GUNDALA YANG GUBERNUR KALTARA

Gundala yang Gubernur Kaltara


Orang-orang yang menetap lama tinggal di negeri Eropa, Amerika atau Jepang, mungkin permintaan dalam hatinya tidak lagi terkait soal seluk-beluk kehidupan Planet Bumi yang kita tempati.

MEREKA pastinya membayangkan, “Kapan bisa pergi wisata ke Bulan, membawa pulang bongkahan batu Bulan tuk dijadikan perhiasan liontin akik.” Atau impian di tahun depan mesti bisa menginjak daratan Planet Mars. “Pergi terbang bersama orang terkasih.”

Ajegile, impiannya sudah melangkah jauh ke depan dari masyarakat negara kita umumnya, terutama mereka yang menetap tinggal di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.

Seperti halnya gue, di Tanjung Selor sering setiap malam, atau waktu sebelum bangun pagi, tak pernah absen membayangkan pada esok harinya, yang berharap banyak agar bisa mendapat guyuran air sebanyak-banyaknya.

Intinya, saat tak ada lagi rasa kantuk, kedua bola mata sudah bisa melotot, dan kemudian masuk ke ruang kamar mandi, lalu puas mendapatkan limpahan air keran yang bersih, jernih, segar, dan mengucur deras. “Ouh, nikmatnya.”

Sedang berada di perahu speedboad kawasan perairan Sungai Kayan daerah Desa Teras Baru Kecamatan Tanjung Palas. Laju perahu akan menuju ke arah Desa Salimbatu Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Tanpa henti perahu terus melaju, butuh waktu sepuluh menit lagi tiba di Desa Salimbatu.

Soalnya kenapa impian gue dangkal seperti itu, maklum saja, rumah kontrakan gue di Jalan Rambai Padi Tanjung Selor sering sekali airnya ngadat. Kesel banget, sampai ngedumel dalam batin sama bule’k, sang pemilik rumah.

“Bule’k, ini Tanjung Selor loh, yang masih luas ruang terbuka hijaunya. Bukan di padang pasir negeri arab kan. Kok, kerannya tak menetes air satu pun. Kenapa bisa begitu, coba deh. Please.”

Mungkin telat bayar uang kontrakan? Enggak juga deh, selama ini disiplin, bayar pada waktunya. “Orang bijak, bayar kontrakkan. Orang ngelunjak, males bayar tunggakkan.”   

Kan jadi gak asyik, waktu sudah masuk ke dalam kamar mandi, malah yang mengucur deras air seni gue, ketimbang air keran kamar mandi. Kalau sudah begini mau bagaimana lagi, terpaksa gue mesti menghirup sendiri semerbak parfum produksi air seni gue sendiri. Ah, jijay yak.

Air kering, sudah persoalan klasik. Nasib serupa dengan gue, juga dialami warga di daerah Tanjung Palas. Infrastruktur perusahaan air minum daerah sudah dibangun. Uang rakyat puluhan juta lebih sudah digelontorkan tuk menghadirkan instalasi air, tapi hasilnya gak berfungsi, alias impotensi.

Katanya sih, pangkal permasalahan ada di energi listrik. Daya dukung sumber energi listrik di Kabupaten Bulungan, termasuk kabupaten-kabupaten yang lain di Kalimantan Utara, dinyatakan masih melempem.

Karena ketiadaan pasokan listrik yang mapan, perusahaan plat merah penyedia air bak peribahasa katak dalam tempurung. Pelayanannya tak terjaring meluas, hanya mampu menjangkau ke beberapa rumah saja. Nyesek tuh, rumah mereka yang ada di pelosok terpojok.

Melihat situasi yang sedemikan mempirhatinkan, apa perlu kita mengusulkan sosok Gundala Putra Petir untuk maju dalam gelanggang pencalonan sebagai Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) di kenduri demokrasi tahun 2015 ini.

Cocok rasanya, Gundala menjadi Gubernur Kaltara. Keahilan dan kesaktiannya dalam tenaga aliran listrik tak lagi diragukan. Bila Gundala yang Gubernur Kaltara, tak perlu sampai menunggu puluhan tahun, semua daerah di Provinsi Kaltara pasti akan teraliri listrik. Terus terang semakin terang.

Tapi sayang, Gundala hanya ada di lembaran-lembaran kertas komik karya seorang anak bangsa Indonesia, Hary Suraminata Hasmi, yang menciptakan tokoh Gundala Putra Petir sebagai superhero yang punya kekuatan petir, yang bisa dijadikan energi listrik. Ouh Gundala, seandainya ada di dunia nyata, pasti kami tak akan lagi gundah gulana dalam soal pelistrikan. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I