DESA MANGKUPADI KRISIS LISTRIK

Tiap Hari Habiskan Lima Liter Bensin
 

Selalu rutin, rata-rata per harinya, sebagian masyarakat Desa Mangkupadi mesti menghabiskan lima liter bensin. Penggunaan bahan bakar fosil ini sebagai sumber energi pembangkit listrik genset.

KEPALA Desa Mangkupadi, Hanafiah, umur 56 tahun, menuturkan, sinyal telekomunikasi telepon seluler sudah bisa masuk di desanya, namun warga Desa Mangkupadi masih terkendala kebutuhan energi listrik.

“Buat kami listrik itu barang yang mahal. Kalau mau menikmati listrik mesti modal membeli bensin. Belinya di perkotaan Tanjung Selor yang berjarak dua jam. Per harinya pasti kami habis lima liter bensin untuk listrik saja,” ungkapnya kepada Tribun, pada Sabtu, 14 November 2015 siang di Pantai Mangkupadi.

Letak geografis Desa Mangkupai berlokasi di Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Daerah ini rencananya akan menjadi kawasan pelabuhan laut kelas internasional dan pusat industri.

Secara demografi, masyarakat Desa Mangkupai sebagian besar bekerja sebagai nelayan kelas menengah ke bawah. Jumlah Kepala Keluarga (KK) per November 2015 ini, telah mencapai 624 KK.

Seorang ibu warga Desa Mangkupadi yang sedang menuntun anak perempuannya menyusuri jalan bertanah menuju ke arah Pantai Mangkupadi, pada Sabtu 14 November 2015 siang. Desa ini masih butuh banyak perhatian, terutama pembangunan infrastruktur jalan, air bersih dan listrik.

Mereka yang biasa menikmati listrik dengan alat genset hanya mencapai 200 KK, selebihnya hidup tanpa fasilitas jaringan listrik. Bahkan saat di malam hari, seperti Kampung Baru Desa Mangkupadi ada yang sampai rela gelap gulita.

“Mau beli minyak tanah sudah lebih mahal harganya. Dahulu minyak tanah bisa jadi bahan bakar untuk lampu patromak,” kata Kokot, panggilan akrab Hanfiah ini. 

Padahal, tambah dia, masyarakat Desa Mangkupai itu punya keinginan besar mendapat kenikmatan aliran listrik. Sebab listrik bisa digunakan sebagai pengawetan ikan hasil tangkapan di laut.

“Kalau ada mesin pendingin tenaga listrik, para nelayan disini bisa menyimpan ikan banyak. Bisa menjual banyak, dapat keuntungan dari jualan ikannya,” ujar Kokot yang sudah dua periode menjadi Kedes Desa Mangkupadi ini.   

Ia mengungkapkan, jaringan tiang listrik yang dibangun oleh perusahaan listrik negara masih sebatas pajangan semata. Tiang-tiang listrik sudah terpancang lama di pinggir jalan besar desa, namun belum berfungsi.

“Kami sangat menanti-nantikan adanya aliran listrik yang murah. Harga yang terjangkau. Tidak lagi perlu mengeluarkan uang banyak untuk membeli bensin. Desa kami ingin sekali ada listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Desa kami sudah lumayan banyak penduduknya,” ujar Hanafi, pria kelahiran 8 September 1959 ini.[1] ( )



[1] Koran Tribunkaltim, “Tiang Listrik di Desa Mangkupadi Masih jadi Pajangan: Tiap Hari Habiskan Lima Liter Bensin,” terbit pada Minggu 15 November 2015, di halaman 2, rubrik Tribunkaltara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I