GURU DAN MURID
Telat Sadar Pelajaran Sejarah
Masih ingat betul, waktu
saya duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri, atau yang
sekarang disebut Sekolah Menengah Pertama Negeri 153 Jakarta Selatan, saya ketahuan
mencontek ulangan pelajaran sejarah nusantara.
BUKU contekan
saya ditaruh di dalam laci meja belajar sekolah. Sial, saya tak berbakat
mencontek. Keasyikan mencontek, mata tak melirik ke arah guru. Akhirnya saya
ketangkap basah deh, sama guru sejarah saya, Pak Jamal. Ini pengalaman ketika
masih berada di kelas dua. Sungguh memalukan, nyesek.
Alasan
klasik, waktu itu pelajaran sejarah saya anggap ilmu yang tidak menarik. Guru
lebih banyak menekankan kepada murid-muridnya untuk menghafal sebuah peristiwa.
Padahal saya sendiri, waktu itu tidak terlalu peduli dengan peristiwa-peristiwa
yang sudah terlewati.
Zaman bergulir.
Beranjak dewasa, saat memasuki di bangku perkuliahan, saya bersikap berbeda.
Yang waktu itu pelajaran sejarah dianggap ilmu yang tak berguna, nyatanya saya
mulai tersadar, bahwa pelajaran sejarah itu begitu penting, layaknya batu
permata yang jatuh di tumpukan sampah.
Saya jadi
sering gandrung membaca buku-buku sejarah, apalagi tokoh-tokoh yang punya
riwayat pergerakan perbubahan sosial. Tak lupa juga, saat saya masih mahasiswa
sangat hobi sekali membaca media masa, yang notabene
memberi sajian informasi yang sudah terlewati.
Para pelajar sekolah di Tanjung Selor Provinsi Kalimantan Utara (Photo by Budi Susilo) |
Melalui
tulisan ini, saya kembali mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada
guru sejarah saya. Ternyata peran guru saya yang mengajarkan pelajaran sejarah,
merupakan tindakan yang penuh kaya manfaat, tetapi bodohnya, saya kurang
menyadarinya. Guru kaulah sang pencerah aku. Terima kasih banyak, atas semua
jasamu. Selamat hari jadi Guru. ( )
Komentar
Posting Komentar