DESA MANGKUPADI KRISIS AIR
Mayoritas Warganya Andalkan Air Hujan
Menikmati air baku
bersih di Desa Mangkupadi merupakan barang kebutuhan yang hanya dimiliki oleh segelintir
masyarakat saja. Sebab belum secara keseluruhan warga Desa Mangkupadi menikmati
air olahan perusahaan air minum milik desa.
KEPALA Desa
Mangkupadi, Hanafiah, 57 tahun, kepada Tribun
bercerita, sejauh ini warga yang baru bisa menikmati layanan air baku bersih
dari perusahaan air minum milik desa adalah 160 Kepala Keluarga (KK). Padahal
jumlah keseluruhan KK Desa Mangkupadi per November 2015 ini sudah mencapai 624
KK.
“Mereka yang
menikmati air bersih baru mereka yang tinggal dekat dengan instalasi jaringan
air bersih dari Perusahaan Air milik desa kami,” ujarnya di sela-sela acara
Pesta Pantai Mangkupadi, Sabtu 14 November 2015 lalu.
Katanya,
sebagian besar warga Desa Mangkupadi masih mengandalkan air tadah hujan,
sebagai konsumsi air minum, mandi dan mencuci. Bila hujan jarang menghampiri
turun ke desa, maka warga mau tidak mau membeli air galon isi ulang untuk
kebutuhan air minum.
“Perusahaan air desa kami belum bisa menyulurkan ke seluruh warga. Kami masih kekurangan infrastruktur instalasi pipa dan mesin pendorong,” ungkap Kokot, panggilan populer Hanafiah.
Sejarahnya,
Desa Mangkupadi yang berdekatan dengan perairan laut didirkan sekitar tahun
1948. Bermula terbentuk komunitas warga nelayan. Berada di Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Kini di tahun 2015, jumlah
penduduknya telah mencapai sekitar 3 ribu lebih, yang mayoritas adalah nelayan.
Pendirian
Perusahaan Air Minum Desa telah dilakuan sejak dua tahun yang lalu, dibangun
dengan Dana Alokasi Khusus yang difasilitasi oleh Pemkab Bulungan sebesar Rp
250 juta.
Mengingat
kebutuhan yang semakin dinamis, maka desa akan kembali mengusulkan ke Pemkab
Bulungan untuk mau memberi bantuan bagi pembangunan penambahan kelengkapan
infrastruktur Perusahaan Air Minum Desa.
Kokot Kepala Desa Mangkupadi Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara |
“Kami ingin
memiliki mesin pompa yang kuat, yang bisa memproduksi 20 liter per detik.
Selama ini baru hanya bisa produksi 5 liter per detik, ke 150 KK saja. Kami
ingin air bisa menyalurkan ke wilayah perkampungan baru juga,” kata Kokot.
Dia berharap,
bila ada bantuan dari Pemkab, tentu saja daya kerja perusahaan air minum desa
akan semakin maksimal, masyarakat pun tak akan lagi dipusingkan oleh
ketersediaan air bersih.
“Air sudah terpenuhi.
Listrik juga sudah tersedia. Desa kami pasti akan semakin maju. Akan banyak
orang datang ke desa kami, berkegiatan ekonomi. Wisata bahari di desa kami
sangat prospektif, yang penting harus ada daya dukung infrastruktur air,” ujar
Kokot.[1] ( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Warga Masih
Andalkan Air Hujan,” terbit pada Senin 16 November 2015, di halaman 22, rubrik
Tribunkaltara.
Komentar
Posting Komentar