GAS MELON TANJUNG SELOR
Setabung Dua Puluh Lima Ribu Rupiah
Penggemar
tabung gas bentuk buah melon di Tanjung Selor terbilang banyak. Terutama mereka
para pedagang usaha kecil menengah mengkonsumsi gas ukuran 3 Kilogram (Kg)
sebagai produksi usahanya.
FAKTA ini
terbongkar oleh Zuhairah, seorang pedagang pengecer gas 3 Kg saat bersua
dengan Tribun di warungnya Jalan Rambai
Padi Kelurahan Tanjung Selor Hilir, Kecamatan Tanjung Selor, Rabu 4 November
sore.
“Paling
sering yang mencari gas para pedagang-pedagang kaki lima. Stok disini kadang
ada. Kadang tidak. Kasihan mereka jika gasnya lagi tidak ada,” kata perempuan
berambut lurus ini.
Pasokan gas
bersubsidi ini, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Sebab ungkap Zuhariah,
agen hanya membawa pasokan gas kepadanya paling banyak hanya 100 biji, atau
yang lebih sering 50 biji. “Agen datang ke (warung) saya hanya dua kali saja
dalam sebulan,” ungkapnya.
Itu pun,
tambahnya, dia menjual 50 biji dalam sebulan selalu habis, tidak pernah sisa,
bahkan belum sebulan persediaan gas sudah laris. “Tapi bulan belakangan ini
tidak sampai terjadi kelangkaan. Barang habis, akan datang lagi yang baru walau
agak lama,” kata Zuhairah.
Warga Perkotaan Tanjung Selor Kalimantan Utara (photo by Budi Susilo) |
Harga pasaran
ditetapkan Zuhariah ialah Rp 25 ribu per tabung. Alasannya, dia mendapat harga
dari agen sebesar Rp 20 ribu per tabung. “Lebih mahal lagi yang jual di
desa-desa di tanjung palas timur atau tanjung palas tengah bisa sampai ada yang
Rp 30 ribu per tabung,” ujarnya.
Berdasarkan
catatan Dinas Perdagangan Kabupaten Bulungan, pasokan gas berasal dari
Samarinda, total per bulan dikirim sebanyak 24 ribu oleh dua agen resmi yakni
PT Makhbul dan PT Mitra Brilian.
Belum lama
ini, sempat ada usulan dari para agen gas tabung ukuran 3 Kilogram (Kg), yang
menginginkan agar Harga Eceran Tertinggi (HET) dinaikan dari Rp 16.500 menjadi
Rp 23 ribu.
Penjabat
Bupati Bulungan, Syaiful Herman, mengatakan, usulan kenaikan HET sudah
dilakukan pertemuan antara agen-agen gas yang difasilitasi pemerintah daerah
Kabupaten Bulungan.
“Kami
mendengarkan semua apa yang mereka inginkan. Soalnya ini terkait dengan hajat
hidup orang banyak,” katanya kepada Tribun
usai melakukan Sosialisasi Pilkada Damai di Tanjung Palas, pada Rabu 4 November
2015.
Setelah ada
pemaparan dari para agen, Pemkab Bulungan melalui Asisten II kemudian
mengusulkan kembali ke pemerintah provinsi (Pemprov) untuk menindaklanjuti,
sebab yang memberikan secara resmi soal HET gas ada di provinsi.
“Kita semua
mau yang bagaimana baiknya, jangan sampai ada yang dirugikan. Pedagang dan
konsumen sama-sama diuntungkan,” ujar pria yang memiliki kakek asal Tidung ini.[1]
Agen Mau Untung
Ketika
dihubungi, Zulkirli Salim, Asisten II Sekertariat Bulungan, mengatakan, aspirasi
para agen sudah disampaikan ke Pemprov, nasibnya masih dalam proses. Namun,
kabar yang terbaru, Pemprov lagi menunggu usulan HET dari Kabupaten dan Kota
yang lain.
“Tidak bisa
Bulungan sendiri mesti ada usulan juga dari daerah lain. Kalau sudah ada banyak
yang mengusulkan mungkin baru bisa diterima usulan kenaikan HET-nya,” tutur
Salim.
Ia
menjelaskan, berdasarkan ungkapan para agen saat di rapat pertemuan beberapa
bulan yang lali, mereka mengusulkan naik HET karena ingin mendapatkan
keuntungan.
“Mereka ini
pola pikirnya berdagang. Maklum agen ini adalah swasta, bukan pemerintah.
Subsidi yang mereka terima dari Pertamina dirasa tidak ada nilainya. Mereka
tidak bisa mengambil untung,” katanya.
Uang subsidi
yang diterima oleh agen dari Pertamina hanya sebesar Rp 11 ribu per tabungnya.
Padahal jalur distribusi yang dilakukannya ialah dari Samarinda ke Tanjung
Selor. “Agen mau untung karena butuh gaji karyawan, asuransi keselamatan
perjalanan, dan biaya perawatan kendaraan,” urai Salim.[2] ( )
Komentar
Posting Komentar