GAS MELON TANJUNG SELOR 2

Harga Dasarnya Masih yang Lama


Harga Eceran Tertinggi (HET) Gas Elpiji Subsidi ukuran 3 Kg di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara masih berlaku harga yang lama, Rp 16.500. Sebab usulan kenaikan harga dari para agen Elpiji sebesar Rp 23 ribu belum di sepekati oleh Pertamina. 

SAAT ditemui, Agus Nurdiansyah, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Bulungan, mengatakan, pada Jumat kemarin dilakukan rapat pertemuan membahas mengenai HET. Namun dalam pembahasan, Pertamina belum sepakat usulan kenaikan HET.

“Usulan kenaikan HET oleh para agen karena mereka ingin mendapatkan keuntungan. Rapat kemarin belum ada keputusan. Pertamina masih meminta waktu untuk diberi kesempatan berpikir,” ujarnya kepada Tribun di ruang kerjanya, Jl Kolonel Soetadji, pada Senin 16 November 2015.

Selama ini, jelas Agus, agen merasa tidak mendapat keuntungan dalam pengirimannya, dari Samarinda ke Tanjung Selor. Mereka hanya diberikan Pertamina biaya Rp 11 ribu per tabung.

“Maunya agen diberi ongkos pengiriman oleh Pertamina Rp 17 ribu per tabung, supaya mereka dapat untung, ada ongkos lelah dan biaya perawatan truk,” katanya.

Jongfajar Kelana
Sutaningsih, pemilik pangkalan gas 3Kg sedang menunjukkan tabung gas ukuran melon yang kosong di warungnya Jl Rambutan, Tanjung Selor Hilir, pada Senin 16 November 2015 siang. Sudah seminggu agen gas belum menaruh gas 3 Kg di warungnya. (Photo by Budi Susilo)

Sebaiknya, ungkap Agus, Pertamina mesti berpikir rasional kepada para agen gas, supaya pasokan gas subisidinya bisa dikirim secara rutin. Di lapangan, gas di Tanjung Selor selalu terbatas jumlahnya, tidak berimbang dengan para pengguna, akibatnya harga di pasaran tidak sesuai dengan HET.

Jalan yang terbaik, usul Agus, sebaiknya Pertamina membangun pusat penampungan di Tanjung Selor, tidak perlu lagi memakai jasa pihak ketiga, seperti halnya di Kota Tarakan.

Bagi Kabupaten Bulungan, keberadaan gas 3Kg sangat dibutuhkan, apalagi mereka yang terjun di bidang usaha kecil menangah. Belakangan ini, ungkap Agus, di Tanjung Selor mulai banyak bermunculan pelaku-pelaku usaha kecil menengah.

“Saya mengerti alasan pasokan gas sering berkurang karena agen malas-malasan mengirimnya karena dianggap biaya ongkosnya tidak menutupi keuntungan operasional,” tutur Agus.

Pengamatan di lokasi Jalan Rambutan Tanjung Selor Hilir, ada sebuah pangkalan gas 3Kg sudah seminggu habis pasokan. Sutaningsih, pemilik pangkalan gas Pertamina Ding Wan, mengatakan, setiap datang agen gas membawa tabung berisi, para pembeli langsung mendatangi.

“Tidak sampai sehari gas saya langsung habis. Saya menjual per tabung Rp 20 ribu saja. Di tempat lain ada yang menjual sampai Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu,” ujar perempuan asal Semarang Jawa Tengah ini.[1] ( )


[1] Koran Tribunkaltim, “Pasokan Kosong,” terbit pada Selasa 17 November 2015, di halaman 23, rubrik Tribunline.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I