GUNDALA YANG GUBERNUR KALTARA
Gundala yang Gubernur Kaltara
Orang-orang yang menetap
lama tinggal di negeri Eropa, Amerika atau Jepang, mungkin permintaan dalam hatinya
tidak lagi terkait soal seluk-beluk kehidupan Planet Bumi yang kita tempati.
MEREKA pastinya
membayangkan, “Kapan bisa pergi wisata ke Bulan, membawa pulang bongkahan batu Bulan tuk dijadikan perhiasan liontin akik.” Atau impian di tahun depan mesti
bisa menginjak daratan Planet Mars. “Pergi terbang bersama orang terkasih.”
Ajegile,
impiannya sudah melangkah jauh ke depan dari masyarakat negara kita umumnya,
terutama mereka yang menetap tinggal di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Provinsi
Kalimantan Utara.
Seperti
halnya gue, di Tanjung Selor sering setiap malam, atau waktu sebelum bangun
pagi, tak pernah absen membayangkan pada esok harinya, yang berharap banyak
agar bisa mendapat guyuran air sebanyak-banyaknya.
Intinya, saat
tak ada lagi rasa kantuk, kedua bola mata sudah bisa melotot, dan kemudian masuk
ke ruang kamar mandi, lalu puas mendapatkan limpahan air keran yang bersih,
jernih, segar, dan mengucur deras. “Ouh, nikmatnya.”
Soalnya
kenapa impian gue dangkal seperti itu, maklum saja, rumah kontrakan gue di
Jalan Rambai Padi Tanjung Selor sering sekali airnya ngadat. Kesel banget, sampai ngedumel
dalam batin sama bule’k, sang pemilik rumah.
“Bule’k, ini
Tanjung Selor loh, yang masih luas ruang terbuka hijaunya. Bukan di padang
pasir negeri arab kan. Kok, kerannya tak menetes air satu pun. Kenapa bisa
begitu, coba deh. Please.”
Mungkin telat
bayar uang kontrakan? Enggak juga deh, selama ini disiplin, bayar pada
waktunya. “Orang bijak, bayar kontrakkan. Orang ngelunjak, males bayar tunggakkan.”
Kan jadi gak
asyik, waktu sudah masuk ke dalam kamar mandi, malah yang mengucur deras air
seni gue, ketimbang air keran kamar mandi. Kalau sudah begini mau bagaimana
lagi, terpaksa gue mesti menghirup sendiri semerbak parfum produksi air seni
gue sendiri. Ah, jijay yak.
Air kering,
sudah persoalan klasik. Nasib serupa dengan gue, juga dialami warga di daerah
Tanjung Palas. Infrastruktur perusahaan air minum daerah sudah dibangun. Uang
rakyat puluhan juta lebih sudah digelontorkan tuk menghadirkan instalasi air,
tapi hasilnya gak berfungsi, alias impotensi.
Katanya sih,
pangkal permasalahan ada di energi listrik. Daya dukung sumber energi listrik
di Kabupaten Bulungan, termasuk kabupaten-kabupaten yang lain di Kalimantan
Utara, dinyatakan masih melempem.
Karena
ketiadaan pasokan listrik yang mapan, perusahaan plat merah penyedia air bak
peribahasa katak dalam tempurung. Pelayanannya
tak terjaring meluas, hanya mampu menjangkau ke beberapa rumah saja. Nyesek tuh, rumah mereka yang ada di
pelosok terpojok.
Melihat
situasi yang sedemikan mempirhatinkan, apa perlu kita mengusulkan sosok Gundala
Putra Petir untuk maju dalam gelanggang pencalonan sebagai Gubernur Kalimantan
Utara (Kaltara) di kenduri demokrasi tahun 2015 ini.
Cocok
rasanya, Gundala menjadi Gubernur Kaltara. Keahilan dan kesaktiannya dalam
tenaga aliran listrik tak lagi diragukan. Bila Gundala yang Gubernur Kaltara,
tak perlu sampai menunggu puluhan tahun, semua daerah di Provinsi Kaltara pasti
akan teraliri listrik. Terus terang semakin terang.
Tapi sayang,
Gundala hanya ada di lembaran-lembaran kertas komik karya seorang anak bangsa
Indonesia, Hary Suraminata Hasmi, yang menciptakan tokoh Gundala Putra Petir
sebagai superhero yang punya kekuatan petir, yang bisa dijadikan energi listrik.
Ouh Gundala, seandainya ada di dunia nyata, pasti kami tak akan lagi gundah
gulana dalam soal pelistrikan. ( )
Komentar
Posting Komentar