliki darah keturunan suku Bajau. Muchtar sudah merasa betah
hidup di Desa Mangkupadi.
“Disini
masyarakatnya sudah ragam. Selain orang-orang Bajau, ada juga orang pendatang
dari Bugis, dan Berau. Kami hidup rukun, sudah bersatu menjadi orang
Mangkupadi,” ujarnya yang dinobatkan sebagai Kepala Adat Mangkupadi.
Saking
mengentalnya pada maritim, warga Desa Mangkupadi memiliki seni tarian yang
bernuansa kelautan. Nama tarinya ialah Daling-daling, seni asli dari
orang-orang Bajau yang menggambarkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah
melimpahkan banyak rezeki di lautan.
Sekarang ini,
tarian Daling-daling ini sebagai ikon Desa Mangkaupadi dan dijadikan jenis
tarian penyambutan bagi para tamu-tamu yang baru hadir di Desa Mangkupadi.
Seperti halnya, saat Festival Pantai Mangkupadi digelar, tarian ini disuguhkan
kepada para pengunjung pantai.[1] ( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Pantai
Mangkupadi: Menikmati Pohon Cemara di Pinggir Pantai” terbit pada Minggu 29
November 2015, di halaman 24, rubrik Jalan-jalan.
Komentar
Posting Komentar